Rabu, 06 Agustus 2014

EYANG HAJI GENTAR BUMI



(SYEKH QUDROTULLAH)
Eyang Haji Gentar Bumi adalah seorang aulia yang bermukim di Selatan Sukabumi. Semasa hidupnya, tokoh ini juga dikenal dengan nama Wali Sakti Qudratullah. Dia mengemban tugas mensyiarkan Islam di wilayah Selatan Sukabumi yang berbatasan dengan Pandeglang, Banten. Konon pada masanya, wilayah Selatan Sukabumi, tepatnya di kaki Gunung Halimun, menjadi basis pelarian sisa-sisa laskar Pajajaran yang melarikan diri.
Tak banyak kisah perjalanan hidup yang tertinggal dari sosok waliyullah yang kesohor ini. Tak ada literature resmi yang menceritakan perjuangannya. Namun sebuah sumber menceritakan, Eyang Haji Gentar Bumi adalah seorang manusia yang takqwa. Dia adalah perpaduan sempurna dari keturunan wali Cirebon dan ulama besar di Garut, Jawa Barat. Masa kecilnya dihabiskan di sebuah pondok di Garut. Setelah cukup dengan ilmu agama dan kadigdayaan, Eyang Haji Gentar Bumi mulai mengembara. Dengan kebijaksanaan dan kesaktiannya, Eyang Haji Gentar Bumi berhasil mengalahkan lawan-lawannya dan menjadikan mereka sebagai santri-santrinya.
Kesaktian Eyang Haji Gentar Bumi memang kesohor. Tak ada musuh yang sanggup berdiri tegak di hadapannya manakala mereka tengah bertarung. Dengan sekali hentakan kaki Eyang Haji Gentar Bumi, setiap musuhnya pasti oleng. Mereka merasa tanah yang dipiajaknya bergetar serasa dilanda gempa dahsyat.
Makam Eyang Haji Gentar Bumi berada di kaki Gunung Halimun, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Berada di bukti kecil, makam keramat yang memiliki areal luas di tengah sejuknya udara pegunungan ini kerap dijadikan sebagai tempat pertapaan terakhir bagi orang-orang yang ngalab ilmu hikmah. Keramat ini dipercaya banyak orang sebagai persemedian terakhir untuk menyempurnakan ilmu kesaktian.
Berbekal sedikit informasi, Misteri meninvestigasi kekuatan mistik yang terdapat di makam keramat Eyang Haji Gentar Bumi. Ditemani Ustadz Abdul Qodir dari Sukabumi, Misteri tiba di tempat selepas dzuhur. Sambil istirahat di depan makam, kami bisa menyaksikan pemandangan ke segala arah.
Meski berada jauh di kaki gunung Halimun, areal makam ini nampak asri dan terawat dengan baik. Batu-batu menhir bertebaran menghiasi taman-taman di sekelilingnya. Sementara batu-batu alam tertata apik di sekeliling makam, nampak seperti lantai yang terbuat dari marmer hitam. Empat buah tiang penyangga cungkup pun tak kalah artistiknya. Terbuat dari kayu hitam berukir, yang menyangga cungkup berukiran kayu jati.
“Bangunan ini sumbangan dari seorang pejabat Pemda Karawang,” kata seorang peziarah.
Setelah cukup istirahat, Ustadz Abdul Qodir atau Abah Qodir mulai melakukan tawasulan, mengirim doa-doa khusus. Misteri duduk di belakang Abah Qodir sambil menyelidik ke segala arah.
Sudah lewat 20 menit Abah Qodir duduk di depan makam, namun Misteri tak menyaksikan peristiwa gaib apapun. Namun tak lama berselang, Abah Qodir tiba-tiba meraung dan merintih-rintih seperti kesakitan. Tubuhnya oleng, meliuk-liuk seperti tertiup angin.
Setengah terkejut Misteri menghampiri Abah Qodir. Dia tak bergeming. Abah Qodir tetap duduk meditasi dengan mata terpejam. Tiba-tiba angin puyuh menghembus di atas makam Eyang Haji Gentar Bumi. Kekuatannya menyingkap gamis dan sorban yang dikenakan Abah Qodir. Misteri yang berada di sisi kiri makam tentu saja kaget merasakan tiupan angin dingin yang datang tiba-tiba itu.
Belum hilang keterkejutan Misteri, tiba-tiba tubuh Abah Qodir terjerembab, telentang dengan mata melotot. Nampak jelas raut muka lelaki 48 tahun ini diliputi rasa cemas. Sesaat kemudian Abah Qodir baru bisa menguasai diri dan mengucap istighfar. “Astaghfirullah!” Ucapnya, lirih.
“Ada apa, Bah?” Tanya Misteri.
Abah Qodir tak menjawab. Dia malah bangkit dan menjauh dari makam. Dalam dalam tasnya dia kemudian mengambil minuman dan menenggaknya hampir habis.
“Tadi saya berusaha mengundang gaib penghuni makam ini. Tapi dia tidak mawujud, saya hanya melihat hewan-hewan gaib peliharannya,” jelas Abah Qodir setengah berbisik.
Sebenarnya, banyak hal yang ingin Misteri ketahui dari pengalaman Abah Qodir. Tapi melihat kondisinya yang nampak lelah, sementara Misteri memilih diam. Mungkin Abah Qodir perlu waktu sedikit untuk mengatur napas dan menghisap sebatang rokok.
Setelah tenang, Misteri mengajak Abah Qodir duduk di tangga menuju makam. Beberapa menit kemudian, Abah Qodir baru menceritakan pengalamannya.
Menurutnya, setelah tawasul dan membuka pintu alam gaib dia melihat pemandangan yang menakjubkan. Kebun yang luas dan sawah yang berada di sekeliling makam Eyang Haji Gentar Bumi itu tiba-tiba berubah dipenuhi ribuan ekor kerbau, sapi dan kambing. Hewan-hewan itu bergerombol makan rumput seperti tak memperdulikan kehadiran Abah Qodir.
Setelah diteliti, hewan-hewan itu ternyata seluruhnya berkulit dan berbulu putih atau bule. “Saya benar-benar takjub melihat pemandangan itu,” aku Abah Qodir.
Namun beberapa saat kemudian hal yang tak diinginkan terjadi. Abah Qodir melihat seekor kerbau bule dengan tanduk panjang mengamuk, membuat kawanan bintang itu panik dan berlarian ke segala arah. Abah Qodir yang berdiri tak jauh dari gerombolan kambing tentu saja ikut terkena imbasnya. Kambing-kambing berlarian. Beberapa ekor di antaranya menabrak Abah Qodir.
“Saya melihat ada hal yang tak beres di sana, lalu saya cepat kembali ke alam ini,” jelas Abah Qodir.
Makam Eyang Haji Gentar Bumi memang keramat. Misteri dapat merasakan aura gaibnya yang terpancar kuat. Hal ini pun dirasakan oleh dua orang anak muda yang datang dari dalam surau yang berada di bawah makam. Anak-anak muda yang mengaku bernama Ahmad Gibran, 20 tahun, dan Jumat, 27 tahun, ini juga pernah mengalami hal mistik di makam Eyang Haji Gentar Bumi.
Ahmad Gibran, pemuda lajang asal Ciapus, Bogor mengaku datang ke makam Eyang Gentar Bumi atas perintah gurunya Haji Uu Supriatna di Cikaret, Bogor. Sesuai perintah gurunya, Ahmad harus menyempurnakan ilmunya di makam ini dengan membaca Doa Nurbuwat sebanyak 118 kali setelah shalat Hajat.
Sejak berguru pada H. Uu Supriatna, Ahmad mengaku telah 10 kali datang ke makam Eyang Haji Gentar Bumi. Dan setiap kali datang Ahmad harus menginap paling tidak 10 hari untuk menyempurnakan ilmunya.
Disebutkan H. Uu Supriatna, makam Eyang Haji Gentar Bumi adalah tempat musyawarahnya para aulia pulau Jawa. Jika mereka hadir di sana, tanda-tandanya dapat terlihat dengan harum bunga melati di sore hari. Padahal di sekitar tempat itu tidak terdapat bunga melati atau sedap malam. Anehnya, wangi bunga-bunga itu sering tercium pada malam purnama.
Seperti juga Ahmad, Jumat datang ke makam ini untuk menyempurnakan ilmunya. Sudah 5 kali Jumat dia datang ke makam ini dan setiap kali datang dia harus nginap paling tidak 7 malam.
Ada hal gaib yang pernah dialaminya. Suatu sore setelah membacakan dzikir di depan makam, Jumat dikagetkan olah sekelebatan bayangan yang datang dari tangga menuju makam. Makin lama bayangan itu nampak jelas seorang tua berjubah hijau. Meski ada rasa takut namun Jumat menguatkan hatinya untuk tetap duduk di tempatnya. Sebab dia yakin makhluk ini bukan manusia, tapi pastilah makhluk halus.
Tak ada kata-kata apapun yang keluar dari mulut Jumat. Begitu juga dengan makhluk yang baru saja hadir itu. Makhluk itu terus berjalan melintas makam dan sejenak berdiri di depan makam. Tak jelas apa yang dilakukannya, namun pasti makhluk itu membaca sesuatu lalu mengusap wajahnya. Sesaat kemudian dia kembali berlalu menuruni anak tangga ke arah gunung Halimun dan menghilang di balik pohon.
“Saya yakin itu pastilah wujud gaib Eyang Haji Gentar Bumi. Mungkin dia hendak ke puncak Halimun,” kenang Jumat.
Menelisik dunia gaib memang tidak mudah. Tapi kita harus yakin bahwa hal-hal gaib itu benar adanya. Demikian pula dengan makam Eyang Haji Gentar Bumi. Banyak orang telah membuktikan keangkerannya.

Tidak ada komentar: