Just another tbrm Arief Z painter/illustrator realism art.WordPress.com site.
Gambaran sejarah telusur asal-usul istimewa kasepuhan Surosowan P.Jakarta dan kasultanan Banten dan telusur proyeksi solusi Jakarta ke depan dan sebagai partisi Indonesia
“NABI MUHAMMAD SAW., BERSABDA : SETIAP KAMU ADALAH PEMIMPIN DAN SETIAP PEMIMPIN BERTANGGUNGJAWAB ATAS KEPEMIMPINANNYA.”
Pancasila:
Sila 1 : Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila 3: Persatuan Indonesia
Sila 4 : Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Sila 5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
KLARIFIKASI JAS MERAH: DI SAMPING MASIH ADA KASEPUHAN
PANGERAN JAKARTA DI JAKARTA YANG JUGA DARI PUTERA MAHKOTA TERAKHIR
KERATON KAHIBON 19 M., APA SUDI WARGA JAKARTA DI KENAI MESTI
SEBA UPETI DAN PANJENENGAN KE SULTAN BANTEN KINI ATAU ESOK KE PEWARIS
PUTERA MAHKOTA SELANJUTNYA? (TELUSUR DI KESESUAIAN PENCARIAN SOLUSI RASA KEADILAN HAM).
Gambar paling atas adalah reruntuhan Keraton Kahibon di abad 19m by
Van de Velde. Dari gambar Van de Velde ini terdapat keterangan, keraton
Kahibon baru hilang penghuninya yang juga keluarga putera mahkota
terakhir kesultanan Banten, di abad 19m.
Tersebut dari Ibu, masih di akhir abad 18 m., masih bertakhta Nenek
buyut, Sultana Ratu Kahinten, kmd bercucu P.Mohammad Damien (kakek
buyut). Dan puterinya Ratu Kahinten di makamkannya di Pasirkudajaya,
Ciomas Bogor, dengan P.Mohammad Damien. Bagian tanda missing link,
hilangnya keluarga putera mahkota terakhir dari keraton Kahibon di abad
19m.
Salah satu cucu buyutnya P.Mohammad Damien ialah Tubagus Arief Z
(me)-Klarifikasi siapa kasepuhan Surosowan dan keturunan langsung
keluarga pemilik hak waris sesungguhnya putera mahkota terakhir di
kesultanan Banten.
Ceritanya dari sudut keluarga pribadi (dari garis Ibu), terdapat
nenek uyut dari kakek uyut P.Mohammad Damien, yakni Sultana Ratu
Kahinten ialah terakhir bertakhta di akhir abad 18 m.
ENTAH KENAPA DARI TAKDIR ALLOH SWT., PADA NABI MUHAMMAD SAW.,
JUSTRU HANYA BERKETURUNAN PEREMPUAN YANG HIDUP TERDAPAT DI BACAAN SIROH
NABAWIYAH
Jika membaca siroh Nabi Muhammad SAW., di bagian keturunannya Baginda
Nabi SAW., dari pernikahan dengan isteri pertama tercintanya, Siti
Khodijah ra., berketurunan perempuan, yakni Fatimah ra., berarti juga
anak sulung Beliau SAW.
Kemudian dari isteri kesekiannya, di mana di ayat Qur’an ada
tercantum ALLOH SWT., khusus memberikan hak khusus pada Nabi SAW.,
sebagai Nabiyalloh penutup, manusia teristimewa yang mendapat hak
kebolehan khusus tersendirinya Beliau SAW., menikah hingga dengan 10
isteri. Atau dengan kejadian mengambil hanya pada Siti Aisyah ra.,
sedari berusianya 7 tahun telah di jadikan isterinya Beliau SAW.,
lantaran berhubungan masanya di periode awal agama Islam, umat Islam
yang juga sebagai minoritas tapi juga tenah menuju bertambah
pengikutnya, sedang mengalami masa-masa teraniaya di tindas sangat keras
oleh penguasa jahiliyah Quraisy. Di angkatnya Siti Aisyah ra., yang
juga puterinya sahabat dekatnya, sayidina Abu Bakar ra., juga berhubung
di hikmat peristiwa khusus yang bahkan terdapat di ayat Qur’an, ALLOH
SWT., khusus memberi hak tersebut hanya buat Nabi Muhammad SAW. (Tafsir
Al-Azhar Prof Buya Hamka).
Lagi pula membaca di sirohnya Beliau Rosululloh SAW., pada Siti
Aisyah ra., bahkan terdapat tenggang masa dengannya hingga di masa
pertumbuhan kematangannya di akil baligh. Di samping fakta lain,
perempuan Arab lebih cepat matangnya juga di fisiknya. Di angkatnya Siti
Aisyah jadi isteri sejak usia 7 tahun sebenarnya hanya untuk
melindunginya dari tekanan penguasa jahiliyah Quraisy yang kejam.
Lantaran berhubung juga status Nabi SAW., yang masih bangsawan tinggi di
Quraisy. Tapi juga hak istimewa tsb hak khusus hanya buat Nabi Muhammad
SAW., seperti tercantum di ayat Qur’an.
Dan di siroh terdapat, bahwa di usia dewasanya, dari isterinya Siti
Aisyah ra., pertama kalinya Nabi SAW., berketurunan putera, yang juga di
namainya Ibrohim. Tapi Ibrohim baru lahir, mangkat. Makanya peristiwa
itu sangat menyedihkan Nabi SAW.
Entah jika membaca di siroh tsb, dari kesimpulan sendiri, mungkin
juga berhubungan ayat di Qur’an, ALLOH SWT., menyebut Nabi SAW., sebagai
khotamannabiy atau Nabiyalloh penutup, terakhir.
Pernah membaca di suatu opini, kenapa Nabi-nabi hanya laki-laki,
seperti juga kemunculan Nabi palsu, Musailamah di masa Kholifah Abu
Bakar ra. Tapi bagaimanapun jawabannya berhubung Takdir ALLOH SWT.
Di kemudiannya pun ketika berpidato di hadapan umat Islam, Nabi
Muhammad SAW., sambil memandang cucunya Hasan ra., (dari keturunan
sayidina Ali ra., dan puteri sulungnya, Fatimah ra.,) kemudian berkata,
Cucuku ini Sayid. (dari hadits riwayat shohih Bukhori).
Jika membaca hadits ini ada kesimpulan terjemah juga, bahwa kenapa
hanya di sebut sayidina Hasan ra., cucu sulungnya, berarti juga yang di
utamakan sebagai Sayid/pemimpin kasepuhan dari Nabi SAW,. seperti tanda
dari Beliau SAW., bahwa pada tinggal sisa dari keluarga sulung di
segenap cucu keturunan Beliau SAW., hingga ke masa modern. Bahkan di
hadits tsb juga di gambarkannya Nabi SAW., menyebut pada cucu sulungnya,
Hasan ra., yang masih berusia pemuda.
Dan Nabi SAW., juga bersabda, Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
DI AJARAN ISLAMNYA, DI HARTA KEKAYAAN ADA AMANAT TITIPAN
ALLOH SWT., (SEANDAINYA MEMILIKI KELEBIHAN HARTA), WAJIB BERSEDEKAH DAN
TOLONG-MENOLONG DENGAN SESAMA DI KEBAJIKAN DAN HUBUNGAN KEIKHLASAN
DENGAN RASA KEADILAN
Di hubungkan keikhlasan sepenuhnya, seandainya keluarga P.Jakarta
juga telah sejahtera mendapatkan hak penghidupan layaknya sesuai hak
istimewanya berdasar ps 18 UUD 45, sejujurnya baru ikhlas sepenuhnya
jika dari warga Jakarta yang kaya atau di segenapnya turut bersedekah ke
wilayah lain dalam rangka memberikan pertolongan harta, di ikhlasnya
jikalau ke warga fakir miskin, atau korban bencana alam.
Tapi, jika malahan memberinya malah untuk memperkaya hak istimewa
daerah lain, bahkan pejabat, elit pusat negara yang juga terdapatnya di
Jakarta, manipulatif, tapi malahan mengabaikan diskriminasi ekonomi
sesuai buat hak istimewa dan hak penghidupan layaknya keluarga Pangeran
Jakarta, malahan jadi kontroversi ketidakadilan.
ALTERNATIF HAK ISTIMEWA DAN HAK OTONOMI DAERAH BERDASAR
KONSTITUSI NEGARA RI : UUD 45 PASAL 18, (PEMERINTAH, MPR,DPR, NEGARA
WAJIB MEMANDANG HAK ASAL-USUL ISTIMEWA KEDAERAHAN) : SEBAGAI KELUARGA
KASEPUHAN PANGERAN JAYAKARTA/PANGERAN JAKARTA SETELAH MENINGGALKAN
KERATON TERAKHIR KAHIBON ABAD 19M.,PENGGANTINYA ISTANA SUROSOWAN SEBAGAI
KEDATON KESULTANAN BANTEN DARUSSALAM. DAN PELAJARAN SILAM GONO-GINI
PRALAYA DEMAK, PAREGREG MAJAPAHIT JANGAN SAMPAI TERULANG LAGI DI
KEKELUARGAAN BESAR KESULTANAN BANTEN TETAP MEMELIHARA SILATURAHMI
KEKERABATAN, UPAYA PERMUSYAWARATAN SOLUSI PEMBAGIAN ADIL, DAN MEMELIHARA
UKHUWAH PERSATUAN BANGSA NEGARA.
Di sejarahnya dulu, sejak masa Sultan I Banten, Maulana Hasanuddin,
kesultanan Banten termasuk menguasai kota Jakarta, setelah Bupati I
Jayakarta, Ki Fatahilah pensiun dari jabatannya. Kemudian mengangkat
Tubagus Angke, peranakan Pangeran Cirebon dan Ratu Winahon (kakak
perempuan dari Sultan Banten Maulana Hasanudin), yang juga di angkat
menjadi menantunya Sultan Maulana Hasanudin.
Di buku sejarah juga terdapat, Sultan Maulana Hasanudin menitipkan
kota Jayakarta pada Pangeran Tubagus Angke yang kemudian bergelar
Pangeran Jayakarta/ P.Jakarta. Dulunya Pangeran Tubagus Angke juga di
angkat sebagai Bupati II Jayakarta, tapi di masa nasional, dengan
terdapat Gubernur DKI, masakan jadi dobel oposisi jabatan, tapinya juga
terdapat hak asal-usul istimewa kedaerahan dari hubungan Jasmerah
kesultanan Banten, dinasti Surosowan yang juga dari putera ke-2 Prabhu
Pajajaran, Prabhu Siliwangi di hak istimewanya ningrat bumiputera Sunda,
dan berdasar hak dari UUD 45 pasal 18, pemerintah, MPR, DPR wajib
memandang hak asal-usul istimewa kedaerahan.
Mungkin sesuai hak penghidupan layaknya sebagai keluarga Raja di
Jakarta pada haknya keluarga Pangeran Jakarta yang juga masih kasepuhan
Surosowan.
Dulu pribadi mendapat info dari Ibu mengenai asal-usul di kesultanan
Banten dari Sultana Ratu Kahinten, Ratu terakhirnya kesultanan Banten di
akhir abad 18m., mengiranya hingga memasuki milenium 2012, belum ada
yang di tahbiskan menjadi Sultan Banten, tapi kemudian membaca telah
ada. Maka karenanya juga warga lama di Jakarta, juga menyebut hak
asal-usul istimewa kedaerahan tambahannya sebagai keluarga Pangeran
Jakarta di Jakarta.
Kakek uyut P.Mohammad Damien meninggalkan keraton Kahibon di abad
19m., dan pindah ke Batavia dan menikah dengan puteri P.Jayakarta
(karena saudaranya pun masih dari sepupu garis Ibu) , kemudian menikah
lagi dengan puteri Jakarta lagi, kemudian dengan puteri Rangkasbitung,
di Banten.
Bertakhta di istana Kahibon, sebagai pengganti istana Surosowan yang
hancur di awal pertengahan abad 18 m., akibat bertikai dengan Gubernur
Jenderal VOC-Batavia, H.W. Daendels.
Sebenarnya setelah Sultan Moh. Rafiudin di tangkap, dari keluarga
Surosowan masih menahbiskan Pangeran putera mahkota, tapi pentahbisannya
di puing2 istana Surosowan, dan seperti dugaan keluarga Surosowan dari
resikonya karena kemudian muncul pengaruh hasutan Daendels pada Raffles
pentahbisan itu di gagalkan.
Tapi masih ada Sultana Ratu berkedaton di Kahibon, termasuk masih
terdapat para putera mahkota Surosowan di istana Kahibon. Dan hal ini
pula yang mungkin di sembunyikan hingga terlewatkan oleh Daendels si
penjajah Belanda, yang bahkan di tanggapi oleh Raffles sebagai
perwakilan kolonial Inggeris yg sementara di Hindia.
Setelah penggagalan pentahbisan di istana Surosowan yang puing2
kemudian malahan Raffles yang berucap sayalah Sultannya, kemudian di
antara Pangeran Surosowan di undang dan di jadikan Bupati2 bawahannya.
Tapi Daendels dan Raffles pun terlewatkan masih ada kedaton Sultana
Ratu Kahibon (baru berakhir di abad 19m), yang juga dari Ibunda Ratu,
kakak perempuan keturunan langsung dan anggota keluarga terdekatnya
Sultan lelaki terakhir Banten, Mohammad Rafiudin.
Memang di adatnya Banten, mesti keturunan langsung dari Raja yang
laki-laki yang di angkat sebagai Sultan hingga pewaris putera
mahkotanya. Tapi, bagaimana jika Ratu kakaknya Sultan Banten juga
berketurunan Pangeran di masa modern?
Kemudian Sultana Ratu Kahinten berketurunan puteri, tapi masih
menikah dengan lelaki muslim Belanda. Waktu sejak jaman Tirtayasa,
bahkan lelaki muslim Belanda seperti Hendrik Lukas Cardeel (yang juga
di gelari P.Wiroguno oleh Tirtayasa) bahkan di diskriminasi tidak di
anggap sebagai bangsa Belanda yang sedang di kuasai VOC, bahkan di
anggap kafir oleh golongan VOC Belanda. Seperti Belanda oposisi di
masanya (Hingga dengan memisahknya sebagian Belanda, menjadi Belgia
termasuk di fenomenanya).
Tapi setelah VOC bangkrut, dengan hilangnya pengaruh kekuasaannya, di Belanda pun terjadi perubahan.
Di masa itu (masih jaman VOC hingga Hindia) tidak semua puteri
bumiputera nasibnya sama bisa menikah dengan lelaki Belanda, kecuali
pada puteri Sultana Ratu Kahinten yang juga menikahnya dengan lelaki
muslim Belanda.
Nasibnya perempuan bumiputera lainnnya ada yang hanya di jadikan
berstatus gundik/wanita simpanan, bahkan setelah lahir anaknya malahan
malu mengakui ibunya yang bumiputera.
Contoh di cerita Nyai Dasima, demikian realita sejarah dulu.
Maka kalau dulu, perempuan bumiputera yang menjadi gundik atau hingga
hatinya memilih ke pria Belanda/londo (yang bahkan non muslim ) dulunya
juga mengalami tekanan dari warga bumiputera/natif, juga dari isteri
bulenya lelaki Belanda.
Kecuali pada pernikahannya puteri Ratu Kahinten dan lelaki muslim
Belanda. Karena di Belanda juga ada golongannya umat Islamnya. Di mana
golongan muslim Belanda ini sejak jaman Tirtayasa sudah seperti bagian
jaringan yang sudah bertekad setianya dari masa ke masa juga sebagai
pengabdi dengan (keluarga ) kesultanan Banten, berhubungan sejarah masa
Tirtayasa dengan P. Wiroguno.
Karena di Belandanya juga kelompok muslim Belanda juga mendapat cap
seperti Moor, bangsa Belanda rendahan yang hingga bisa masuk Islam. Juga
pada bangsa Eropa demikian yang masuk Islam, contoh di kasus
Bosnia-Serbia silam.
Atau di peranakan bangsa Eropa-Asia ada juga sebutannya, Kaukasia.
Biasanya yang karena merasa bangsa Eropa totok/ aseli, biasanya yang
sukar masuk ke Islam di jaman modern. Imannya sudah dalam ke nasrani,
atau memilihnya ke selain Islam. Sementara umat Islam kaukasia atau
bangsa dari manapun di dunia juga di rasuki ghozwul fikri.
Kemudian dari pernikahan puteri Ratu Kahinten dengan lelaki muslim
Belanda-moor, berketurunan anak laki-laki, Pangeran Banten yang kemudian
menikahnya dengan gadis Belanda bernama Marcy/Marrietje, yang sebelum
dekat ke nikahnya di wajibkan mualaf masuk Islam terlebih dulu, baru di
nikahi Pangeran Banten (yang juga indo Belanda-moor).
Kemudian baru lahir kakek buyut, P.Mohammad Damien. Yang setelah akil
balighnya menikahnya dengan gadis2 bumiputera. Mungkin juga karena
mendapatkan situasi makin modern makin berbeda, juga secara realitas
alamiahnya demikian.
Ada juga pendapat, biasanya lelaki/perempuan kaukasia karena latar
sejarahnya dulu, maka bisa jadi sirna hasratnya ke perempuan bule,
apalagi di jaman modernnya perempuan bulenya enggan mualaf. Kalau dulu
orang VOC Belanda bilang orang Belanda muslim, adalah moor atau kafir,
demikian juga sebaliknya.
Dan yang Maha Menentukan ALLOH SWT., juga di akhirat kelak.
Di Belanda pun pernah membaca di terbitan buletinnya dari Erasmus
Huis, di jaman modern terdapat beberapa kelompok di orang-orang Belanda,
bahkan terdapat sekitaran 10 lebih partai, yang di antaranya bahkan
partai atheis.
Sementara di Indonesia ada figurnya dulu, seperti Dr. Setiabudi
(tadinya bernama asli Dr. Ernest Deker) yang juga nama TPU di Karet,
dekat jl. Haji Rangkayo Rasuna Said.
Nyatanya bahkan peranakan kaukasia bahkan sebenarnya dari turunan
putera mahkota terakhir keraton Kahibon kesultanan Banten, atau Dr.
Setiabudi, walau dari dulunya sebagai nasionalis bahkan sedari masa
gerilya,masa Soekarno, orla-orde pertamanya sejak berdirinya NKRI, tetap
saja tidak di beri kesempatan berkedudukan tinggi di NKRI. Tapi baru di
jaman modern ini saja, itu pun dari partai busuk yang sedang berkuasa
seperti kini di masa KIB.
MANUSIA ITU SEBAGAI SESAMA BANI ADAM DI NILAI BUKAN DARI
RASNYA TAPI SECARA OBYEKTIF (PENILAIAN ADIL, SEIMBANG) DARI SIFAT
PERBUATANNYA BAIK ATAU JAHAT. SOLUSINYA PANGERAN JAKARTA ADA PERWAKILAN
BERSTATUS RESMI KERATON KASEPUHAN PANGERAN JAKARTA.
Sebenarnya jika di simpulkan, status kasepuhan posisinya lebih
fleksibel, luwes di banding sebagai Sultan. Karena bagaimanapun dengan
hak kasepuhan Raja-raja juga berhak di pandang dan di hormati istimewa
bahkan oleh para Sultan, bahkan pemerintah, MPR,DPR, negara berdasarkan
UUD 45 pasal 18, Bab Otonomi Daerah, walaupun sebagai kasepuhan tua atau
kasepuhan muda.
Bahkan di masa Pangeran Jayakarta II, sempat P.Jayakarta pernah
hendak membuat Jayakarta menjadi kesultanan Jayakarta, di abad 17 m.
Dari latar sejarah asal-usul istimewa kedaerahan ini, maka di Jakarta
bisa berubah realitas jadi kesultanan atau hanya keraton kasepuhan yang
di kewenangannya di tentukan dari keluarga Pangeran Jakartanya, di
antara generasi atau regenerasinya kapan ketika mau dan sanggup, Insya
ALLOH, WalloHu a’lam bishshowab.
Misalnya juga ketika di hubungkan dengan kewenangan hak istimewa
Otonomi daerahnya kemudian membuat Jakarta yang juga telah lama
berstatus sebagai Propinsi DKI Jakarta, atau walau ada rencana ibukota
di pindah dari Jakarta, tetap masih berstatus Propinsi DI (Daerah
Istimewa) Jakarta juga melalui keberadaan kasepuhan keluarga Pangeran
Jakarta, atau misal dengan rencana perluasan wilayah Propinsi Jakarta
hingga ke Bekasi dan Cibubur, Cibinong sebagai tambahan lahan
agrikultur, Krawang sebagai kawasan industrinya.
Atau ketika mendapatkan masanya mapan, kaya, kemudian misal dari
keraton atau kerajaannya Jakarta melakukan ekspansi perluasan wilayah,
misal di Kalimantan, atau di mancanegara Suriname.
Mungkin juga bisa di hubungkan ke maslahat soal TKI di mancanegara.
Karena di Suriname mendengarnya terdapat juga orang-orang Jawa sebagai
warga lamanya yang bahkan turut berpartisipasi di masa gerilya
kemerdekaannya negara Suriname dari penjajahan Belanda. Tapi di sana
juga ada komunitas umat Islam, jamaah masjid, dari sudut kawasan di
benua Amerika.
Di samping di keluarga, di jaman modern ini juga masih ada hubungan
kerabat dengan keluarga feodal AS. Demikianlah kenyataan modern, dan
generasi modern juga sebagai perancang realitas modern kekinian.
Atau pun terdapat tulisannya dari salah satu Sultan, masa pemimpin
dari turunan penjajah, sempat pribadi ada tersinggungnya membacanya,
juga curiga mungkin karena asal-usul keluarga juga masih dari Sultana
Ratu Kahinten, Sultana Ratu terakhir keraton kesultanan Banten hingga di
abad 19m., kemudian si Sultan di tahun 2012-2013yang terpilih mungkin
merasa tersaingi, lantas ada berkomen demikian untuk pertahankan jabatan
takhtanya di samping sebagai pengisi festival keraton senusantara. Tapi
juga untungnya beliau masih menerima sebagai teman di facebook, dan
jika beliau di angkat sebagai Sultan juga berarti masih sekekerabatan.
Dan Pangeran putera mahkota Cirebon di sejarahnya menikah dengan
gadis Perancis puteri Dubes Perancis di masa Hindia (kisah nona Delamor,
di buku sejarah Cirebon, tulisan Pangeran Sulaeman Sulendraningrat).
Dan hal yang buruk jika dengan sekekerabatan seketurunan dari
kekeluargaan besar kesultanan Banten jadi berselisih, saling sinis
jatuh-menjatuhkan apalagi karena hal sepele atau baiknya tidak
berselisih dan sama-sama belum termasuk sebagai pelaku kejahatan.
Karena memang dari asal-usul keluarga termasuk golongan kaukasia
peranakan Belanda, tapi membaca dari sejarah dulu juga di orang2 Belanda
terdapat beberapa kelompok lagi, tapi misalkan juga telusur ke
asal-usul Presiden KIB I-II (2004-2009 dan 2009-2014) SBY, pernah
beasiswa militer ke Australia yang dulu juga pernah jadi pangkalan
penjajah Belanda bahkan koalisi dengan penjajah Belanda.
Di mana di ketahui dari sejarah, dominan penjajah di Indonesia dulu
juga dari militernya penjajah. Hingga dari NICA, ada jaringan APRIS,
KNIL, kemudian berganti nama sekolah militernya, tapi masih di situs
area penjajah/nekolim dulu. Tanda2nya semua berasal dari militer
Belanda. Di masa nekolim hingga kini indikasinya di militer AS,
bermunculannya manipulasi penjajahan. Atau dulu, John Howard, perdana
menteri Australia yang juga dari perwakilan militer-Australia.
Atau di masa Salahudin, di kubu Eropa terdapat juga oknum Reginald de Chatilon. Di samping sosok Gotfried dan Bailan.
Atau bisa jadi yang di maksud Gub di Banten, Ratu Atut Chosiyah.
Jika telusur sejarah dulu dari masa gerilya kemerdekaan juga terdapat berlainan oposisi kelompok Belanda, dan peranakan Belanda.
Ada versi dari KNIL, APRIS, ada juga oposisinya yang pro nasional,
Dr. Setiabudi. Bahkan Moh. Husni Thamrin tokoh Betawi di Jakarta kini,
ternyata juga keturunan peranakan Inggeris.
Tapi beliau bahkan tidak mau menggunakan nama eropanya, tapi di
namainya dengan nama bumiputera Indonesia, Moh. Husni Thamrin, sama
seperti kakek uyut, Moh. Damien.
Di mana dari pemberitahuan Ibu pula, ternyata dengan Moh. Husni Thamrin keluarga pribadi masih ada hub. kerabat.
Tapi apa karena sebagai anak bangsa karena keturunan Ibu dari kakek
buyut puteri Sultana Ratu Banten yang menikah dengan kakek Belanda yang
juga umat Islam, kemudian berketurunan putera Pangeran Banten indo
Belanda menikah dengan gadis Belanda yang di mualafkan ke Islam sebelum
menikahnya, lantas anak bangsanya terhitung sebagai anak bangsa tiri,
anak bangsa yang salah dan bahkan di hilangkan hak-haknya bahkan
sebenarnya juga masih terdapat hak istimewanya sebagai putera mahkota di
kesultanan Banten lantaran juga turunan dari Sultana Ratu keraton
terakhir kesultanan Banten di abad 19m.
Di mana bahkan Sultan Banten 2012 juga tidak menyebutkan asal-usul
istimewanya apa sangat dekat dengan latar keturunan terakhir dari
keluarga putera mahkota keraton terakhirnya kesultanan Banten. Karena
membaca di sejarah memang keluarga kesultanan Banten banyak, tapi ada
juga di golongan adik-adiknya yang di sebar jadi para Bupati sejak masa
Raffles.
Tapi yang keturunan langsung dari Sultan terakhir yang di simpan
bahkan penerus sebagai Sultana Ratu Kahinten di akhir abad 18m., dan
masih berputeri-putera mahkotanya hingga di abad 19m., bahkan hingga
kini, walau dari golongan kakak-kakaknya tersebar di Jakarta, Bogor ,
wilayah luar Propinsi DI Banten, dan Banten.
Prinsip pandangan fiqih Islam muslim menikah dengan non muslim sebelumnya yang non muslim mesti mualaf terlebih dulu
Statusnya dari latar bapaknya kakek uyut, hanya sebagai bangsa
Indonesia, bahkan Pangeran putera mahkota Banten menikah dengan gadis
bangsa Eropah yang di mualafkan terlebih dulu, baru dinikahi, sesuai
kepercayaan prinsip fiqih Islamnya.
Memang prinsip fiqih Islam di keluarga P.Banten-P.Jakarta kakek uyut
Moh.Damien, juga masih di pegang oleh keturunannya jika misal berurusan
ke soal bertemu pelaminan dengan non muslim, di mana juga berdasar ayat
Qur’an boleh dari masih sejenis rumpun bangsa menikah (terdapat di QS
Ar-Rum), misal karena peranakan kaukasia boleh dengan lawan jenis bule,
tapi juga masih dengan prinsip fiqih Islam, sebelumnya si lawan jenis
bule mesti mualaf masuk Islam terlebih dulu.
Di mulainya dari lelaki umat Islam yang ketahuannya dari Pangeran putera mahkota Banten.
Dan menurut sejarahnya keluarga Pangeran Banten yang melakukannya,
pada perempuan bule, karena haknya lelaki sebagai pemimpinnya kaum hawa.
Di samping ketika menjadi suaminya, atau kakek yang pernah menjadi
suaminya perempuan Eropah, sesuai haknya sebagai pemimpin rumah tangga,
otomatis hingga turunannya termasuk pula sebagai bagian dari pemimpin
dari bangsa isterinya yang bangsa Eropah. Coba jika dominannya di balik,
maka bisa nekolim.
Tapi di perimbangannya karena jasanya Pangeran2 putera mahkota
sebagai perwakilan Pangeran2 putera mahkota Indonesia yang terlebih
duluan menikahi perempuan Eropah, jadinya dengan hak kerajaannya juga
sebagai Raja di Eropah.
Hingga walaupun cucu-cucu, ke cucu2 uyut-uyutnya seterusnya
menikahnya kembali dengan sebumiputera, yang dari sebagai Pangeran dan
Ratu isterinya masih dengan hak istimewa termasuk sebagai penerus Sultan
dan Panglima Salahudin (yang di sejarahnya juga di dukung bangsa Eropa,
ksatria Tempelar Sir Gotfried dan Bailan), Pangeran dan Ratu hingga di
bangsa Eropah, sebagai perwakilan bangsa juga sebagai bangsa rajanya di
bangsa Eropah, atau sebagai kakak kekerabatan bangsa (melalui hak
kewarganegaraan internasional Ius Saunginis (azas kewarganegaraan
berdasarkan keturunan/Ius Soli (azas kewarganegaraan internasional
berdasarkan tempat lahirnya).
Hingga timbal baliknya ke bangsa Eropa juga tidak hanya berpangeran,
ber-Ratu nasrani, tapi juga berpangeran dan ber-Ratu umat Islam.
Sebenarnya lebih keren realitas Pangeran atau lelaki Indonesia muslim
menikahi perempuan bule kemudian memualafkannya terlebih dulu hingga di
nikahi setelah mualaf, ketimbang realitas lain.
Tapi realitas itu hanya bisa terjadi di jaman dulu, kini di jaman
modern lebih praktis apalagi berhubungan keutamaan hati nurani seperti
P.Mohammad Damien kembali menemukan cintanya di puteri bumiputera,
Pangeran Aladin bertemu kembali puteri Yasmin yang dengan keuntungan
rahmat ALLOH, juga seagama Islam. Hingga tidak perlu lagi susah payah
dengan upaya pemualafan, apalagi di jaman kini, ke perempuan
sebumiputera saja sulit apalagi ke perempuan bule di jaman kini. Atau
antisipasi misal malahan di jadikan frog prince oleh puteri bule, tidak
sepantasnya, inkonsistensi, zolim.
Seandainya tiada Jasmerah ini ?Pangeran-pangeran Indonesia jaman dulu
menikah dengan perempuan-perempuan bangsa Eropah yang bahkan ada dengan
memualafkan terlebih dulu, kemudian baru di nikahi hanya terdapat
realitas kaum hawa Indonesia menikahi pria bule, padahal laki2 juga yang
berstatus sebagai pemimpin keluarga, apalagi sebagai lelaki bule juga
hingga sebagai pemimpin bangsanya isterinya, kenyataan yang tak
berimbang.
Di samping di kenyataan, ada di jaman modern pada di antara kaum hawa
Indonesia, malahan tadinya berasal dari keluarga umat Islam, kemudian
menikah dengan pria bule malahan pindah agama ke nasrani. Untungnya ada
tapi masih dari golongan adik, hingga walaupun bersuamikan dari keluarga
feodal AS, tapi statusnya juga jadi adik kekerabatan.
Dengan pemberitahuan kenyataan2 ini, walau keluarga kakek uyut,
P.Mohammad Damien bahkan berasal dari keraton terakhir kesultanan
Banten, tapi secara adilnya lantaran dengan mayoritas kerabatnya dominan
telah lama jadi warga di Jakarta, bahkan sejak masih berstatus Batavia,
maka memang sudah bukan di tempatnya lagi berkedudukan di takhta Sultan
Banten, di samping nantinya bagaimana mengurus soal kesibukan waktu
masih berumah di Jakarta kemudian juga ada tanggung jawab mengurus
penjagaan pemeliharaan situs keraton-keraton lama, bahkan hingga pusaka
kesultanan.
Tapi sebagai hak berkedaton keratonan kasepuhan- P.Jakarta tetap, di
Jakarta. Idealnya demikian sesuai pembagian hak2 asal-usul istimewa
kedaerahannya.
Keluarga keraton kasepuhan P.Jakarta di status modern tidak lagi
sebagai bawahan Sultan Banten kini, (seperti jaman dulu pernah kena
kewajiban seba/ bayar upeti ke Sultan Banten hingga sempat muncul
kontroversi dan perselisihan dingin antara Sultan Banten dan
kel.P.Jakarta, karena tidak layak/termasuk pamali keluarga kasepuhan
Surosowan bayar pajak tahunan ke adik kerabatnya, walau beliau Sultan
Banten, di hak adilnya/ adab kekeluargaan).
Tapi juga dengan fenomena modern kini Jakarta jadi ibukota, tempat
elit pemerintah yang juga ada oknum mafia korupsi, kapital korupsi,
oknum orang kaya semena2, atau pegawai tikus kantor semena2 bak
peninggalan jaman Batavia dulu, maka selayaknya Sultan Banten sebagai
adik kekerabatan di bolehkan membantu di urusan pasukan bantuan amar
makruf nahi mungkar, menegakkan keadilan, termasuk di urusan membuat
warga Jakarta yang kaya2 membayarkan hak fa’i dzuriyah kasepuhan
P.Jakarta (karena juga telah di ijinkan melalui hak otonomi kasepuhan
P.Jakarta, yang juga ada peranakan kasepuhan keraton Kota Gede,
kasepuhan Mataram). juga masih terdapat dengan keluarga Sultan Cirebon.
Di samping di kenyataan kini, juga telah menjelma Propinsi DI Banten, kota Jakarta juga berstatus Propinsi DKI Jakarta.
Bahkan sebagai Propinsi Ibukota juga punya hak istimewa dengan
perluasan wilayah kotanya, misal hingga ke Bekasi, Cibubur sebagai
sarana desa dan lahan agrikultur, kebonnya, Krawang sebagai kawasan
industrinya.
Memang jika dulunya dengan termasuk Ciputat hingga Tangerang, tapi
kini masuknya di Propinsi DI Banten. Karena pengaruh ketidakberadaannya
keraton P.Jakarta dan masa Gubernur DKI yang jelek juga terjadinya
kelabilan status wilayah memilihnya masuk di Propinsi mana.
PERTANYAAN RASA KEADILAN DAN APA SUDI WARGA JAKARTA DI KENAI
MESTI SEBA UPETI DAN PANJENENGAN KE SULTAN BANTEN KINI ATAU ESOK KE
PEWARIS PUTERA MAHKOTA SELANJUTNYA? DI SAMPING MASIH ADA KASEPUHAN
PANGERAN JAKARTA DI JAKARTA YANG JUGA DARI PUTERA MAHKOTA TERAKHIR
KERATON KAHIBON 19 M., (TELUSUR DI KESESUAIAN RASA KEADILAN HAM).
Lagipula apa sudi warga Jakarta turut di kenai mesti seba upeti ke
Sultan Banten kini? Atau adilnya sesuai UUD 45 pasal 18 Bab Otonomi
Daerah-NKRI, yang berisi: Pemerintah, MPR,DPR, negara wajib memandang
hak asal-usul istimewa kedaerahan. Sesuai terjemahnya adilnya warga DKI
Jakarta membayar jizyahnya/fa’i (syariat pembayaran jizyah pada
dzuriyah/qorba Rosul Nabi Muhammad SAW.,), ialah pada keluarga P.Jakarta
di Jakarta.
Walau kini memandang Sultannya Banten sosoknya bagus, tapi juga
Gubernurnya Ratu Atut dengan DPRD yg juga terdapat korupsi, masih
kontroversi perihatin juga pada situasi di Banten.
Seandainya saja perwakilan residen keraton kasepuhan P.Jakarta juga
ada, dengan Sultan Banten yang masih bagus, hingga juga dapat sebagai
benteng kerjasama dari jalur kekerabatan keluarga kerajaan.
Apalagi dapat gubernur bagus juga, jika dapat tak bagus, maka dapat berjaringan membendung kekuasaan yang buruk tsb.
Dan di Jakarta kenyataannya terdapat banyak kekuasaan2, jika gubnya
bagus, tapi juga sebagai ibukota masih terdapat Kepala negara,anggota
MPR/DPR-pusat, yang juga banyak, juga ada berjaringan dengan kapitalisme
yang di antaranya juga terdapat oknum mafia korupsi-kapitalisme. Tetap
bagaikan Daud vs Jalut, apalagi dengan berkepala negara masih belum
sesuai hati nurani rakyat kebanyakan, oknum2 anggota DPR, bahkan hingga
ke mafia kepolisian RI yang markas pusatnya juga di Jakarta.
Untuk di urusan penegakkan rasa keadilan. Karena juga sama dengan
berbuat thoffif (mencurangi takaran) jikalau seperti fenomena kini,
justru keluarga P.Jakarta menjadi miskin2, padahal di warga Jakarta ada
kapitalismenya juga, elit-elit pusat pemerintah yang kaya2, anggota2 DPR
yang pernah di beritakan bahkan keluar negerinya tak maslahat malahan
dengan keluarganya boros berbelanja. Atau dengan fenomena terdapatnya
oknum dari kekerabatan Moh. Husni Thamrin, oknum mantan Gub DKI, Foke
yang korupsi dana bansos belasan milyar rupiah.
Atau pernah kejadian waktu hendak mengikuti lomba lukis di Gambir,
galeri nasional, di organisasi YSRI, tiba2 waktu bulannya di percepat di
2 tahun kemudian, kemudian ketika di telepon dengan tanya baik2,
malahan sekretaris panitianya menjawab dengan ketus, Emang siapa loh?!,
bahkan dengan menutup telepon. Bayangkan warga Jakarta yang bahkan tak
di ketahui sejak kapan jadi warganya sampai pada P.Jakartanya menjawab
ketus semena2 demikian. Atau ketika pernah kejadian direktur dari
penerbit Erlangga yang mengakunya keturunan Aceh bahkan dengan nama
Sayed, tapi nampak seperti tionghoa, kemudian menelepon bahkan dengan
menghardik/membentak dan mengancam.
Coba kalo yg telpon puteranya Presiden SBY, Ibas misalkan.
Di sinilah termasuk bagian dari kontroversi2 perlakuan tidak adil
pada warga Jakarta yang nampak sebagai warga umum, di banding perlakuan
dengan pada elit, anggota MPR, DPR, Direktur, Presiden. Padahal sesuai
UUD 45 pasal 18 BAB Otonomi Daerah tercantum pemerintah, MPR,DPR, negara
wajib memandang hak asal-usul istimewa kedaerahan. Walau Jakarta ada
yang sebut kota heterogen, tapi juga masih ada keluarga P.Jakarta bahkan
dengan hak istimewa kedaerahan menurut UUD 45 pasal 18. Kejadian2
demikian semena2 saja bisa terjadi biasanya dari golongan
elit/kapitalisme di Jakarta, bahkan pada masih kel.P.Jakarta apalagi
pada warga umum Jakarta yang bahkan sebenarnya bisa saja ada kisah2
serupa.
Setiap orang juga punya HAM, dan landasan konstitusional juga perikemanusiaan dan keadilan, yang juga tercantum di Pancasila.
Memang terdapat di tulisannya Aristoteles yang pernah jadi penasihat
Raja Aleksander agung, “Golongan terbaik adalah golongan menengah,
bahkan sebagai pemimpin negara, bagusnya di pilih dari yang menengah.”
Dan ada lanjutannya, karena ia juga mengamati situasi di tengah dari
bagaimana kelakuannya orang kaya, bahkan juga sebagai penuntut ke orang
kaya hingga empatinya dengan yang di gol.bawah.
Di samping ia juga menguasai artileri, pasukan, aparat, hukum sebagai
kepala negara yang juga di amanatkan adil, dan ada kaitan
tanggungjawabnya dengan gol menengah dan bawah. Juga waktu Aleksander
menjadi Raja, pasukannya, aparat juga tidak dibuat kaya, hingga sama2
menjadi singa buas dan lapar memangsa pada yg kaya, buat di bagikan pada
sesama singa lapar/ orang fakir miskin.
Mungkin juga sesuai maksudnya Aristoteles, jadinya dengan segenap
warganya di jadikan menengah semua, bahkan dengan Rajanya, hingga di
APBN negara di simpan kelebihan harta buat tabungan bangsa-negara. Juga
di samping menghilangkan kesenjangan sosial.
Mungkin juga kutipan tulisan Aristoteles tsb juga berpengaruh masuk
ke gagasannya Karl Marx ketika sampai menuliskan manifesto komunis,
materialisme dialektik.
Tapi kenyataannya yang nampak kini di rumah2 Jakarta hampir semua
berpagar, kecuali rumah warga Jakarta dulu, yang bahkan masih nampak
sederhana2 semua, masih ada pohon sawo, pohon mangga, kebon di
Jagakarsa, empang, masih ada suasana kampungnya Jakarta dulu, bahkan
hingga ke 1980-an, walau tinggal sebagian, di banding jaman kini, hutan
beton bahkan hingga ke kawasan dulunya kawasan kebon.
Bahkan Jakarta kota yang paling cepat kepadatannya berbanding asal
kesultanannya di Banten lama. Apalagi sejak lama juga berstatus ibukota,
kota metropolitan. Juga benar sebagai kota heterogen, orang dari suku,
bangsa negara apapun komplit di Jakarta bahkan melebihi miniatur peta
Indonesia di TMII.
Bahkan hingga Perum Peruri juga terdapatnya di Jakarta, tapi anehnya dapat duit juga susah buat bahkan sebagian warga lama.
Malahan di kotanya sendiri yang metropolitan, ibukota bahkan warga
lama jadi seperti terpenjara kemiskinan. Padahal di kesehariannya juga
di jalan melintas orang2 bermobil BMW, Mercedes, Porsche, Lexus,
Mitsubishi, Landrover, sementara ketika di jalan hanya mampu bahkan
hingga berdesakan naik bus metromini, atau di alihkan ke busway setelah
sampai di halte-halte utama.
Bahkan bukan hanya sebagian warga yang mendapat perlakuan
diskriminatif, bahkan hingga ke anggota kel.Pangeran Jakarta di kota
pemilik hak otonomi istimewa kedaerahannya juga mendapat bagian
demikian, bahkan dengan UUD 45, jelas telah menyimpang dari keadilan
konstitusi dasar negara.
Bahkan berbanding ketika George W. Bush hingga datang dengan
protokoler istimewa, berhelikopter dengan bersalaman dekat dengan
Presiden SBY ketika kunjungannya di istana Bogor. Atau Pangeran Charles
yang masih di beri kendaraan istimewa, tapi buat anggota keluarga
P.Jakarta yang bahkan kasepuhan Raja2 kok dapatnya gak adil di bagian
hak istimewanya.
Padahal waktu Raja Richard terjatuh dari kudanya, hingga membuatnya
terpaksa berjalan kaki bersama pasukannya, Salahudin juga memberikan
kudanya, dengan mengirim pesan padanya, Seorang Raja tidak pantas
berjalan kaki di bawah bersama pasukannya. Bukannya P.Jakarta bahkan
sebagai kasepuhannya Sultan Banten, dan para dzuriyah juga punya hak
istimewanya kasepuhan Sultan dan dzuriyah, hak kekuasaan kerajaan besar
Nabi Ibrohim.
Atau walau Salahudin di angkat menjadi pemimpin di Suriah, tapi juga
masih menghormati haknya Pangeran putera mahkota kerajaan di Suriah.
Juga ketika di Mesir.
Kekerabatan sama dengan kebangsaan baiknya di ukhuwah (persatuan)
urusan yang baik, berjihad utama di pernyataan keadilan, turut
menegakkan keadilan, berperikemanusiaan yang baik. Bukan di kolusi KKN
busuk, jahat.
Seperti firman ALLOH di hikmat ayat QS Al-Maidah:5,
Bertolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa (berlaku adil), dan
janganlah bertolong-menolong dalam urusan kejahatan.
Walau ironisnya, terdapat masih kerabat turunannya (Moh.Husni
Thamrin) pernah jadi Gub. DKI, yaitu Prof. Fauzi Bowo, tapi
perbuatannya seperti idealnya figur pahlawan nasional Moh. Husni
Thamrin, jauh berbeda dengan perbuatannya seperti korupsi dana bansos,
belasan milyar rupiah.
Dan jika ia mengaitkan perbuatannya tsb dengan latar asal-usulnya
masih kerabat dari Moh. Husni Thamrin, berarti ia juga mencoreng nama
beliau. Dan Foke berarti bukan perwakilan konsistensinya segenap
kekeluargaan Moh. Husni Thamrin. Bahkan ia sebenarnya sebagai oknum.
Di sinilah pernyataan keadilan, saksi kebenarannya.
Tidak perlulah di tiru, perbuatannya seperti Presiden SBY, ketika
turut membela mertuanya Aulia Pohan, ketika seperti di penyelidikan
skandal kasus korupsi Century.
Di jaman Nabi SAW., bahkan beliau pernah mendho’a pada ALLOH SWT.,
menghukum kejahatan Abu Jahal (pemimpin kaum jahiliyah Quraisy), yang
bahkan ternyata masih pamannya sendiri. Juga pada pamannya, Abbas (kini
Raja Arab Saudi yg turunan dinasti Abbas ini )yang serakah menyerobot
meraup harta dari hadiah Raja2 Timteng yang sebenarnya tadinya oleh Nabi
SAW., akan di jadikan bagian dari simpanan baitul mal negara, sebagian
di sisihkan buat fakir miskin, sebagian persen di ambil Nabi SAW., buat
keperluan ala kadarnya, buat keluarganya, puteri, cucu2 beliau SAW.
Ternyata fenomena hadits ini seperti tanda di realitas modern.
Atau ketika sayidina Hasan dan Husain ra., dengan sayidina Ali ra.,
bahkan pernah di salahkan dan di demo oleh Ibu tirinya, Siti Aisyah ra.,
lantaran teledor waktu di tugaskan menjaga Kholifah Utsman ra. Yang
jadi korban kezoliman pembunuhan.
Maka dari peristiwa2 silam sejarah, jadi hikmat pembelajaran/risalah
juga supaya cermat, hati2 dalam mengamati realitas peristiwa2 yg
bermunculan. Dalam upaya utamanya ke tujuan berlaku adil, bijaksana.
Memelihara kebaikan, ketenteraman.
Seperti pernah Nabi SAW., menasihati pada cucu2nya ketika nampak
olehnya mencabut pedangnya, beliau SAW., berkata, Berhati-hatilah
mencabut pedang, siapa yang mencabut pedang duluan maka ia yang bisa
celaka oleh pedang.
Mungkin hikmat hadits ini, beliau SAW., di nasihatnya hanya boleh di bela diri, mempertahankan diri.
Membela diri dari pelaku perbuatan korupsi juga termasuk di bela
diri. Bahkan sudah termasuk bela negara, buat kemaslahatan memelihara
dan pemerataan kesejahteraan/ aliran ekonomi bangsa negara.
Menurut sejarahnya, P.Jayakarta dari Tubagus Angke yang keturunan
dari Ibunya, Ratu Winahon, kakaknya Maulana Hasanuddin yang di angkat
jadi Sultan I Banten.
Ketika di Batavia, P.Mohammad Damien menikah dengan puteri
P.Jayakarta. Maka keturunannya juga telah lama jadi warga Jakarta sejak
jaman Batavia. Juga dari pemberitahuan Ibu, ternyata juga terdapat
kerabat di Cirebon.
Ratu Winahon ini menikah dengan Pangeran Cirebon, makanya
berputeranya Tubagus Angke di sebut berasal dari Cirebon, tapi juga
putera Ratu Winahon. Kemudian Fatahilah yang mengangkatnya jadi
penggantinya sebagai Bupati Jayakarta (ke-2), hingga keturunannya juga
di sebut keluarga Pangeran Jayakarta/P.Jakarta.
Ada pun istana Surosowan tersebut dari sejarah hancurnya di abad
18m., maka kemudian pengganti kedatonnya kesultanan Banten adalah
keraton Kahibon. Hingga di abad 19m., lantaran keluarga mahkota
terakhirnya pindah meninggalkan keraton Kahibon, karena P.Mohammad
Damien pergi bekerja menjadi pegawai tinggi di Batavia.
Walau memang di Indonesia sejak baru berdirinya pemerintahan terdapat
partai yang berlabel Islam seperti masyumi, kemudian menyebut partai
Murbanya Soekarno dengan pemuda2nya di bilang komunis. Tapi hal itu
terjadi lantaran persaingan partai politik. Padahal di kenyataannya
sama2 umat Islam, dan Islam juga mengajarkan kemerdekaan.
Hingga di jaman modern ada juga bermunculan kelompok2 yang bahkan di
sebut aliran ekstrem, seperti pernah kejadian kelompok NII yang ingin
buat negara Islam Indonesia, padahal meninjau di Arab Saudi, terdapat
juga perempuan yang mengeluh dengan terlalu kerasnya penerapan hukum
syariat di negaranya. Tapi juga bernuansa monarki Raja Saudi.
Keraton Kahibon berdirinya sejak hingga menjadi tempat
berkedudukannya Ratu Suri, Ibunya dari Sultan Banten terakhir menurut
tulisan sejarah, Mohammad Rafiuddin.
Tapi ada info yang belum di ketahui, seperti apakah keraton Kahibon
juga tempat keluarga dari di antara keturunan yang mana dari Sultan
ageng Tirtayasa.
Di sejarahnya, Sultan ageng Tirtayasa punya putera sulung yang
tadinya akan di warisi olehnya sebagai penerus takhta Sultan Banten.
Tapi keturunannya yang lain (adik dari Pangeran sulung), yaitu
P.Haji/ Abdul Kohar juga menuntut takhta, bahkan dengan bergabung dengan
VOC-Belanda.
Bahkan P.Haji hingga berkhianat pada Tirtayasa, dan menerima takhta melalui VOC-Belanda, dan bergelar Sultan Haji.
Juga masih misteri kemudian putera sulungnya Tirtayasa kemana, siapa kemudian keturunannya.
Dan di masa Raffles/ kolonial Inggeris di Hindia/Indonesia, juga di
kumpulkan para Pangeran Banten di jadikan Bupati. Tapi yang di jadikan
Bupati ialah adik2 kekerabatan, adapun golongan keluarga kasepuhannya
masih di simpan di keraton Kahibon.
Dan menurut sejarah, situs tertua kerajaan di Banten, Tarumanegara,
Pajajaran, adalah terdapatnya di Pandeglang. Di mana masih di wilayah
Pandeglang juga terdapat aki (adiknya Nenek yang sama dari cucunya
P.Mohammad Damien), yakni di Saketi, Labuan-masih di Pandeglang juga.
Aki Moh. Harun ini yang sempat di tangkap oleh Jepang, di jadikan
Romusha, hingga termasuk romusha yang selamat di antara banyak romusha
yang meninggal. Hingga lantarannya di angkat jadi tentara Jepang.
Dari bacaan sejarah, nampak bahwa tentara dari sekutu yang menjadi
tawanan pasukan Jepang di waktu itu, bahkan ada banyak yang di eksekusi
mati.
Aki Mohammad Harun sebenarnya di waktu muda hingga tuanya juga masih nampak rupanya keindobelandaan.
Tapi berkat rahmat ALLOH SWT., walau melalui masa romusha dan dengan
kesedihannya melihat di sekitarnya yang pernah sama menjadi romusha
hingga menemui kematian, atau di aniaya, tapi Aki Mohammad Harun
termasuk yang bisa selamat, malahan walau masih kontroversi dari
keluarga lantaran di jadikan tentara Jepang oleh Jepang.
Tapi juga di situasi waktu itu mungkin satu2nya cara bisa selamat
melalui penjajahan Jepang yang sangat kejam dan bahkan sedang berkuasa
menduduki di Indonesia, adalah terpaksa demikian.
Tapi di film Empire of the Sun pun, yang di perankan oleh Christian
Bale waktu masih kanak2 nampak ia tadinya dari keluarga kaya di Inggeris
kemudian sempat jadi tawanan dan budak compang-camping oleh pasukan
Jepang. Kemudian termasuk yang selamat pula.Sedangkan di waktu itu di posisinya jati diri bangsa Indonesia
sebenarnya kontroversi dengan keberadaan penjajah Belanda juga dengan
kedatangan penjajah Jepang di tanah airnya, tapi di mulai dari masa
belum berdayanya memerdekakan tanah airnya.
Tapi di sejarah perjuangan gerilya kemerdekaan pun, ternyata ada dari
tentara Jepang berbalik jadi mualaf masuk Islam dan turut bergabung
dengan gerilyawan Indonesia ketika malahan kedatangan nekolimnya militer
sekutu. Yang di lawan gerilyawan kemerdekaan Indonesia dulu juga pada
militernya sekutu karena hendak kembali menjajah di tanah air Indonesia.
Nyatanya penduduk sipil di AS pun ada yang kontroversi dengan ulah
dari militernya. Misal dengan percobaan2 senjata kimia, hingga tragedi
Guantanamo. Atau ketika perempuan AS (dari sipil) ketika hendak menolong
orang Palestina, malahan di lindas traktor oleh tentara Israel.
Tanda2 dari sejarah hingga realitas modern bahwa biang kerok berasal
dari oknum militer barat dengan pembuat kejahatan di masanya. Kini
dominannya dari militer Israel.
HUBUNGAN ASAL-USUL ISTIMEWA KEDAERAHAN P.JAKARTA DAN TELUSUR PERMASALAHAN KE PROYEKSI SOLUSI JAKARTA KE DEPAN
Di sekitaran 1947, Presiden I RI, Soekarno mendatangi residen Banten,
yang juga ulama Kiai Tubagus Haji Ahmad Khotib yang juga menjabat
sebagai residen Banten dari 1945-1950. Kedatangannya juga berhubungan
dengan rencana pemerintah Indonesia menetapkan status Jakarta sebagai
Ibukota negara Republik Indonesia.
Di masa gerilya kemerdekaan, banyak Pangeran Surosowan yang tersebar
di Banten, Jakarta, Jawa Barat turut turun bergabung menjadi gerilyawan,
bahkan di antaranya gugur. Ada juga yang yang gugur walau bukan sebagai
prajurit TNI, ada juga yang gugur sebagai prajurit TNI, ada juga yang
masih bertahan menjadi komandan pasukan yang masih di segani dari
TNI-batalyon Siliwangi.
Di antaranya ada mendengar dari cerita salah satu tetangga yang jadi
tukang ojek, ternyata mengaku juga masih keturunan keluarga bangsawan
Banten, di mana terdapat dari orangtuanya pernah jadi Kopral dan gugur
di Banten.
Dari Ibu juga cerita, kalau terdapat 2 kakek yang juga dari keluarga
kesultanan Banten, ketika turut turun bergabung gerilya melawan penjajah
Belanda, bahkan hanya dengan bersenjatakan bambu runcing, juga gugur.
Atau juga mendengar cerita figur dari Bogor, Kapten Muslihat yang
monumennya juga terdapat di kota Bogor, hingga di taman topi. Ternyata
juga bernama asli Tubagus juga dari keluarga kesultanan Banten, yang
gugur dengan regu pasukannya ketika dalam keadaan bertahan dan terdesak
terpaksa melakukan baku tembak , dan gugur dengan sepasukan regunya.
Tapi dari Uwak, yang juga Kapten Usman dan komandan dari pasukan
batalyon Siliwangi-TNI, masih di segani dengan pasukannya di kawasan
Jawa Barat.
Dari penelusuran pribadi pada sekitar sejarah segenap anggota
keluarga Surosowan/kesultanan Banten di masa gerilya jarang yang bisa
masih bertahan bahkan menunjukkan dari perwakilan Surosowan dengan
keberhasilan dan wibawa dengan sebagai komandan pasukan TNI di batalyon
Siliwangi, bahkan di segani.
Padahal Uwak Kapten Usman juga dari keturunan Sultana Ratu Kahinten,
masih dari anggota keluarga putera mahkota terakhir keraton terakhir,
Kahibon yang berakhirnya abad 19m., dan juga keluarga kakek uyut
P.Mohammad Damien yang juga menikahnya dengan puteri P.Jayakarta, yang
kemudian beradanya di Bandung.
Misal di bandingkan dengan munculnya film Janur kuning, cerita (alm)
Pak Harto yang juga ternyata masih Raden keturunan Sri Sultan
Hamengkubhuwono VII dari keraton Ngayogyakarta, juga ketika mudanya
pernah jadi Letkol Komandan Werkhreise sekitar Jateng. Dengan cerita
peristiwa serangan umum 1 Maret 1949, ternyata di baliknya juga terdapat
bantuan dari pasukan Siliwangi.
Karena Pak Harto jadi Presiden RI ke-2 maka yang banyak bermunculan
cerita-cerita perangnya. Tapi juga prestasi Pak Harto ketika jadi
komandan pun memang hebat, seperti ketika beliau jadi Panglima strategi
di peristiwa operasi militer misi pembebasan Irian barat dari penjajah
Belanda-AS, 1963 integrasi ke NKRI.
Seandainya yang lain jadi Panglimanya, maka entah juga apa misi itu
tetap berhasil atau tidak, dan jenis misinya juga berat. Contoh
berbanding di misi mempertahankan Tim-tim dari aksi separatis CNRT yang
juga di bantu pasukan interfet Australia.
Memang pemimpin yang sesuai juga di hati nurani rakyat dari
pengamatan realita dan sejarah turut pula menentukan perubahan kenyataan
di negara Indonesia.
Atau di contoh dengan keberadaan Presiden I RI, Pemimpin besar
revolusi, Bung Karno, padahal dari rakyat awal gerilyanya hanya dari
bermodal senjata bambu runcing. Tapi juga pengaruhnya Pak Karno turut
bisa memerdekakan negara Indonesia padahal juga dengan melalui tekanan
penjajah sekutu: Belanda, AS, Inggeris, Jepang.
Jas merahnya juga, yang memilih Jakarta menjadi ibukota sejak awal
pemerintahan NKRI sejak di pindah dari 2 ibukota sebelumnya, Bandung dan
Yogyakarta, realitanya telah sangat lama berstatus sebagai ibukota
hingga berkembang jadi metropolitan bahkan pernah di gagas oleh mantan
Gub, Sutiyoso di masa Presiden Ibu Megawati S., pernah akan di
tingkatkan menjadi kota megapolitan.
Nyatanya keluarga founding father nasional pun masih terdapat bahkan juga sebagai warga lama Jakarta.
Bahkan pernah ada muncul kritik, kenapa sih kota Jakarta sedemikian di anakemaskan dari kota2 wilayah lain di segenap Indonesia.
Padahal Jakarta juga kota yang sejak jaman Batavia hingga kini telah
berkali-kali mengalami banjir, bahkan kemacetan pun makin parah,
lantaran jumlah kependudukan termasuk akibat urbanisasi pun kian padat.
Tapi teringat cerita (alm)Nenek Yayah dari adiknya Nenek, di masa
mudanya (mungkin masih masa Batavia hingga ke 1960-an) menceritakan di
masanya Jakarta masih sepi, banyak kebon2.
Memang jika misalkan terjadi alokasi penduduk untuk menyeimbangkan
jumlah kependudukan di Jakarta, keluarga pribadi masih di titik area
yang bahkan sangat beralasan aman dari HAMnya, lantaran faktor2
pendukung : masih orang Sedayu bumiputera aslinya kota Jakarta, warga
lama sejak jaman Batavia, dan termasuk golongan keluarga Pangeran
Jayakarta.
Bagaimana mungkin kota Jakarta ada, sebagai kota masih punya hak
otonomi daerah istimewa, tanpa kehadiran benteng pusaka bumiputeranya,
keluarga P.Jayakarta.
Dan termasuk dengan warga lama Jakarta termasuk di kelompok aman dari rencana pengalokasian pemda.
Yang pastinya di titik rawan pengalokasian adalah pada warga baru
ilegal seperti peninggalan dari kasus pemilih gelap ternyata buatan
mantan gub Foke di pilkada gub DKI silam.
Tapi bagaimanapun rasa perikemanusiaan perlu juga di pertimbangkan soal urusan pengalokasian/pemindahan tsb.
Dan faktor pertimbangan lainnya untuk mengatasi soal masalah
kepadatan kota Jakarta adalah juga dengan perluasan wilayah kota/ bahkan
Jakarta sebagai Propinsi DKI, bahkan sebenarnya juga menyimpan status
Propinsi Daerah Istimewa, karena dengan terdapatnya keluarga kasepuhan
P.Jayakarta/P. Jakarta.
Sesuai rasa keadilan Pancasila sebagai Dasar negara Indonesia, bukan
hanya Yogyakarta sebagai Propinsi DI dan terdapat keraton kanoman
kesultanan Ngayogyakarta yang berhak di berikan hak RUUK, tapi karena
sama melalui UUD 45 pasal 18 Bab Otonomi Daerah, kasepuhan P.Jakarta
berarti juga punya hak RUUK-Jakarta.
Jakarta juga perlu kewenangan RUUK untuk menyelesaikan permasalahannya yang kompleks bila di perlukan.
Apalagi di masa kegubernuran Pak Jokowi-Ahok kini yang nampak
berdedikatifnya bahkan hingga di akui dunia internasional, apalagi juga
di berita nampak juga mengalami hadangan2 dari birokrasi, dan dengan
termasuk dukungan dari keluarga P.Jakarta semoga turut bisa partisipasi
mendukungnya untuk kemaslahatan kota Jakarta.
Dan jika di hubungkan dengan latar permasalahan, kota Jakarta dengan
warganya juga punya permasalahan, termasuk di soal mengatasi kemacetan
parah, masalah transportasi hingga transportasi ke Jakarta dengan
masalah di KAI, banjir, meningkatnya kepadatan, kapitalisme liar,
korupsi, belum terdapatnya pengakuan pada hak keistimewaan keraton
P.Jakarta.
Dan ada satu hal kota Jakarta masih punya nilai lebihnya, di waktu
terjadinya rentetan gempa bumi, kota Jakarta termasuk kota yang aman
dari dampak gempa, cuma masalahnya seperti yang termasuk dari di
beberkan di atas.
Untungnya kini Jakarta bergub dan wagub Pak Jokowi dan Ahok. Hingga
sekalian penelusuran untuk sekalian semaksimalnya upaya mereparasi kota
Jakarta semoga Insya ALLOH terwujudkan.
Dan menyinggung lagi pernah ada muncul kritik, kenapa sih kota
Jakarta sedemikian di anakemaskan dari kota2 wilayah lain di segenap
Indonesia.
Tapi di baliknya ternyata berhubung ada dari kerabat warga Jakarta
juga di pekerjaannya menyebar ke kota lain, maka juga berucap demikian.
Dan sebagai kerabat walau di Jakarta juga sebagai insan yang baik mesti
tetap berempati sebagaimana layaknya partisi kerabatnya, walau tersebar
menjadi warga atau pekerja, perantau di propinsi lain, realitasnya
demikian, dan bagaimanapun juga segenap bangsa, wilayah di Indonesia
memang perlu di perhatikan juga. Ada yang bahkan masih sebagai sangat
tertinggal, juga memperihatinkan. Bahkan di berita nampak anak2 di suatu
daerah seperti di Banten masih ada yang hingga menyeberang kali dengan
bergelayutan, tapi jembatannya rusak dan belum juga di perhatikan
pengadaan baru fasilitas wilayahnya.
Atau seperti di suatu wilayah di Propinsi masih terdapat jalan rusak,
atau sangat susahnya buat transportasi pengangkutan dari desa ke kota
menjual hasil desanya.
Pernah mendengar dari Ibu, ketika sambil mendengarkan tayangan berita
dari hari-ke hari, yang beritanya juga melemaskan dan membuat
kekhawatiran, yakni berita-berita bermunculannya gempa-gempa, bencana
alam di beberapa wilayah Indonesia. Climate change, global warming, dan
kontroversinya pada kasus bencana alam buatan seperti di kasus limbah
lumpur Lapindo akibat buatan perusahaannya Bakrie yang bahkan malahan
mencalonkan sebagai Presiden RI nanti di pilpres 2014.
Sempat di perbincangan dengan keluarga, sempat terlontar juga ucapan, kok tidak tau malu ya si Bakrie?
Kakak sulung yang nampak paling kesal, karena ia pernah membeli tanah
di Sidoarjo tadinya sempat di rencanakan buat jadi kebon kopi modal
simpanan usahanya, sekalian jika pindah ke Jatim dan mendapat pekerjaan
tetapnya di sana sejak lama hingga kini.
Apalagi kakak juga pernah punya pacar yang usianya sesebayanya, yang
sekitaran awal 50-an kini tapi masih melajang, bayangkan di usia
sesebayanya di mana teman2 sesebayanya sudah menikah bahkan beranak
sejak lama, susahnya mendapatkan pasangan yang masih lajang di usia
sesebayanya. Menjadi bagian warga NKRI terzolimi juga, dan termasuk
akibat ulahnya Pak Aburizal Bakrie.
Yang usia 30-an melajang saja masih mengeluh, apalagi yg seusia kakak hingga di 50-an tahun.
Tapi juga di samping kakak masih ada korban2 dari warga sekitaran Sidoarjo-Porong yang bahkan nasibnya lebih menderita lagi.
Kekecewaan tarif Ancol sebagai obyek pariwisata umum naik
berlebihan ke tarif Rp 15.000 atau mungkin dengan perubahan ke depannya
dengan penguasaan pengusaha kapital Ciputera
Jika membaca di sejarahnya, dulunya kawasan pantai Ancol adalah juga
terdapat kawasan perumahannya anggota keluarga Surosowan kesultanan
Banten dan P.Jayakarta berdampingan, juga dengan rumah2 warga, nelayan
setempat.
Tapi di realitas kini? bahkan pantai Ancol jelas kalah dengan pantai
Kute di Bali yang masih tidak terpagari dan berpintu depan tarif loket
yang mahal seperti di Ancol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar