Just another tbrm Arief Z painter/illustrator realism art.WordPress.com site.
Gambaran sejarah telusur asal-usul istimewa kasepuhan Surosowan P.Jakarta dan kasultanan Banten dan telusur proyeksi solusi Jakarta ke depan dan sebagai partisi Indonesia

The ruins of palace Kahibon 19th century by Van de velde

Kota Banten sudut mata burung abad 17m

Gempuran Belanda ke Tirtayasa
 
halaman komik 13 seperdua kedatangan belanda di banten, by Tb Arief Z
 
hal novel komik agen 005 Surosena surosena: Kedatangan VOC-Belanda di Banten, 1596m
“NABI MUHAMMAD SAW., BERSABDA : SETIAP KAMU ADALAH PEMIMPIN DAN SETIAP PEMIMPIN BERTANGGUNGJAWAB ATAS KEPEMIMPINANNYA.”
Pancasila:
Sila 1 : Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila 3: Persatuan Indonesia
Sila 4 : Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Sila 5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 KLARIFIKASI JAS MERAH: DI SAMPING MASIH ADA KASEPUHAN 
PANGERAN JAKARTA DI JAKARTA YANG JUGA DARI PUTERA MAHKOTA TERAKHIR 
KERATON KAHIBON 19 M., APA SUDI WARGA JAKARTA DI KENAI MESTI 
SEBA UPETI DAN PANJENENGAN KE SULTAN BANTEN KINI ATAU ESOK KE PEWARIS 
PUTERA MAHKOTA SELANJUTNYA? (TELUSUR DI KESESUAIAN PENCARIAN SOLUSI RASA KEADILAN HAM).
Gambar paling atas adalah reruntuhan Keraton Kahibon di abad 19m by 
Van de Velde. Dari gambar Van de Velde ini terdapat keterangan, keraton 
Kahibon baru hilang penghuninya yang juga keluarga putera mahkota 
terakhir kesultanan Banten, di abad 19m.
Tersebut dari Ibu, masih di akhir abad 18 m., masih bertakhta Nenek 
buyut, Sultana Ratu Kahinten, kmd bercucu P.Mohammad Damien (kakek 
buyut). Dan puterinya Ratu Kahinten di makamkannya di Pasirkudajaya, 
Ciomas Bogor, dengan P.Mohammad Damien. Bagian tanda missing link, 
hilangnya keluarga putera mahkota terakhir dari keraton Kahibon di abad 
19m.
Salah satu cucu buyutnya P.Mohammad Damien ialah Tubagus Arief Z 
(me)-Klarifikasi siapa kasepuhan Surosowan dan keturunan langsung 
keluarga pemilik hak waris sesungguhnya putera mahkota terakhir di 
kesultanan Banten.
Ceritanya dari sudut keluarga pribadi (dari garis Ibu), terdapat 
nenek uyut dari kakek uyut P.Mohammad Damien, yakni Sultana Ratu 
Kahinten ialah terakhir bertakhta di akhir abad 18 m.
ENTAH KENAPA DARI TAKDIR ALLOH SWT., PADA NABI MUHAMMAD SAW.,
 JUSTRU HANYA BERKETURUNAN PEREMPUAN YANG HIDUP TERDAPAT DI BACAAN SIROH
 NABAWIYAH
Jika membaca siroh Nabi Muhammad SAW., di bagian keturunannya Baginda
 Nabi SAW., dari pernikahan dengan isteri pertama tercintanya, Siti 
Khodijah ra., berketurunan perempuan, yakni Fatimah ra., berarti juga 
anak sulung Beliau SAW.
Kemudian dari isteri kesekiannya, di mana di ayat Qur’an ada 
tercantum ALLOH SWT., khusus memberikan hak khusus pada Nabi SAW., 
sebagai  Nabiyalloh penutup, manusia teristimewa yang mendapat hak 
kebolehan khusus tersendirinya Beliau SAW., menikah hingga dengan 10 
isteri. Atau dengan kejadian mengambil hanya pada Siti Aisyah ra., 
sedari berusianya 7 tahun telah di jadikan isterinya Beliau SAW., 
lantaran berhubungan masanya di periode awal agama Islam, umat Islam 
yang juga sebagai minoritas tapi juga tenah menuju bertambah 
pengikutnya, sedang mengalami masa-masa teraniaya di tindas sangat keras
 oleh penguasa jahiliyah Quraisy. Di angkatnya Siti Aisyah ra., yang 
juga puterinya sahabat dekatnya, sayidina Abu Bakar ra., juga berhubung 
di hikmat peristiwa khusus yang bahkan terdapat di ayat Qur’an, ALLOH 
SWT., khusus memberi hak tersebut hanya buat Nabi Muhammad SAW.  (Tafsir
 Al-Azhar Prof Buya Hamka).
Lagi pula membaca di sirohnya Beliau Rosululloh SAW., pada Siti 
Aisyah ra., bahkan terdapat tenggang masa dengannya hingga di masa 
pertumbuhan kematangannya di akil baligh. Di samping fakta lain, 
perempuan Arab lebih cepat matangnya juga di fisiknya. Di angkatnya Siti
 Aisyah jadi isteri sejak usia 7 tahun sebenarnya hanya untuk 
melindunginya dari tekanan penguasa jahiliyah Quraisy yang kejam. 
Lantaran berhubung juga status Nabi SAW., yang masih bangsawan tinggi di
 Quraisy. Tapi juga hak istimewa tsb hak khusus hanya buat Nabi Muhammad
 SAW., seperti tercantum di ayat Qur’an.
Dan di siroh terdapat, bahwa di usia dewasanya, dari isterinya Siti 
Aisyah ra., pertama kalinya Nabi SAW., berketurunan putera, yang juga di
 namainya Ibrohim. Tapi Ibrohim baru lahir, mangkat. Makanya peristiwa 
itu sangat menyedihkan Nabi SAW.
Entah jika membaca di siroh tsb, dari kesimpulan sendiri, mungkin 
juga berhubungan ayat di Qur’an, ALLOH SWT., menyebut Nabi SAW., sebagai
 khotamannabiy atau Nabiyalloh penutup, terakhir.
Pernah membaca di suatu opini, kenapa Nabi-nabi hanya laki-laki, 
seperti juga kemunculan Nabi palsu, Musailamah di masa Kholifah Abu 
Bakar ra.  Tapi bagaimanapun jawabannya berhubung Takdir ALLOH SWT.
Di kemudiannya pun ketika berpidato di hadapan umat Islam, Nabi 
Muhammad SAW., sambil memandang cucunya Hasan ra., (dari keturunan 
sayidina Ali ra., dan puteri sulungnya, Fatimah ra.,) kemudian berkata, 
Cucuku ini Sayid. (dari hadits riwayat shohih Bukhori).
Jika membaca hadits ini ada kesimpulan terjemah juga, bahwa kenapa 
hanya di sebut sayidina Hasan ra., cucu sulungnya, berarti juga yang di 
utamakan sebagai Sayid/pemimpin kasepuhan dari Nabi SAW,. seperti tanda 
dari Beliau SAW., bahwa pada tinggal sisa dari keluarga sulung di 
segenap cucu keturunan Beliau SAW., hingga ke masa modern. Bahkan di 
hadits tsb juga di gambarkannya Nabi SAW., menyebut pada cucu sulungnya,
 Hasan ra., yang masih berusia pemuda.
Dan Nabi SAW., juga bersabda, Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
DI AJARAN ISLAMNYA, DI HARTA KEKAYAAN ADA AMANAT TITIPAN 
ALLOH SWT., (SEANDAINYA MEMILIKI KELEBIHAN HARTA), WAJIB BERSEDEKAH DAN 
TOLONG-MENOLONG DENGAN SESAMA DI KEBAJIKAN DAN HUBUNGAN KEIKHLASAN 
DENGAN RASA KEADILAN
Di hubungkan keikhlasan sepenuhnya, seandainya keluarga P.Jakarta 
juga telah sejahtera mendapatkan hak penghidupan layaknya sesuai hak 
istimewanya berdasar ps 18 UUD 45, sejujurnya baru ikhlas sepenuhnya 
jika dari warga Jakarta yang kaya atau di segenapnya turut bersedekah ke
 wilayah lain dalam rangka memberikan pertolongan harta, di ikhlasnya 
jikalau ke warga fakir miskin, atau korban bencana alam.
Tapi, jika malahan memberinya malah untuk memperkaya hak istimewa 
daerah lain, bahkan pejabat, elit pusat negara yang juga terdapatnya di 
Jakarta, manipulatif, tapi malahan mengabaikan diskriminasi  ekonomi 
sesuai buat hak istimewa dan hak penghidupan layaknya keluarga Pangeran 
Jakarta, malahan jadi kontroversi ketidakadilan.
ALTERNATIF HAK ISTIMEWA  DAN HAK OTONOMI DAERAH BERDASAR 
KONSTITUSI NEGARA RI : UUD 45 PASAL 18, (PEMERINTAH, MPR,DPR, NEGARA 
WAJIB MEMANDANG HAK ASAL-USUL ISTIMEWA KEDAERAHAN) : SEBAGAI KELUARGA 
KASEPUHAN PANGERAN JAYAKARTA/PANGERAN JAKARTA SETELAH MENINGGALKAN 
KERATON TERAKHIR KAHIBON ABAD 19M.,PENGGANTINYA ISTANA SUROSOWAN SEBAGAI
 KEDATON KESULTANAN BANTEN DARUSSALAM. DAN PELAJARAN SILAM GONO-GINI 
PRALAYA DEMAK, PAREGREG MAJAPAHIT JANGAN SAMPAI TERULANG LAGI DI 
KEKELUARGAAN BESAR KESULTANAN BANTEN TETAP MEMELIHARA SILATURAHMI 
KEKERABATAN, UPAYA PERMUSYAWARATAN SOLUSI PEMBAGIAN ADIL, DAN MEMELIHARA
 UKHUWAH PERSATUAN BANGSA NEGARA.
Di sejarahnya dulu, sejak masa Sultan I Banten, Maulana Hasanuddin, 
kesultanan Banten termasuk menguasai kota Jakarta, setelah Bupati I 
Jayakarta, Ki Fatahilah pensiun dari jabatannya. Kemudian mengangkat 
Tubagus Angke, peranakan Pangeran Cirebon dan Ratu Winahon (kakak 
perempuan dari Sultan Banten Maulana Hasanudin), yang juga di angkat 
menjadi menantunya Sultan Maulana Hasanudin.
Di buku sejarah juga terdapat, Sultan Maulana Hasanudin menitipkan 
kota Jayakarta pada Pangeran Tubagus Angke yang kemudian bergelar 
Pangeran Jayakarta/ P.Jakarta. Dulunya Pangeran Tubagus Angke juga di 
angkat sebagai Bupati II Jayakarta, tapi di masa nasional, dengan 
terdapat Gubernur DKI, masakan jadi dobel oposisi jabatan, tapinya juga 
terdapat hak asal-usul istimewa kedaerahan dari hubungan Jasmerah 
kesultanan Banten, dinasti Surosowan yang juga dari putera ke-2 Prabhu 
Pajajaran, Prabhu Siliwangi di hak istimewanya ningrat bumiputera Sunda,
 dan berdasar hak dari UUD 45 pasal 18, pemerintah, MPR, DPR wajib 
memandang hak asal-usul istimewa kedaerahan.
Mungkin sesuai hak penghidupan layaknya sebagai keluarga Raja di 
Jakarta pada haknya keluarga Pangeran Jakarta yang juga masih kasepuhan 
Surosowan.
Dulu pribadi mendapat info dari Ibu mengenai asal-usul di kesultanan 
Banten dari Sultana Ratu Kahinten, Ratu terakhirnya kesultanan Banten di
 akhir abad 18m., mengiranya hingga memasuki milenium 2012, belum ada 
yang di tahbiskan menjadi Sultan Banten, tapi kemudian membaca telah 
ada. Maka karenanya juga warga lama di Jakarta, juga menyebut hak 
asal-usul istimewa kedaerahan tambahannya sebagai keluarga Pangeran 
Jakarta di Jakarta.
Kakek uyut P.Mohammad Damien meninggalkan keraton Kahibon di abad 
19m., dan pindah ke Batavia dan menikah dengan puteri P.Jayakarta 
(karena saudaranya pun masih dari sepupu garis Ibu) , kemudian menikah 
lagi dengan puteri Jakarta lagi, kemudian dengan puteri Rangkasbitung, 
di Banten.
Bertakhta di istana Kahibon, sebagai pengganti istana Surosowan yang 
hancur di awal pertengahan abad 18 m., akibat bertikai dengan Gubernur 
Jenderal VOC-Batavia, H.W. Daendels.
Sebenarnya setelah Sultan Moh. Rafiudin di tangkap, dari keluarga 
Surosowan masih menahbiskan Pangeran putera mahkota, tapi pentahbisannya
 di puing2 istana Surosowan, dan seperti dugaan keluarga Surosowan dari 
resikonya  karena kemudian muncul pengaruh hasutan Daendels pada Raffles
 pentahbisan itu di gagalkan.
Tapi masih ada Sultana Ratu berkedaton di Kahibon, termasuk masih 
terdapat para putera mahkota Surosowan di istana Kahibon. Dan hal ini 
pula yang mungkin di sembunyikan hingga terlewatkan oleh Daendels si 
penjajah Belanda, yang bahkan di tanggapi oleh Raffles sebagai 
perwakilan kolonial Inggeris yg sementara di Hindia.
Setelah penggagalan pentahbisan di istana Surosowan yang puing2 
kemudian malahan Raffles yang berucap sayalah Sultannya, kemudian di 
antara Pangeran Surosowan di undang dan di jadikan Bupati2 bawahannya.
Tapi Daendels dan Raffles pun terlewatkan masih ada kedaton Sultana 
Ratu Kahibon (baru berakhir di abad 19m), yang juga dari Ibunda Ratu, 
kakak perempuan keturunan langsung dan anggota keluarga terdekatnya 
Sultan lelaki terakhir Banten, Mohammad Rafiudin.
Memang di adatnya Banten, mesti keturunan langsung dari Raja yang 
laki-laki yang di angkat sebagai Sultan hingga pewaris putera 
mahkotanya. Tapi, bagaimana jika Ratu kakaknya Sultan Banten juga 
berketurunan Pangeran di masa modern?
Kemudian Sultana Ratu Kahinten berketurunan puteri, tapi masih 
menikah dengan lelaki muslim Belanda. Waktu sejak jaman Tirtayasa, 
bahkan lelaki muslim Belanda seperti Hendrik Lukas Cardeel  (yang juga 
di gelari P.Wiroguno oleh Tirtayasa) bahkan di diskriminasi tidak di 
anggap sebagai bangsa Belanda yang sedang di kuasai VOC, bahkan di 
anggap kafir oleh golongan VOC Belanda. Seperti Belanda oposisi di 
masanya (Hingga dengan memisahknya sebagian Belanda, menjadi Belgia 
termasuk di fenomenanya).
Tapi setelah VOC bangkrut, dengan hilangnya pengaruh kekuasaannya, di Belanda pun terjadi perubahan.
Di masa itu (masih jaman VOC hingga Hindia) tidak semua puteri 
bumiputera nasibnya sama bisa menikah dengan lelaki Belanda,  kecuali 
pada puteri Sultana Ratu Kahinten yang juga menikahnya dengan lelaki 
muslim Belanda.
Nasibnya perempuan bumiputera lainnnya ada yang hanya di jadikan 
berstatus gundik/wanita simpanan, bahkan setelah lahir anaknya malahan 
malu mengakui ibunya yang bumiputera.
Contoh di cerita Nyai Dasima, demikian realita sejarah dulu.
Maka kalau dulu, perempuan bumiputera yang menjadi gundik atau hingga
 hatinya memilih ke pria Belanda/londo (yang bahkan non muslim ) dulunya
 juga mengalami tekanan dari warga bumiputera/natif, juga dari isteri 
bulenya lelaki Belanda.
Kecuali pada pernikahannya puteri Ratu Kahinten dan lelaki muslim 
Belanda. Karena di Belanda juga ada golongannya umat Islamnya.  Di mana 
golongan muslim Belanda ini sejak jaman Tirtayasa sudah seperti bagian 
jaringan yang sudah bertekad setianya dari masa ke masa juga sebagai 
pengabdi dengan (keluarga ) kesultanan Banten, berhubungan sejarah masa 
Tirtayasa dengan P. Wiroguno.
Karena di Belandanya juga kelompok muslim Belanda juga mendapat cap 
seperti Moor, bangsa Belanda rendahan yang hingga bisa masuk Islam. Juga
 pada bangsa Eropa demikian yang masuk Islam, contoh di kasus 
Bosnia-Serbia silam.
Atau di peranakan bangsa Eropa-Asia ada juga sebutannya, Kaukasia.
Biasanya yang karena merasa bangsa Eropa totok/ aseli, biasanya yang 
sukar masuk ke Islam di jaman modern. Imannya sudah dalam ke nasrani, 
atau memilihnya ke selain Islam. Sementara umat Islam kaukasia atau 
bangsa dari manapun di dunia juga di rasuki ghozwul fikri.
Kemudian dari pernikahan puteri Ratu Kahinten dengan lelaki muslim 
Belanda-moor, berketurunan anak laki-laki, Pangeran Banten yang kemudian
 menikahnya dengan gadis Belanda bernama Marcy/Marrietje, yang sebelum 
dekat ke nikahnya di wajibkan mualaf masuk Islam terlebih dulu, baru di 
nikahi Pangeran Banten (yang juga indo Belanda-moor).
Kemudian baru lahir kakek buyut, P.Mohammad Damien. Yang setelah akil
 balighnya menikahnya dengan gadis2 bumiputera. Mungkin juga karena 
mendapatkan situasi makin modern makin berbeda, juga secara realitas 
alamiahnya demikian.
Ada juga pendapat, biasanya lelaki/perempuan kaukasia karena latar 
sejarahnya dulu, maka bisa jadi sirna hasratnya ke perempuan bule, 
apalagi di jaman modernnya perempuan bulenya enggan mualaf. Kalau dulu 
orang VOC Belanda bilang orang Belanda muslim, adalah moor atau kafir, 
demikian juga sebaliknya.
Dan yang Maha Menentukan ALLOH SWT., juga di akhirat kelak.
Di Belanda pun pernah membaca di terbitan buletinnya dari Erasmus 
Huis, di jaman modern terdapat beberapa kelompok di orang-orang Belanda,
 bahkan terdapat sekitaran 10 lebih partai, yang di antaranya bahkan 
partai atheis.
Sementara di Indonesia ada figurnya dulu, seperti Dr. Setiabudi 
(tadinya bernama asli Dr. Ernest Deker) yang juga nama TPU di Karet, 
dekat jl. Haji Rangkayo Rasuna Said.
Nyatanya bahkan peranakan kaukasia bahkan sebenarnya dari turunan 
putera mahkota terakhir keraton Kahibon kesultanan Banten, atau Dr. 
Setiabudi, walau dari dulunya sebagai nasionalis bahkan sedari masa 
gerilya,masa Soekarno, orla-orde pertamanya sejak berdirinya NKRI, tetap
 saja tidak di beri kesempatan berkedudukan tinggi di NKRI. Tapi baru di
 jaman modern ini saja, itu pun dari partai busuk yang sedang berkuasa 
seperti kini di masa KIB.
MANUSIA ITU SEBAGAI SESAMA BANI ADAM DI NILAI BUKAN DARI 
RASNYA TAPI SECARA OBYEKTIF (PENILAIAN ADIL, SEIMBANG) DARI SIFAT 
PERBUATANNYA BAIK ATAU JAHAT. SOLUSINYA PANGERAN JAKARTA ADA PERWAKILAN 
BERSTATUS RESMI KERATON KASEPUHAN PANGERAN JAKARTA.
Sebenarnya jika di simpulkan, status kasepuhan posisinya lebih 
fleksibel, luwes di banding sebagai Sultan. Karena bagaimanapun dengan 
hak kasepuhan Raja-raja juga berhak di pandang dan di hormati istimewa 
bahkan oleh para Sultan, bahkan pemerintah, MPR,DPR, negara berdasarkan 
UUD 45 pasal 18, Bab Otonomi Daerah, walaupun sebagai kasepuhan tua atau
 kasepuhan muda.
Bahkan di masa Pangeran Jayakarta II, sempat P.Jayakarta pernah 
hendak membuat Jayakarta menjadi kesultanan Jayakarta, di abad 17 m.
Dari latar sejarah asal-usul istimewa kedaerahan ini, maka di Jakarta
 bisa berubah realitas jadi kesultanan atau hanya keraton kasepuhan yang
 di kewenangannya di tentukan dari keluarga Pangeran Jakartanya, di 
antara generasi atau regenerasinya kapan ketika mau dan sanggup, Insya 
ALLOH, WalloHu a’lam bishshowab.
Misalnya juga ketika di hubungkan dengan kewenangan hak istimewa 
Otonomi daerahnya kemudian membuat Jakarta yang juga telah lama 
berstatus sebagai Propinsi DKI Jakarta, atau walau ada rencana ibukota 
di pindah dari Jakarta, tetap masih berstatus Propinsi DI (Daerah 
Istimewa) Jakarta juga melalui keberadaan kasepuhan keluarga Pangeran 
Jakarta, atau misal dengan rencana perluasan wilayah Propinsi Jakarta 
hingga ke Bekasi dan Cibubur, Cibinong sebagai tambahan lahan 
agrikultur, Krawang sebagai kawasan industrinya.
Atau ketika mendapatkan masanya mapan, kaya, kemudian misal dari 
keraton atau kerajaannya Jakarta melakukan ekspansi perluasan wilayah, 
misal di Kalimantan, atau di mancanegara Suriname.
Mungkin juga bisa di hubungkan ke maslahat soal TKI di mancanegara. 
Karena di Suriname mendengarnya terdapat juga orang-orang Jawa sebagai 
warga lamanya yang bahkan turut berpartisipasi di masa gerilya 
kemerdekaannya negara Suriname dari penjajahan Belanda. Tapi di sana 
juga ada komunitas umat Islam, jamaah masjid, dari sudut kawasan di 
benua Amerika.
Di samping di keluarga, di jaman modern ini juga masih ada hubungan 
kerabat dengan keluarga feodal AS. Demikianlah kenyataan modern, dan 
generasi modern juga sebagai perancang realitas modern kekinian.
Atau pun terdapat tulisannya dari salah satu Sultan, masa pemimpin 
dari turunan penjajah, sempat pribadi ada tersinggungnya membacanya, 
juga curiga mungkin karena asal-usul keluarga juga masih dari Sultana 
Ratu Kahinten, Sultana Ratu terakhir keraton kesultanan Banten hingga di
 abad 19m., kemudian si Sultan di tahun 2012-2013yang terpilih mungkin 
merasa tersaingi, lantas ada berkomen demikian untuk pertahankan jabatan
 takhtanya di samping sebagai pengisi festival keraton senusantara. Tapi
 juga untungnya beliau masih menerima sebagai teman di facebook, dan 
jika beliau di angkat sebagai Sultan juga berarti  masih sekekerabatan.
Dan Pangeran putera mahkota Cirebon di sejarahnya menikah dengan 
gadis Perancis puteri Dubes Perancis di masa Hindia (kisah nona Delamor,
 di buku sejarah Cirebon, tulisan Pangeran Sulaeman Sulendraningrat).
Dan hal yang buruk jika dengan sekekerabatan seketurunan dari 
kekeluargaan besar kesultanan Banten jadi berselisih, saling sinis 
jatuh-menjatuhkan apalagi karena hal sepele atau baiknya tidak 
berselisih dan sama-sama belum termasuk sebagai pelaku kejahatan.
Karena memang dari asal-usul keluarga termasuk golongan kaukasia 
peranakan Belanda, tapi membaca dari sejarah dulu juga di orang2 Belanda
 terdapat beberapa kelompok lagi,   tapi  misalkan juga telusur ke 
asal-usul Presiden KIB I-II (2004-2009 dan 2009-2014)  SBY, pernah 
beasiswa militer ke Australia yang dulu juga pernah jadi pangkalan 
penjajah Belanda bahkan koalisi dengan penjajah Belanda.
Di mana di ketahui dari sejarah, dominan penjajah di Indonesia dulu 
juga dari militernya penjajah. Hingga dari NICA, ada jaringan APRIS, 
KNIL, kemudian berganti nama sekolah militernya, tapi masih di situs 
area penjajah/nekolim dulu. Tanda2nya semua berasal dari militer 
Belanda. Di masa nekolim hingga kini indikasinya di militer AS, 
bermunculannya manipulasi penjajahan. Atau dulu, John Howard, perdana 
menteri Australia yang juga dari perwakilan militer-Australia.
Atau di masa Salahudin, di kubu Eropa terdapat juga oknum Reginald de Chatilon. Di samping sosok Gotfried dan Bailan.
Atau bisa jadi yang di maksud Gub di Banten, Ratu Atut Chosiyah.
Jika telusur sejarah dulu dari masa gerilya kemerdekaan juga terdapat berlainan oposisi kelompok Belanda, dan peranakan Belanda.
Ada versi dari KNIL, APRIS, ada juga oposisinya yang pro nasional, 
Dr. Setiabudi. Bahkan Moh. Husni Thamrin tokoh Betawi di Jakarta kini, 
ternyata juga keturunan peranakan Inggeris.
Tapi beliau bahkan tidak mau menggunakan nama eropanya, tapi di 
namainya dengan nama bumiputera Indonesia, Moh. Husni Thamrin, sama 
seperti kakek uyut, Moh. Damien.
Di mana dari pemberitahuan Ibu pula, ternyata dengan Moh. Husni Thamrin keluarga pribadi masih ada hub. kerabat.
Tapi apa karena sebagai anak bangsa karena keturunan Ibu dari kakek 
buyut puteri Sultana Ratu Banten yang menikah dengan kakek Belanda yang 
juga umat Islam, kemudian berketurunan putera Pangeran Banten indo 
Belanda menikah dengan gadis Belanda yang di mualafkan ke Islam sebelum 
menikahnya, lantas anak bangsanya terhitung sebagai anak bangsa tiri, 
anak bangsa yang salah dan bahkan di hilangkan hak-haknya bahkan 
sebenarnya juga masih terdapat hak istimewanya sebagai putera mahkota di
 kesultanan Banten lantaran juga turunan dari Sultana Ratu keraton 
terakhir kesultanan Banten di abad 19m.
Di mana bahkan Sultan Banten 2012 juga tidak menyebutkan asal-usul 
istimewanya apa sangat dekat dengan latar keturunan terakhir dari 
keluarga putera mahkota keraton terakhirnya kesultanan Banten. Karena 
membaca di sejarah memang keluarga kesultanan Banten banyak, tapi ada 
juga di golongan adik-adiknya yang di sebar jadi para Bupati sejak masa 
Raffles.
Tapi yang keturunan langsung dari Sultan terakhir yang di simpan 
bahkan penerus sebagai Sultana Ratu Kahinten di akhir abad 18m., dan 
masih berputeri-putera mahkotanya hingga di abad 19m., bahkan hingga 
kini, walau dari golongan kakak-kakaknya tersebar di Jakarta, Bogor ,  
wilayah luar Propinsi DI Banten, dan Banten.
Prinsip pandangan fiqih Islam muslim menikah dengan non muslim sebelumnya yang non muslim mesti mualaf terlebih dulu
Statusnya dari latar bapaknya kakek uyut, hanya sebagai bangsa 
Indonesia, bahkan Pangeran putera mahkota Banten menikah dengan gadis 
bangsa Eropah yang di mualafkan terlebih dulu, baru dinikahi, sesuai 
kepercayaan prinsip fiqih Islamnya.
Memang prinsip fiqih Islam di keluarga P.Banten-P.Jakarta kakek uyut 
Moh.Damien, juga masih di pegang oleh keturunannya jika misal berurusan 
ke soal bertemu pelaminan dengan non muslim, di mana juga berdasar ayat 
Qur’an boleh dari masih sejenis rumpun bangsa menikah (terdapat di QS 
Ar-Rum), misal karena peranakan kaukasia boleh dengan lawan jenis bule, 
tapi juga masih dengan prinsip fiqih Islam, sebelumnya si lawan jenis 
bule mesti mualaf masuk Islam terlebih dulu.
Di mulainya dari lelaki umat Islam yang ketahuannya dari Pangeran putera mahkota Banten.
Dan menurut sejarahnya keluarga Pangeran Banten yang melakukannya, 
pada perempuan bule, karena haknya lelaki sebagai pemimpinnya kaum hawa.
Di samping ketika menjadi suaminya, atau kakek yang pernah menjadi 
suaminya perempuan Eropah, sesuai haknya sebagai pemimpin rumah tangga, 
otomatis hingga turunannya termasuk pula sebagai bagian dari pemimpin 
dari bangsa isterinya yang bangsa Eropah. Coba jika dominannya di balik,
 maka bisa nekolim.
Tapi di perimbangannya karena jasanya Pangeran2 putera mahkota 
sebagai perwakilan Pangeran2 putera mahkota Indonesia yang terlebih 
duluan menikahi perempuan Eropah, jadinya dengan hak kerajaannya juga 
sebagai Raja di Eropah.
Hingga walaupun cucu-cucu, ke cucu2 uyut-uyutnya seterusnya 
menikahnya kembali dengan sebumiputera, yang dari sebagai Pangeran dan 
Ratu isterinya masih dengan hak istimewa termasuk sebagai penerus Sultan
 dan Panglima Salahudin (yang di sejarahnya juga di dukung bangsa Eropa,
 ksatria Tempelar Sir Gotfried dan Bailan), Pangeran dan Ratu hingga di 
bangsa Eropah, sebagai perwakilan bangsa juga sebagai bangsa rajanya di 
bangsa Eropah, atau sebagai kakak kekerabatan bangsa (melalui hak 
kewarganegaraan internasional Ius Saunginis (azas kewarganegaraan 
berdasarkan keturunan/Ius Soli (azas kewarganegaraan internasional 
berdasarkan tempat lahirnya).
Hingga timbal baliknya ke bangsa Eropa juga tidak hanya berpangeran, 
ber-Ratu nasrani, tapi juga berpangeran dan ber-Ratu umat Islam.
Sebenarnya lebih keren realitas Pangeran atau lelaki Indonesia muslim
 menikahi perempuan bule kemudian memualafkannya terlebih dulu hingga di
 nikahi setelah mualaf, ketimbang realitas lain.
Tapi realitas itu hanya bisa terjadi di jaman dulu, kini di jaman 
modern lebih praktis apalagi berhubungan keutamaan hati nurani seperti 
P.Mohammad Damien kembali menemukan cintanya di puteri bumiputera, 
Pangeran Aladin bertemu kembali puteri Yasmin yang dengan keuntungan 
rahmat ALLOH, juga seagama Islam. Hingga tidak perlu lagi susah payah 
dengan upaya pemualafan, apalagi di jaman kini, ke perempuan 
sebumiputera saja sulit apalagi ke perempuan bule di jaman kini. Atau 
antisipasi misal malahan di jadikan frog prince oleh puteri bule, tidak 
sepantasnya, inkonsistensi, zolim.
Seandainya tiada Jasmerah ini ?Pangeran-pangeran Indonesia jaman dulu
 menikah dengan perempuan-perempuan bangsa Eropah yang bahkan ada dengan
 memualafkan terlebih dulu, kemudian baru di nikahi hanya terdapat 
realitas kaum hawa Indonesia menikahi pria bule, padahal laki2 juga yang
 berstatus sebagai pemimpin keluarga, apalagi sebagai lelaki bule juga 
hingga sebagai pemimpin bangsanya isterinya, kenyataan yang tak 
berimbang.
Di samping di kenyataan, ada di jaman modern pada di antara kaum hawa
 Indonesia, malahan tadinya berasal dari keluarga umat Islam, kemudian 
menikah dengan pria bule malahan pindah agama ke nasrani. Untungnya ada 
tapi masih dari golongan adik, hingga walaupun bersuamikan dari keluarga
 feodal AS, tapi statusnya juga jadi adik kekerabatan.
Dengan pemberitahuan kenyataan2 ini, walau keluarga kakek uyut, 
P.Mohammad Damien bahkan berasal dari keraton terakhir kesultanan 
Banten, tapi secara adilnya lantaran dengan mayoritas kerabatnya dominan
 telah lama jadi warga di Jakarta, bahkan sejak masih berstatus Batavia,
 maka memang sudah bukan di tempatnya lagi berkedudukan di takhta Sultan
 Banten, di samping nantinya bagaimana mengurus soal kesibukan waktu 
masih berumah di Jakarta kemudian juga ada tanggung jawab mengurus 
penjagaan pemeliharaan situs keraton-keraton lama, bahkan hingga pusaka 
kesultanan.
Tapi sebagai hak berkedaton keratonan kasepuhan- P.Jakarta tetap, di 
Jakarta. Idealnya demikian sesuai pembagian hak2 asal-usul istimewa 
kedaerahannya.

Pangeran_Jayakartahttp://www.sufiz.com/kisah-mujahid/pangeran-jayakarta-membumihanguskan-sunda-kelapa.html
Keluarga keraton kasepuhan P.Jakarta di status modern tidak lagi 
sebagai bawahan Sultan Banten kini, (seperti jaman dulu pernah kena 
kewajiban seba/ bayar upeti ke Sultan Banten hingga sempat muncul 
kontroversi dan perselisihan dingin antara Sultan Banten dan 
kel.P.Jakarta, karena tidak layak/termasuk pamali keluarga kasepuhan 
Surosowan bayar pajak tahunan ke adik kerabatnya, walau beliau Sultan 
Banten, di hak adilnya/ adab kekeluargaan).
Tapi juga dengan fenomena modern kini Jakarta jadi ibukota, tempat 
elit pemerintah yang juga ada oknum mafia korupsi, kapital korupsi, 
oknum orang kaya semena2, atau pegawai tikus kantor semena2 bak 
peninggalan jaman Batavia dulu,  maka selayaknya Sultan Banten sebagai 
adik kekerabatan di bolehkan membantu di urusan pasukan bantuan amar 
makruf nahi mungkar, menegakkan keadilan, termasuk di urusan membuat 
warga Jakarta yang kaya2 membayarkan hak fa’i dzuriyah kasepuhan 
P.Jakarta (karena juga telah di ijinkan melalui hak otonomi kasepuhan 
P.Jakarta, yang juga ada peranakan kasepuhan keraton Kota Gede, 
kasepuhan Mataram). juga masih terdapat dengan keluarga Sultan Cirebon.
Di samping di kenyataan kini, juga telah menjelma Propinsi DI Banten, kota Jakarta juga berstatus Propinsi DKI Jakarta.
Bahkan sebagai Propinsi Ibukota juga punya hak istimewa dengan 
perluasan wilayah kotanya, misal hingga ke Bekasi, Cibubur sebagai 
sarana desa dan lahan agrikultur, kebonnya, Krawang sebagai kawasan 
industrinya.
Memang jika dulunya dengan termasuk Ciputat hingga Tangerang, tapi 
kini masuknya di Propinsi DI Banten. Karena pengaruh ketidakberadaannya 
keraton P.Jakarta dan masa Gubernur DKI yang jelek juga terjadinya 
kelabilan status wilayah memilihnya masuk di Propinsi mana.
PERTANYAAN RASA KEADILAN DAN APA SUDI WARGA JAKARTA DI KENAI 
MESTI SEBA UPETI DAN PANJENENGAN KE SULTAN BANTEN KINI ATAU ESOK KE 
PEWARIS PUTERA MAHKOTA SELANJUTNYA? DI SAMPING MASIH ADA KASEPUHAN 
PANGERAN JAKARTA DI JAKARTA YANG JUGA DARI PUTERA MAHKOTA TERAKHIR 
KERATON KAHIBON 19 M., (TELUSUR DI KESESUAIAN RASA KEADILAN HAM).
Lagipula apa sudi warga Jakarta turut di kenai mesti seba upeti ke 
Sultan Banten kini? Atau adilnya sesuai UUD 45 pasal 18 Bab Otonomi 
Daerah-NKRI, yang berisi: Pemerintah, MPR,DPR, negara wajib memandang 
hak asal-usul istimewa kedaerahan. Sesuai terjemahnya adilnya warga DKI 
Jakarta membayar jizyahnya/fa’i (syariat pembayaran jizyah pada 
dzuriyah/qorba Rosul Nabi Muhammad SAW.,), ialah pada keluarga P.Jakarta
 di Jakarta.
Walau kini memandang Sultannya Banten sosoknya bagus, tapi juga 
Gubernurnya Ratu Atut dengan DPRD yg juga terdapat korupsi, masih 
kontroversi perihatin juga pada situasi di Banten.
Seandainya saja perwakilan residen keraton kasepuhan P.Jakarta juga 
ada, dengan Sultan Banten yang masih bagus, hingga juga dapat sebagai 
benteng kerjasama dari jalur kekerabatan keluarga kerajaan.
Apalagi dapat gubernur bagus juga, jika dapat tak bagus, maka dapat berjaringan membendung kekuasaan yang buruk tsb.
Dan di Jakarta kenyataannya terdapat banyak kekuasaan2, jika gubnya 
bagus, tapi juga sebagai ibukota masih terdapat Kepala negara,anggota 
MPR/DPR-pusat, yang juga banyak, juga ada berjaringan dengan kapitalisme
 yang di antaranya juga terdapat oknum mafia korupsi-kapitalisme. Tetap 
bagaikan Daud vs Jalut, apalagi dengan berkepala negara masih belum 
sesuai hati nurani rakyat kebanyakan, oknum2 anggota DPR, bahkan hingga 
 ke mafia kepolisian RI yang markas pusatnya juga di Jakarta.
Untuk di urusan penegakkan rasa keadilan. Karena juga sama dengan 
berbuat thoffif (mencurangi takaran) jikalau seperti fenomena kini, 
justru keluarga P.Jakarta menjadi miskin2, padahal di warga Jakarta ada 
kapitalismenya juga, elit-elit pusat pemerintah yang kaya2, anggota2 DPR
 yang pernah di beritakan bahkan keluar negerinya tak maslahat malahan 
dengan keluarganya boros berbelanja. Atau dengan fenomena terdapatnya 
oknum dari kekerabatan Moh. Husni Thamrin, oknum mantan Gub DKI, Foke 
yang korupsi dana bansos belasan milyar rupiah.
Atau pernah kejadian waktu hendak mengikuti lomba lukis di Gambir, 
galeri nasional, di organisasi YSRI, tiba2 waktu bulannya di percepat di
 2 tahun kemudian, kemudian ketika di telepon dengan tanya baik2, 
malahan sekretaris panitianya menjawab dengan ketus, Emang siapa loh?!, 
bahkan dengan menutup telepon. Bayangkan warga Jakarta yang bahkan tak 
di ketahui sejak kapan jadi warganya sampai pada P.Jakartanya menjawab 
ketus semena2 demikian. Atau ketika pernah kejadian direktur dari 
penerbit Erlangga yang mengakunya keturunan Aceh bahkan dengan nama 
Sayed, tapi nampak seperti tionghoa, kemudian menelepon bahkan dengan 
menghardik/membentak dan mengancam.
Coba kalo yg telpon puteranya Presiden SBY, Ibas misalkan.
Di sinilah termasuk bagian dari kontroversi2 perlakuan tidak adil 
pada warga Jakarta yang nampak sebagai warga umum, di banding perlakuan 
dengan pada elit, anggota MPR, DPR, Direktur, Presiden. Padahal sesuai 
UUD 45 pasal 18 BAB Otonomi Daerah tercantum pemerintah, MPR,DPR, negara
 wajib memandang hak asal-usul istimewa kedaerahan. Walau Jakarta ada 
yang sebut kota heterogen, tapi juga masih ada keluarga P.Jakarta bahkan
 dengan hak istimewa kedaerahan menurut UUD 45 pasal 18. Kejadian2 
demikian semena2 saja bisa terjadi biasanya dari golongan 
elit/kapitalisme di Jakarta, bahkan pada masih kel.P.Jakarta apalagi 
pada warga umum Jakarta yang bahkan sebenarnya bisa saja ada kisah2 
serupa.
Setiap orang juga punya HAM, dan landasan konstitusional juga perikemanusiaan dan keadilan, yang juga tercantum di Pancasila.
Memang terdapat di tulisannya Aristoteles yang pernah jadi penasihat 
Raja Aleksander agung, “Golongan terbaik adalah golongan menengah, 
bahkan sebagai pemimpin negara, bagusnya di pilih dari yang menengah.”
Dan ada lanjutannya, karena ia juga mengamati situasi di tengah dari 
bagaimana kelakuannya orang kaya, bahkan juga sebagai penuntut ke orang 
kaya hingga empatinya dengan yang di gol.bawah.
Di samping ia juga menguasai artileri, pasukan, aparat, hukum sebagai
 kepala negara yang juga di amanatkan adil, dan ada kaitan 
tanggungjawabnya dengan gol menengah dan bawah. Juga waktu Aleksander 
menjadi Raja, pasukannya, aparat juga tidak dibuat kaya, hingga sama2 
menjadi singa buas dan lapar memangsa pada yg kaya, buat di bagikan pada
 sesama singa lapar/ orang fakir miskin.
Mungkin juga sesuai maksudnya Aristoteles, jadinya dengan segenap 
warganya di jadikan menengah semua, bahkan dengan Rajanya, hingga di 
APBN negara di simpan kelebihan harta buat tabungan bangsa-negara. Juga 
di samping menghilangkan kesenjangan sosial.
Mungkin juga kutipan tulisan Aristoteles tsb juga berpengaruh masuk 
ke gagasannya Karl Marx ketika sampai menuliskan manifesto komunis, 
materialisme dialektik.
Tapi kenyataannya yang nampak kini di rumah2 Jakarta hampir semua 
berpagar, kecuali rumah warga Jakarta dulu, yang bahkan masih nampak 
sederhana2 semua, masih ada pohon sawo, pohon mangga, kebon di 
Jagakarsa, empang, masih ada suasana kampungnya Jakarta dulu, bahkan 
hingga ke 1980-an, walau tinggal sebagian, di banding jaman kini, hutan 
beton bahkan hingga ke kawasan dulunya kawasan kebon.
Bahkan Jakarta kota yang paling cepat kepadatannya berbanding asal 
kesultanannya di Banten lama. Apalagi sejak lama juga berstatus ibukota,
 kota metropolitan. Juga benar sebagai kota heterogen, orang dari suku, 
bangsa negara apapun komplit di Jakarta bahkan melebihi miniatur peta 
Indonesia di TMII.
Bahkan hingga  Perum Peruri juga terdapatnya di Jakarta, tapi anehnya dapat duit juga susah buat bahkan sebagian warga lama.
Malahan di kotanya sendiri yang metropolitan, ibukota bahkan warga 
lama jadi seperti terpenjara kemiskinan. Padahal di kesehariannya juga 
di jalan melintas orang2 bermobil BMW, Mercedes, Porsche, Lexus, 
Mitsubishi, Landrover, sementara ketika di jalan hanya mampu bahkan 
hingga berdesakan naik bus metromini, atau di alihkan ke busway setelah 
sampai di halte-halte utama.
Bahkan bukan hanya sebagian warga yang mendapat perlakuan 
diskriminatif, bahkan hingga ke anggota kel.Pangeran Jakarta di kota 
pemilik hak otonomi istimewa kedaerahannya juga mendapat bagian  
demikian, bahkan dengan UUD 45, jelas telah menyimpang dari keadilan 
konstitusi dasar negara.
Bahkan berbanding ketika George W. Bush hingga datang dengan 
protokoler istimewa, berhelikopter dengan bersalaman dekat dengan 
Presiden SBY ketika kunjungannya di istana Bogor. Atau Pangeran Charles 
yang masih di beri kendaraan istimewa, tapi buat anggota keluarga 
P.Jakarta yang bahkan kasepuhan Raja2 kok dapatnya gak adil di bagian 
hak istimewanya.
Padahal waktu Raja Richard terjatuh dari kudanya, hingga membuatnya 
terpaksa berjalan kaki bersama pasukannya, Salahudin juga memberikan 
kudanya, dengan mengirim pesan padanya, Seorang Raja tidak pantas 
berjalan kaki di bawah bersama pasukannya. Bukannya P.Jakarta bahkan 
sebagai kasepuhannya Sultan Banten, dan para dzuriyah juga punya hak 
istimewanya kasepuhan Sultan dan dzuriyah, hak kekuasaan kerajaan besar 
Nabi Ibrohim.
Atau walau Salahudin di angkat menjadi pemimpin di Suriah, tapi juga 
masih menghormati haknya Pangeran putera mahkota kerajaan di Suriah. 
Juga ketika di Mesir.
Kekerabatan sama dengan kebangsaan baiknya di ukhuwah (persatuan) 
urusan yang baik, berjihad utama di pernyataan keadilan, turut 
menegakkan keadilan, berperikemanusiaan yang baik. Bukan di kolusi KKN 
busuk, jahat.
Seperti firman ALLOH di hikmat ayat QS Al-Maidah:5, 
Bertolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa (berlaku adil), dan 
janganlah bertolong-menolong dalam urusan kejahatan.
Walau ironisnya, terdapat masih kerabat turunannya (Moh.Husni
 Thamrin) pernah jadi Gub. DKI, yaitu Prof. Fauzi Bowo, tapi 
perbuatannya seperti idealnya figur pahlawan nasional Moh. Husni 
Thamrin, jauh berbeda dengan perbuatannya seperti korupsi dana bansos, 
belasan milyar rupiah.
Dan jika ia mengaitkan perbuatannya tsb dengan latar asal-usulnya 
masih kerabat dari Moh. Husni Thamrin, berarti ia juga mencoreng nama 
beliau. Dan Foke berarti bukan perwakilan konsistensinya segenap 
kekeluargaan Moh. Husni Thamrin. Bahkan ia sebenarnya sebagai oknum.
Di sinilah pernyataan keadilan, saksi kebenarannya.
Tidak perlulah di tiru, perbuatannya seperti Presiden SBY, ketika 
turut membela mertuanya Aulia Pohan, ketika seperti di penyelidikan 
skandal kasus korupsi Century.
Di jaman Nabi SAW., bahkan beliau pernah mendho’a pada ALLOH SWT., 
menghukum kejahatan Abu Jahal (pemimpin kaum jahiliyah Quraisy), yang 
bahkan ternyata masih pamannya sendiri. Juga pada pamannya, Abbas (kini 
Raja Arab Saudi yg turunan dinasti Abbas ini )yang serakah menyerobot 
meraup harta dari hadiah Raja2 Timteng yang sebenarnya tadinya oleh Nabi
 SAW., akan di jadikan bagian dari simpanan baitul mal negara, sebagian 
di sisihkan buat fakir miskin, sebagian persen di ambil Nabi SAW., buat 
keperluan ala kadarnya, buat keluarganya, puteri, cucu2 beliau SAW.
Ternyata fenomena hadits ini seperti tanda di realitas modern.
Atau ketika sayidina Hasan dan Husain ra., dengan sayidina Ali ra., 
bahkan pernah di salahkan dan di demo oleh Ibu tirinya, Siti Aisyah ra.,
 lantaran teledor waktu di tugaskan menjaga Kholifah Utsman ra. Yang 
jadi korban kezoliman pembunuhan.
Maka dari peristiwa2 silam sejarah, jadi hikmat pembelajaran/risalah 
juga supaya cermat, hati2 dalam mengamati realitas peristiwa2 yg 
bermunculan. Dalam upaya utamanya ke tujuan berlaku adil, bijaksana. 
Memelihara kebaikan, ketenteraman.
Seperti pernah Nabi SAW., menasihati pada cucu2nya ketika nampak 
olehnya mencabut pedangnya, beliau SAW., berkata, Berhati-hatilah 
mencabut pedang, siapa yang mencabut pedang duluan maka ia yang bisa 
celaka oleh pedang.
Mungkin hikmat hadits ini, beliau SAW., di nasihatnya hanya boleh di bela diri, mempertahankan diri.
Membela diri dari pelaku perbuatan korupsi juga termasuk di bela 
diri. Bahkan sudah termasuk bela negara, buat kemaslahatan memelihara 
dan pemerataan kesejahteraan/ aliran ekonomi bangsa negara.
Menurut sejarahnya, P.Jayakarta dari Tubagus Angke yang keturunan 
dari Ibunya, Ratu Winahon, kakaknya Maulana Hasanuddin yang di angkat 
jadi Sultan I Banten.
Ketika di Batavia, P.Mohammad Damien menikah dengan puteri 
P.Jayakarta. Maka keturunannya juga telah lama jadi warga Jakarta sejak 
jaman Batavia. Juga dari pemberitahuan Ibu, ternyata juga terdapat 
kerabat di Cirebon.
Ratu Winahon ini menikah dengan Pangeran Cirebon, makanya 
berputeranya Tubagus Angke di sebut berasal dari Cirebon, tapi juga 
putera Ratu Winahon. Kemudian Fatahilah yang mengangkatnya jadi 
penggantinya sebagai Bupati Jayakarta (ke-2), hingga keturunannya juga 
di sebut keluarga Pangeran Jayakarta/P.Jakarta.
Ada pun istana Surosowan tersebut dari sejarah hancurnya di abad 
18m., maka kemudian pengganti kedatonnya kesultanan Banten adalah 
keraton Kahibon. Hingga di abad 19m., lantaran keluarga mahkota 
terakhirnya pindah meninggalkan keraton Kahibon, karena P.Mohammad 
Damien pergi bekerja menjadi pegawai tinggi di Batavia.
Walau memang di Indonesia sejak baru berdirinya pemerintahan terdapat
 partai yang berlabel Islam seperti masyumi, kemudian menyebut partai 
Murbanya Soekarno dengan pemuda2nya di bilang komunis. Tapi hal itu 
terjadi lantaran persaingan partai politik. Padahal di kenyataannya 
sama2 umat Islam, dan Islam juga mengajarkan kemerdekaan.
Hingga di jaman modern ada juga bermunculan kelompok2 yang bahkan di 
sebut aliran ekstrem, seperti pernah kejadian kelompok NII yang ingin 
buat negara Islam Indonesia, padahal meninjau di Arab Saudi, terdapat 
juga perempuan yang mengeluh dengan terlalu kerasnya penerapan hukum 
syariat di negaranya. Tapi juga bernuansa monarki Raja Saudi.
Keraton Kahibon berdirinya sejak hingga menjadi tempat 
berkedudukannya Ratu Suri, Ibunya dari Sultan Banten terakhir menurut 
tulisan sejarah, Mohammad Rafiuddin.
Tapi ada info yang belum di ketahui, seperti apakah keraton Kahibon 
juga tempat keluarga dari di antara keturunan yang mana dari Sultan 
ageng Tirtayasa.
Di sejarahnya, Sultan ageng Tirtayasa punya putera sulung yang 
tadinya akan di warisi olehnya sebagai penerus takhta Sultan Banten.
Tapi keturunannya yang lain (adik dari Pangeran sulung), yaitu 
P.Haji/ Abdul Kohar juga menuntut takhta, bahkan dengan bergabung dengan
 VOC-Belanda.
Bahkan P.Haji hingga berkhianat pada Tirtayasa, dan menerima takhta melalui VOC-Belanda, dan bergelar Sultan Haji.
Juga masih misteri kemudian putera sulungnya Tirtayasa kemana, siapa kemudian keturunannya.
Dan di masa Raffles/ kolonial Inggeris di Hindia/Indonesia, juga di 
kumpulkan para Pangeran Banten di jadikan Bupati. Tapi yang di jadikan 
Bupati ialah adik2 kekerabatan, adapun golongan keluarga kasepuhannya 
masih di simpan di keraton Kahibon.
Dan menurut sejarah, situs tertua kerajaan di Banten, Tarumanegara, 
Pajajaran, adalah terdapatnya di Pandeglang. Di mana masih di wilayah 
Pandeglang juga terdapat aki (adiknya Nenek yang sama dari cucunya 
P.Mohammad Damien), yakni di Saketi, Labuan-masih di Pandeglang juga. 
Aki Moh. Harun ini yang sempat di tangkap oleh Jepang, di jadikan 
Romusha, hingga termasuk romusha yang selamat di antara banyak romusha 
yang meninggal. Hingga lantarannya di angkat jadi tentara Jepang.
Dari bacaan sejarah, nampak bahwa tentara dari sekutu yang menjadi 
tawanan pasukan Jepang di waktu itu, bahkan ada banyak yang di eksekusi 
mati.
Aki Mohammad Harun sebenarnya di waktu muda hingga tuanya juga masih nampak rupanya keindobelandaan.
Tapi berkat rahmat ALLOH SWT., walau melalui masa romusha dan dengan 
kesedihannya melihat di sekitarnya yang pernah sama menjadi romusha 
hingga menemui kematian, atau di aniaya, tapi Aki Mohammad Harun 
termasuk yang bisa selamat, malahan walau masih kontroversi dari 
keluarga lantaran di jadikan tentara Jepang oleh Jepang.
Tapi juga di situasi waktu itu mungkin satu2nya cara bisa selamat 
melalui penjajahan Jepang yang sangat kejam dan bahkan sedang berkuasa 
menduduki di Indonesia, adalah terpaksa demikian.
Tapi di film Empire of the Sun pun, yang di perankan oleh Christian 
Bale waktu masih kanak2 nampak ia tadinya dari keluarga kaya di Inggeris
 kemudian sempat jadi tawanan dan budak compang-camping oleh pasukan 
Jepang. Kemudian termasuk yang selamat pula.Sedangkan di waktu itu di posisinya jati diri bangsa Indonesia 
sebenarnya kontroversi dengan keberadaan penjajah Belanda juga dengan 
kedatangan penjajah Jepang di tanah airnya, tapi di mulai dari masa 
belum berdayanya memerdekakan tanah airnya.
Tapi di sejarah perjuangan gerilya kemerdekaan pun, ternyata ada dari
 tentara Jepang berbalik jadi mualaf masuk Islam dan turut bergabung 
dengan gerilyawan Indonesia ketika malahan kedatangan nekolimnya militer
 sekutu. Yang di lawan gerilyawan kemerdekaan Indonesia dulu juga pada 
militernya sekutu karena hendak kembali menjajah di tanah air Indonesia.
Nyatanya penduduk sipil di AS pun ada yang kontroversi dengan ulah 
dari militernya. Misal dengan percobaan2 senjata kimia, hingga tragedi 
Guantanamo. Atau ketika perempuan AS (dari sipil) ketika hendak menolong
 orang Palestina, malahan di lindas traktor oleh tentara Israel.
Tanda2 dari sejarah hingga realitas modern bahwa biang kerok berasal 
dari oknum militer barat dengan pembuat kejahatan di masanya. Kini 
dominannya dari militer Israel.
HUBUNGAN ASAL-USUL ISTIMEWA KEDAERAHAN P.JAKARTA DAN TELUSUR PERMASALAHAN KE PROYEKSI SOLUSI JAKARTA KE DEPAN

monas
 
Relief_of_Indonesian_History,_Monas
Di sekitaran 1947, Presiden I RI, Soekarno mendatangi residen Banten,
 yang juga ulama Kiai Tubagus Haji Ahmad Khotib yang juga menjabat 
sebagai residen Banten dari 1945-1950. Kedatangannya juga berhubungan 
dengan rencana pemerintah Indonesia menetapkan status Jakarta sebagai 
Ibukota negara Republik Indonesia.
Di masa gerilya kemerdekaan, banyak Pangeran Surosowan yang tersebar 
di Banten, Jakarta, Jawa Barat turut turun bergabung menjadi gerilyawan,
 bahkan di antaranya gugur. Ada juga yang yang gugur walau bukan sebagai
 prajurit TNI, ada juga yang gugur sebagai prajurit TNI, ada juga yang 
masih bertahan menjadi komandan pasukan yang masih di segani dari 
TNI-batalyon Siliwangi.
Di antaranya ada mendengar dari cerita salah satu tetangga yang jadi 
tukang ojek, ternyata mengaku juga masih keturunan keluarga bangsawan 
Banten, di mana terdapat dari orangtuanya pernah jadi Kopral dan gugur 
di Banten.
Dari Ibu juga cerita, kalau terdapat 2 kakek yang juga dari keluarga 
kesultanan Banten, ketika turut turun bergabung gerilya melawan penjajah
 Belanda, bahkan hanya dengan bersenjatakan bambu runcing, juga gugur.
Atau juga mendengar cerita figur dari Bogor, Kapten Muslihat yang 
monumennya juga terdapat di kota Bogor, hingga di taman topi. Ternyata 
juga bernama asli Tubagus juga dari keluarga kesultanan Banten, yang 
gugur dengan regu pasukannya ketika dalam keadaan bertahan dan terdesak 
terpaksa melakukan baku tembak , dan gugur dengan sepasukan regunya.
Tapi dari Uwak, yang juga Kapten Usman dan komandan dari pasukan 
batalyon Siliwangi-TNI, masih di segani dengan pasukannya di kawasan 
Jawa Barat.
Dari penelusuran pribadi pada sekitar sejarah segenap anggota 
keluarga Surosowan/kesultanan Banten di masa gerilya jarang yang bisa 
masih bertahan bahkan menunjukkan dari perwakilan Surosowan dengan 
keberhasilan dan wibawa dengan sebagai komandan pasukan TNI di batalyon 
Siliwangi, bahkan di segani.
Padahal Uwak Kapten Usman juga dari keturunan Sultana Ratu Kahinten, 
masih dari anggota keluarga putera mahkota terakhir keraton terakhir, 
Kahibon yang berakhirnya abad 19m., dan juga keluarga kakek uyut 
P.Mohammad Damien yang juga menikahnya dengan puteri P.Jayakarta, yang 
kemudian beradanya di Bandung.
Misal di bandingkan dengan munculnya film Janur kuning, cerita (alm) 
Pak Harto yang juga ternyata masih Raden keturunan Sri Sultan 
Hamengkubhuwono VII dari keraton Ngayogyakarta, juga ketika mudanya 
pernah jadi Letkol Komandan Werkhreise sekitar Jateng.  Dengan cerita 
peristiwa serangan umum 1 Maret 1949, ternyata di baliknya juga terdapat
 bantuan dari pasukan Siliwangi.
Karena Pak Harto jadi Presiden RI ke-2 maka yang banyak bermunculan 
cerita-cerita perangnya. Tapi juga prestasi Pak Harto ketika jadi 
komandan pun memang hebat, seperti ketika beliau jadi Panglima strategi 
di peristiwa operasi militer misi pembebasan Irian barat dari penjajah 
Belanda-AS, 1963 integrasi ke NKRI.
Seandainya yang lain jadi Panglimanya, maka entah juga apa misi itu 
tetap berhasil atau tidak, dan jenis misinya juga berat. Contoh 
berbanding di misi mempertahankan Tim-tim dari aksi separatis CNRT yang 
juga di bantu pasukan interfet Australia.
Memang pemimpin yang sesuai juga di hati nurani rakyat dari 
pengamatan realita dan sejarah turut pula menentukan perubahan kenyataan
 di negara Indonesia.
Atau di contoh dengan keberadaan Presiden I RI, Pemimpin besar 
revolusi, Bung Karno, padahal dari rakyat awal gerilyanya hanya dari 
bermodal senjata bambu runcing. Tapi juga pengaruhnya Pak Karno turut 
bisa memerdekakan negara Indonesia padahal juga dengan melalui tekanan 
penjajah sekutu: Belanda, AS, Inggeris, Jepang.
Jas merahnya juga, yang memilih Jakarta menjadi ibukota sejak awal 
pemerintahan NKRI sejak di pindah dari 2 ibukota sebelumnya, Bandung dan
 Yogyakarta, realitanya telah sangat lama berstatus sebagai ibukota 
hingga berkembang jadi metropolitan bahkan pernah di gagas oleh mantan 
Gub, Sutiyoso di masa Presiden Ibu Megawati S., pernah akan di 
tingkatkan menjadi kota megapolitan.
Nyatanya keluarga founding father nasional pun masih terdapat bahkan juga sebagai warga lama Jakarta.
Bahkan pernah ada muncul kritik, kenapa sih kota Jakarta sedemikian di anakemaskan dari kota2 wilayah lain di segenap Indonesia.
Padahal Jakarta juga kota yang sejak jaman Batavia hingga kini telah 
berkali-kali mengalami banjir, bahkan kemacetan pun makin parah, 
lantaran jumlah kependudukan termasuk akibat urbanisasi pun kian padat.
Tapi teringat cerita (alm)Nenek Yayah dari adiknya Nenek, di masa 
mudanya (mungkin masih masa Batavia hingga ke 1960-an) menceritakan di 
masanya Jakarta masih sepi, banyak kebon2.
Memang jika misalkan terjadi alokasi penduduk untuk menyeimbangkan 
jumlah kependudukan di Jakarta, keluarga pribadi masih di titik area 
yang bahkan sangat beralasan aman dari HAMnya, lantaran faktor2 
pendukung : masih orang Sedayu bumiputera aslinya kota Jakarta, warga 
lama sejak jaman Batavia, dan termasuk golongan keluarga Pangeran 
Jayakarta.
Bagaimana mungkin kota Jakarta ada, sebagai kota masih punya hak 
otonomi daerah istimewa, tanpa kehadiran benteng pusaka bumiputeranya, 
keluarga P.Jayakarta.
Dan termasuk dengan warga lama Jakarta termasuk di kelompok aman dari rencana pengalokasian pemda.
Yang pastinya di titik rawan pengalokasian adalah pada warga baru 
ilegal seperti peninggalan dari kasus pemilih gelap ternyata buatan 
mantan gub Foke di pilkada gub DKI silam.
Tapi bagaimanapun rasa perikemanusiaan perlu juga di pertimbangkan soal urusan pengalokasian/pemindahan tsb.
Dan faktor pertimbangan lainnya untuk mengatasi soal masalah 
kepadatan kota Jakarta adalah juga dengan perluasan wilayah kota/ bahkan
 Jakarta sebagai Propinsi DKI, bahkan sebenarnya juga menyimpan status 
Propinsi Daerah Istimewa, karena dengan terdapatnya keluarga kasepuhan 
P.Jayakarta/P. Jakarta.
Sesuai rasa keadilan Pancasila sebagai Dasar negara Indonesia, bukan 
hanya Yogyakarta sebagai Propinsi DI dan terdapat keraton kanoman 
kesultanan Ngayogyakarta yang berhak di berikan hak RUUK, tapi karena 
sama melalui UUD 45 pasal 18 Bab Otonomi Daerah, kasepuhan P.Jakarta 
berarti juga punya  hak RUUK-Jakarta.
Jakarta juga perlu kewenangan RUUK untuk menyelesaikan permasalahannya yang kompleks bila di perlukan.
Apalagi di masa kegubernuran Pak Jokowi-Ahok kini yang nampak 
berdedikatifnya bahkan hingga di akui dunia internasional, apalagi juga 
di berita nampak juga mengalami hadangan2 dari birokrasi, dan dengan 
termasuk dukungan dari keluarga P.Jakarta semoga turut bisa partisipasi 
mendukungnya untuk kemaslahatan kota Jakarta.
Dan jika di hubungkan dengan latar permasalahan, kota Jakarta dengan 
warganya juga punya permasalahan, termasuk di soal mengatasi kemacetan 
parah, masalah transportasi hingga transportasi ke Jakarta dengan 
masalah di KAI, banjir, meningkatnya kepadatan, kapitalisme liar, 
korupsi, belum terdapatnya pengakuan pada hak keistimewaan keraton 
P.Jakarta.
Dan ada satu hal kota Jakarta masih punya nilai lebihnya, di waktu 
terjadinya rentetan gempa bumi, kota Jakarta termasuk kota yang aman 
dari dampak gempa, cuma masalahnya seperti yang termasuk dari di 
beberkan di atas.
Untungnya kini Jakarta bergub dan wagub Pak Jokowi dan Ahok. Hingga 
sekalian penelusuran untuk sekalian semaksimalnya upaya mereparasi kota 
Jakarta semoga Insya ALLOH terwujudkan.
Dan menyinggung lagi pernah ada muncul kritik, kenapa sih kota 
Jakarta sedemikian di anakemaskan dari kota2 wilayah lain di segenap 
Indonesia.
Tapi di baliknya ternyata berhubung ada dari kerabat warga Jakarta 
juga di pekerjaannya menyebar ke kota lain, maka juga berucap demikian. 
Dan sebagai kerabat walau di Jakarta juga sebagai insan yang baik mesti 
tetap berempati sebagaimana layaknya partisi kerabatnya, walau tersebar 
menjadi warga atau pekerja, perantau di propinsi lain, realitasnya 
demikian, dan bagaimanapun juga segenap bangsa, wilayah di Indonesia 
memang perlu di perhatikan juga. Ada yang bahkan masih sebagai sangat 
tertinggal, juga memperihatinkan. Bahkan di berita nampak anak2 di suatu
 daerah seperti di Banten masih ada yang hingga menyeberang kali dengan 
bergelayutan, tapi jembatannya rusak dan belum juga di perhatikan 
pengadaan baru fasilitas wilayahnya.
Atau seperti di suatu wilayah di Propinsi masih terdapat jalan rusak,
 atau sangat susahnya buat transportasi pengangkutan dari desa ke kota 
menjual hasil desanya.
Pernah mendengar dari Ibu, ketika sambil mendengarkan tayangan berita
 dari hari-ke hari, yang beritanya juga melemaskan dan membuat 
kekhawatiran, yakni berita-berita bermunculannya gempa-gempa, bencana 
alam di beberapa wilayah Indonesia. Climate change, global warming, dan 
kontroversinya pada kasus bencana alam buatan seperti di kasus limbah 
lumpur Lapindo akibat buatan perusahaannya Bakrie yang bahkan malahan 
mencalonkan sebagai Presiden RI nanti di pilpres 2014.
Sempat di perbincangan dengan keluarga, sempat terlontar juga ucapan, kok tidak tau malu ya si Bakrie?
Kakak sulung yang nampak paling kesal, karena ia pernah membeli tanah
 di Sidoarjo tadinya sempat di rencanakan buat jadi kebon kopi modal 
simpanan usahanya, sekalian jika pindah ke Jatim dan mendapat pekerjaan 
tetapnya di sana sejak lama hingga kini.
Apalagi kakak juga pernah punya pacar yang usianya sesebayanya, yang 
sekitaran awal 50-an kini tapi masih melajang, bayangkan di usia 
sesebayanya di mana teman2 sesebayanya sudah menikah bahkan beranak 
sejak lama, susahnya mendapatkan pasangan yang masih lajang di usia 
sesebayanya. Menjadi bagian warga NKRI terzolimi juga, dan termasuk 
akibat ulahnya Pak Aburizal Bakrie.
Yang usia 30-an melajang saja masih mengeluh, apalagi yg seusia kakak hingga di 50-an tahun.
Tapi juga di samping kakak masih ada korban2 dari warga sekitaran Sidoarjo-Porong yang bahkan nasibnya lebih menderita lagi.
Kekecewaan tarif Ancol sebagai obyek pariwisata umum naik 
berlebihan ke tarif Rp 15.000 atau mungkin dengan perubahan ke depannya 
dengan penguasaan pengusaha kapital Ciputera
Jika membaca di sejarahnya, dulunya kawasan pantai Ancol adalah juga 
terdapat kawasan perumahannya anggota keluarga Surosowan kesultanan 
Banten dan P.Jayakarta berdampingan, juga dengan rumah2 warga, nelayan 
setempat.
Tapi di realitas kini? bahkan pantai Ancol jelas kalah dengan pantai 
Kute di Bali yang masih tidak terpagari dan berpintu depan tarif loket 
yang mahal seperti di Ancol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar