Katagori : Nasihat Ulama
Banyak kejadian yang dikisahkan oleh manusia tentang hantu atau roh 
orang yang sudah meninggal. Kita bisa melihat di acara-acara televisi 
dewasa ini yang mengemasnya dengan sajian yang menarik. Seseorang 
bercerita bahwa suatu ketika ditemui oleh si Fulan. Ternyata diketahui 
bahwa si Fulan tersebut baru saja meninggal dunia. Kisah-kisah sejenis 
ini sangatlah banyak ragam kejadiaannya. Maka, kebanyaka manusia mengira
 bahwa roh orang yang sudah meninggal itu bergentayangan Bahkan, 
peristiwa- peristiwa yang bersangkutan dengan kejadian orang yang baru 
meningga tersebut sampai membuat segolongan aliran berkeyakina bahwa 
orang yang sudah meninggal itu akan menitis kembali. Mereka menyebutkan 
bukti-bukti kejadian yang berkaitan dengan peristiw kematian, dan juga 
hasil dari cerita cerita seperti tersebut di atas. Anggapan atau 
persepsi yang merupakan keyakian bagi kebanyakan orang-orang itu tidak 
lepas dari pengetahuan danin formasi yang diterimanya. Mereka 
berkeyakinan demikian karena apa yang mereka temui dan apa yang mereka 
dapatkan, semuanya, mengarah kepada kesimpulan tersebut. Bahkan, 
sebagian orang juga ada yang mempercayai dan melaksanakan perintah yang 
disampaikan oleh hantu (menurut mereka: roh gentayangan) Sebutlah 
sebagai contoh seperti berikut. Seseorang didatangi orang yang diketahui
 telah meningal dunia sejak puluhan tahun, yaitu kakeknya sendiri, dan 
memberi sebuah pesan. Pesannya, “Aku menghendaki anak cucuku datang ke 
pemakamanku. Jika kau datang dan sebarang beberapa hari kau di sana, 
niscaya kuberikan sesuatu yang berharga untukmu.” Maka, orang itu 
mengira bahwa ia telah mendapatkan ilham dari kakeknya (orang bodoh 
menyebutnya: wahyu). Maka mereka datang ke pemakanan kakeknya, kemudian 
bertapa di sana. Maka, keadaan orang seperti ini adalah telah syirik 
kepada Alloh. Kemudian, ada contoh lagi seperti berikut. Seseorang yang 
mengira telah mendapatkan ilham tadi kemudian menyepi atau semadi di 
pemakaman (kuburan). Beberapa malam kemudian didatangi kakeknya yang 
kemudian memberi petuah kepadanya dengan mengatakan, “Wahai cucuku! Ini 
kuberikan pusaka sebagai pegangan untukmu. Jika terjadi sesuatu, 
mintalah bantuan kepadanya, niscaya akan datang bala bantuan kepadamu 
dari pusaka itu. Dan, jangan lupa, peganglah kebenaran.” Maka, seseorang
 akan dengan yakin dan gembira membawa pusaka yang telah didapatnya dan 
akan selalu dipegangnya. Ia tambah yakin dengana adanya sang kakek yang 
berpesan untuk selalu berpegang kepada kebenaran. Keadaan orang semacam 
ini juga tertipu. Dan, ia telah berbuat syirik. Kemudian, ada contoh 
lagi seperti berikut. Seorang dukun didatangi pasien yang baru beberapa 
bulan yang lalu ditinggal mati oleh anaknya. Ia datang untuk meminta 
petunjuknya. Pasien yang datang itu mengungkapkan keluhannya, “Mbah 
(Kakek!), keluarga saya akhir-akhir ini selalu ditimpa. Apakah ada yang 
berusaha menghancurkan saya Mbah? Karena, saya membuka usaha persis di 
samping orang kaya sebelum anakku meninggal dunia. Kalau ada, tolonglah 
Mbah!” Jawab mbah dikuk,”Silakan kamu pulang dulu anakku, nanti aku akan
 teropong siapa gerangan pelakunya. Kemudian, datanglah seorang anak 
kecil kepada dukun itu dalam mimpinya. Anak itu mengaku telah meninggal 
dunia beberapa bulan yang lalu, dan memberitahukan bahwa pelaku yang 
berusaha menghancurkan hidup keluarga ayahku adalah orang kaya di 
sampingnya. Sang dukun dengan yakin kemudian mmberitahukan kepada 
pasiennya. Sang dukun bertanya kepada pasiennya, “Apakah kamu telah 
ditinggal mati oleh anakmu?” Sahut pasien, “Ya, benar Mbah, kok Mbah 
tahu? Sungguh Mbah ini orang yang mengetahui (orang pinter).” Sang dukun
 menjawab, “Setelah aku analisis, memang pelakunya adalah tetanggamu 
yang kaya itu. Ia tidak rela jika daganganmu menyainginya. Oleh karena 
itu, ia berusaha ingin menghancurkanmu.” Demikian penjelasan sang dukun 
kepada pasiennya. Tentu Anda tahu apa yang akan terjadi dengan cerita 
selanjutnya. Yang terjadi selanjutnya tidak lain adalah peperangan 
antara dua orang tetangga. Ini adalah salah satu akibat campur tangan 
jin yang jahat untuk memecah-belah manusia. Orang yang mempercayai dukun
 dan sang dukun itu sendiri telah berbuat syirik dalam hal ini. Mereka 
termasuk orang-orang yang tertipu. Lalu, bagaimana hal itu bisa 
dikatakan orang-orang yang tertipu? Yah, mereka tertipu karena tidak 
mengenal ajaran Islam, tidak mau mengenal tentang sifat-sifat setan, 
tidak mau mengenal jenis-jenis perbuatan setan. Bahwa semua kejadian 
yang kami contohkan tersebut di atas tidak lain adalah bentuk-bentuk 
kejahatan setan kepada manusia untuk menjerusmuskan manusia ke dalam 
lembah kesesatan. Ketiga contoh tersebut di atas tidak lain adalah 
bentuk-bentuk penyesatan yang dilakukan oleh makhluk yang mengaku telah 
meningal dunia, dan orang yang didatanginya mempercayainya karena di 
antaranya mereka melihat bentuknya yang sama dengan orang yang telah 
meninggal dunia. Bentuk penyesatan itu dilakukan oleh sekelompok jenis 
jin pendamping (qarin). Dalil tentang Adanya Jin Pendamping Ibn Mas’ud 
menceritakan, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bersabda yang 
artinya: “Tidaklah salah seorang dari kalian melainkan ada pendampingnya
 dari golongan jin.” Mereka bertanya, “Juga padamu, ya Rasulullah?” “Ya,
 juga bagiku, hanya saja aku telah mendapat perlindungan dari Allah 
sehingga aku selamat. Ia tidak memerintahkan aku kecuali kebaikan.” (HR 
Muslim). Ath-Thabarani mengisahkan riwayat dari Syuraik bin Thariq. Ia 
berkata, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang 
artinya: “Tidak ada seseorang di antara kalian melainkan ada baginya 
seorang setan.” Mereka bertanya, “Juga bagimu, ya Rasulullah?” “Ya, juga
 bagiku, tetapi Allah melindungiku sehingga aku selamat . ”(HR. Ibnu 
Hibban). Ibn Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa 
Sallam bersabda, yang artinya: “Setiap anak Adam mempunyai kelompok, dan
 bagi malaikat ada kelompok dengan anak Adam. Kelompok setan mengajak 
kepada kejahatan dan mndustakan yang hak, adapun kelompok malaikat 
mengajak kepada kebaikan dan membenarkan yang hak. Barang siapa yang 
mendapatkan yang demikian itu, maka ketahuilah bahwa itu dari Allah dan 
pujilah Allah, dan barang siapa yang mendapatkan selain itu, maka 
mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk, kemudian ia
 membaca asy-syaithanu ya’idukumul-faqra wa ya’murukum bil fahsya’.” 
(HR. Tirmizi). Sa’id al-Jariri mengomentari ayat yang berbunyi, “Barang 
siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Alquran), 
kami adakan baginya setan.” (QS. Az- Zukhruf: 36). Ia berkomentar, 
“Telah sampai berita kepada kami bahwa orang kafir apabila dibangkitkan 
pada hari kiamat, setan akan mendorong dengan tangannya, hingga ia tidak
 bisa melawannya, sampai Alloh menempatkannya di api neraka, dan ketika 
itu ia berkata, ‘Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak 
antara timur dan barat.’ (QS. Az- Zukhruf: 38). Sementara, orang mukmin 
akan diwakilkan padanya malaikat sampai ia diadili di antara manusia dan
 menempatkannya dalam surga Demikianlah, orang yang berpaling dari 
petunjuk yang lurus, yaitu Alquran dan sunah, maka baginya akan diadakan
 oleh Alloh yaitu setan, yang akan menyesatkannya. Contoh cerita-cerita 
yang disebutkan di atas adalah salah satu bentuk contoh mereka yang 
terkelabui oleh setan, karena mereka tidak menempuh jalan yang lurus, 
tetapi mengambil jalan orang-orang yang sesat, di antaranya mereka 
percaya dengan dukun, di antaranya mereka percaya dengan ilham-ilham 
picisan yang sebenarnya bukan ilham, tetapi tipu daya setan untuk 
menyesatkan manusia. (Sumber Rujukan: Luqath al-Marjan fi al-Ahkam al-Jan, Imam Jalaluddin as- Suyuthi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar