Ramadan hari ke empat dan kelima kami jalani seperti biasa, normal 
dan sedikit kesibukan. Saya bilang kesibukan karena secara mendadak kami
 mengelar buka puasa bersama ala kadarnya dengan teman  dekat saya yang 
juga lokal staf di KBRI Alger Pak Munir dan saudara kami yang kebetulan 
sedang berkunjung ke Aljazair. Beliau orang sulawesi selatan yang sudah 
lama bergelut di bisnis media, namanya bapak haji Alwi Hamu 
bersamastafnya James di rumah mungil yang kami sewa di apartemen Hydra.
Alhamdulillah,
 meski hanya ala kadarnya, kami tuntaskan tugas dan amanat untuk saling 
berbagi dan bermanfaat dengan sesama saudara di negeri orang ini dengan 
baik. Acara ringan itu kami akhiri dengan salat magrib berjamaah dan 
makam berat buka puasa dengan menu buatan istri tercinta (balado telur, 
dadar jagung, abon ayam dan daging, sambel kacang teri dan krupuk, mie 
goreng serta surbah) setelah ifthar kita awali dengan kolak kacang ijo 
dan beraneka buah serta jus dan air putih.
Setelah acara 
itu usai, kami lanjutkan kegiatan rutin setiap senin malam kami mengelar
 salat taraweh bersama di kantor KBRI. kebetulan malam ini jatahnya pak 
dubes yang memberi ceramah kultum seusai salat taraweh. beliau 
mengangkat tema soal makna hakiki bertakwa kepada Allah. acara 
berlangsung sampai malam dan alhamdulillah, karena isyaknya saja hampir 
jam 10 malam, kami baru selesai acara sekitar jam 12 malam. Kami 
langsung pulang untuk istirahat guna menyimpan tenaga untuk esok hari 
dan sahur.
Suasa musim panas yang biasanya menyengat tak 
begitu terasa karena waktuku lebih banyak di dalam ruangan. Selasa hari 
ke lima puasa kami isi dengan kegiatan rutin masuk kantor. Seperti 
biasanya, sehabis salat duhur kami mengaji hadits arbain. Untuk hari 
senin kemarin kami membahas hadits soal iman, islam dan ihsan serta 
rukun islam. penjelasan haditsnya sama saja seperti yang kami dapati 
dari kiai saya dulu di pesantren. tetapi ada yang baru soal informasi 
makam imam alhafiz annawai pengarang hadits arbain.
Dalam 
penjelasanya pembaca hadits yang kebetulan teman kami Pak Bukhori yang 
sudah berziarah ke makam imam Nawawi, (dalam acara ini kami secara 
bergiliran membacakan hadits arbain dan kemudian mangkajinya dengan 
taanya jawab, giliran saya adalah hari ini (selasa, 24/7), disebutkan 
bahwa makam syeh Alhafidz Imam Nawawi terdapat di Syiria, di wilayah 
yang saat ini sedang bergejolak dan konflik politik akibat intervensi 
barat. semoga Allah segera menyelesaikan konflik di daerah itu. amin.
Isu ini saya pilih menjadi cerita di tulisan ringan dan reflektif saya selama ramadan di negeri orang karena ada yang baru dan menarik di hati saya. Dalam riwayatnya yang mashur di kalangan masyarakat sekitar, ketika imam Nawawi wafat, beliau yang sama sekali belum pernah menikah dan melajang seumur hidupnya itu berwasiat agar ketika meninggal kelak makamnya tidak diberi atap sebagaimana umumnya makan orang dan imam besar di daerah syiria.
Seperti pepatah jawa, ‘weruh sak 
durunge winarah’, imam Nawawi berpesan agar makamnya nanti dibiarkan 
bertabur tanah tanpa atap dan tidak dibangun. Dalam sebuah riwayat itu 
pula diceritakan, sesaat setelah pemakaman orang alim dan soleh ini, 
dari makam yang sederhana tak seperti makam-makam para ulama lainnya 
yang di bangun rapi, tumbuhlah sebatang pohon yang kemudian membesar dan
 membesar sampai saat ini pohon itu tetap ada dan sangat besar. Umurnya 
pun sudah ratusan tahun.
Saat pohon itu membesar dan besar
 sekali, tepat diatas makam Imam Nawawi menjadi payon atau atap alami di
 makam sang syeh. Ini seoalah balasan langsung Allah bagi hambanya yang 
sholeh sebelum balasan di akherat nanti. Bagi penziarah pohon itu bisa 
melindungi dirinya dari panasnya matahari Syiria di siang hari tetapi 
tetap mendapatkan kesejukan angin alamnya karena tak ada tembok 
pembatas. Tak perlu ada AC dan lainnya karena payung Allah ternyata 
lebih disukai imam Nawawi dari pada payung buatan manusia. subhanallah.
Itulah
 hikmah ramadan kali ini pada edisi ramadan ke 4 yang kami teguk, betapa
 kasih sayang Allah kepada hambanya yang taat dan bermanfaat bagi orang 
lain begitu besar. Beliau adalah tokoh luar biasa sampai benar-benar 
rela dan ihlas melajang demi menjadi hambanya yang soleh dan penebar 
ilmu Allah. Sekarang beliau sudah dalam balutan rahmat dan kasih 
sayangNya yang sangat luar biasa dari Allah swt berkat usahanya dalam 
menapaki hidup untuk lebih banyak bermanfaat bagi orang lain. Dan ilmu 
yang bermanfaatnya yang sampai sekarang kita pelajari dan kita amalkan 
serta amal salehnya selama hidup di dunia semoga menjadi bekal 
menghadapi hari pembalasan kelak.
Setelah ngaji, kami 
lanjutkan mengobrol dengan kiai Masrur, lokal staf bidang ekonomi yang 
punya wawasan ilmu agama yang luas dan dalam. Maklum beliau lulusan 
master dan kandidat doktor dari universitas di Sudan. Dalam ceritanya, 
syeh Masrur demikian kami biasa menyapa menceritakan soal masa kecil 
imam nawawi yang bandel sebagaimana umumnya anak kecil pada masanya dan 
saat ini. Saat ayahnya menyurnya mengaji, imam Nawawi tak menghiraukan 
dan lebih banyak mbeling.
Sampai pada suatu malam yang hening, imam nawawi yang mbeling ini dikaruniai mimpi oleh Allah yang sangat mengerikan untuk ukuran anak kecil seperti dia. Dalam mimpinya itu, imam nawawi seperti meminum semua air laut dari berbagai arah penjuri mata angin sampai air laut itu habis ditengaknya. Setelah meminum semua air laut di wilayah selatan, pindah ke barat, pindah ke timur dan pindah ke utara. Demikian mimpi itu seperti mahluk yang tak ada habisnya menahan rasa haus. melihat mimpi yang di luar kebiasaan itu, takutlah imam nawawi kecil dan berceritalah kepada kakeknya.
Melihat
 cucunya yang mungil ketakutan sehabis mimpi yang demikian itu, kakeknya
 sebenarnya tak mengerti sepenuhnya apa maksud dan takwil dari mimpi 
itu. Namun karena kakeknya tahu bahwa imam nawai kecil agak mbeling, 
kakeknya langsung menjawab bahwa itu tandanya imam nawai harus rajin 
ngaji dan belajar. Ini penting agar tidak mimpi yang menakutkan lagi 
seperti mimpi minum air laut. Dasar anak kecil, karena kalah dengan 
bayangan takutnya, dia manut saja dengan tafsir mimpi kakeknya. Sejak 
saat itulah imam nawawi kecil menjadi anak baru yang rajin belajar dan 
melahap semua ilmu yang dipelajari.
Inilah cara Allah 
memberikan isyarat dan petunjuk bagi hambanya yang akan diberi kelebihan
 dan fadholat dalam kehidupannya kelak. Karena mimpi yang terkait dengan
 laut dan langit itu biasanya terkait dengan keutamaan dan kemuliaan, 
demikian pengetahuan yang pernah saya dengar. Dan imam nawawi telah 
diberi isyarat yang luar biasa dan akhirnya terbukti menjadi lautan ilmu
 dengan berbagai karangannya yang luar biasa. Saya lupa apa saja yang 
pernah saya ngaji dari karya beliau, tapi saya ingat paling tidak 
nihayatuzzain dan arbain nawawi saat nyantri di lirboyo dulu.
Sedikit
 tentang Imam Nawawi, Nama asli beliau adalah Abu Zakaria Yahya bin 
Syaraf dengan titel al imam hafid, syeikhul islam muhyiddin. Gelar 
anNawawi yang disematkan kepada beliau dan lebih dikenal dengan nama ini
 di kemudian hari adalah karena beliau dilahirkan di perkampungan Nawa 
yang terletak di Daerah Hauran, yang sekarang ini berada di selatan 
Damaskus, Syiria. Beliau dilahirkan pada tahun 631 hijriah dan meninggal
 dalam usia yang masih sangat muda yaitu tahun 45 tahun pada tahun 676 
hijriah.
Meskipun beliau wafat di usia yang masih muda, Imam Nawawi telah meninggalkan khazanah keilmuan islam yang luar biasa yang dipelajari sampai saat ini. Khususnya di pesantren-pesantren salaf di Indonesia. Beberapa kitabnya yang mashur antara lain alarba’in anawawiyah, Riyadhussalihin, Matan Minhajuttalibin, syarah sohih muslim, almajmu syarahnya kitab muhaddab, aladzkar, dan lain sebagainya yang masih sangat banyak.
Selain luar biasa di dalam ilmu agama
 dan karya-karyanya, beliau juga sosok yang super luar biasa pula dalam 
hal beribadah kepada Allah. dikutip dari situs blog tetengga, Informasi 
ini diakui oleh semua orang yang menulis tentangnya dan kawan-kawan 
beliau yang semasa seperti diriwayatkan oleh Ibnu al’Attar (salah 
seorang murid beliau); “Imam an-Nawawi merupakan seorang yang banyak 
membaca al-Quran dan banyak berzikir kepada Allah”.
Dalam
 kitab al-Bidayah wa an-Nihayah, Imam Ibnu Katsir menulis; “Imam 
an-Nawawi selalu berpuasa setiap hari”. Seorang teman beliau yang lain, 
Imam Al-Yafi’ie menceritakan; “Imam an- Nawawi banyak bangun malam dan 
qiyamullail untuk beribadah, membaca dan menulis”. Informasi berharga 
soal syekh kita ini juaga berasal dari Imam az-Zahabi, menurutnya Imam 
an-Nawawi sentiasa selalu menyibukkan diri dengan ilmu dan penulisan 
kitab yang dilakukannya hanya untuk mencari ridha Allah.
Di
 samping ibadah yang rajin dan istiqomah seperti puasa, tahajjud, zikir,
 wirid-wirid, dan lainnya, beliau juga selalu menjaga diri dalam 
kesederhanaan dan zuhud. Meskipun sebagai imam besar di masanya yang 
banyak murid dan santrinya memungkinkan beliau untuk hidup mewah dan 
berfoya-foya. Tapi itu semua tak dilakukannya karena begitu cintanya 
kepada Allah yang akhirnya mendermabaktikan seluruh hidupnya hanya 
kepada dan untuk Allah dan hambanya.
Itulah sekilas aktifitas kami selama hari ke empat dan kelima berlangsung. Semoga Allah senantiasa menguatkan kami dalam menjalani semua ibadah kepadaNya selama hayat di kandung badan. Catatn lain akan kami kemas dalam cerita yang lain, karena kalau terlalu panjang di sini nanti membikin bosan. Wallahu a’lam bissowab. Allahumma yassirlana umurana umuraddunya walakhirah. Allahummanfakna biulumihi … Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wakfuanhu, wakrim nuzulahu wawassik madkholahu ilakh &
Tidak ada komentar:
Posting Komentar