Kamis, 07 Agustus 2014

Makam Tak Beratap Imam Nawawi di Syiria

Ramadan hari ke empat dan kelima kami jalani seperti biasa, normal dan sedikit kesibukan. Saya bilang kesibukan karena secara mendadak kami mengelar buka puasa bersama ala kadarnya dengan teman dekat saya yang juga lokal staf di KBRI Alger Pak Munir dan saudara kami yang kebetulan sedang berkunjung ke Aljazair. Beliau orang sulawesi selatan yang sudah lama bergelut di bisnis media, namanya bapak haji Alwi Hamu bersamastafnya James di rumah mungil yang kami sewa di apartemen Hydra.

Alhamdulillah, meski hanya ala kadarnya, kami tuntaskan tugas dan amanat untuk saling berbagi dan bermanfaat dengan sesama saudara di negeri orang ini dengan baik. Acara ringan itu kami akhiri dengan salat magrib berjamaah dan makam berat buka puasa dengan menu buatan istri tercinta (balado telur, dadar jagung, abon ayam dan daging, sambel kacang teri dan krupuk, mie goreng serta surbah) setelah ifthar kita awali dengan kolak kacang ijo dan beraneka buah serta jus dan air putih.

Setelah acara itu usai, kami lanjutkan kegiatan rutin setiap senin malam kami mengelar salat taraweh bersama di kantor KBRI. kebetulan malam ini jatahnya pak dubes yang memberi ceramah kultum seusai salat taraweh. beliau mengangkat tema soal makna hakiki bertakwa kepada Allah. acara berlangsung sampai malam dan alhamdulillah, karena isyaknya saja hampir jam 10 malam, kami baru selesai acara sekitar jam 12 malam. Kami langsung pulang untuk istirahat guna menyimpan tenaga untuk esok hari dan sahur.

Suasa musim panas yang biasanya menyengat tak begitu terasa karena waktuku lebih banyak di dalam ruangan. Selasa hari ke lima puasa kami isi dengan kegiatan rutin masuk kantor. Seperti biasanya, sehabis salat duhur kami mengaji hadits arbain. Untuk hari senin kemarin kami membahas hadits soal iman, islam dan ihsan serta rukun islam. penjelasan haditsnya sama saja seperti yang kami dapati dari kiai saya dulu di pesantren. tetapi ada yang baru soal informasi makam imam alhafiz annawai pengarang hadits arbain.

Dalam penjelasanya pembaca hadits yang kebetulan teman kami Pak Bukhori yang sudah berziarah ke makam imam Nawawi, (dalam acara ini kami secara bergiliran membacakan hadits arbain dan kemudian mangkajinya dengan taanya jawab, giliran saya adalah hari ini (selasa, 24/7), disebutkan bahwa makam syeh Alhafidz Imam Nawawi terdapat di Syiria, di wilayah yang saat ini sedang bergejolak dan konflik politik akibat intervensi barat. semoga Allah segera menyelesaikan konflik di daerah itu. amin.

Isu ini saya pilih menjadi cerita di tulisan ringan dan reflektif saya selama ramadan di negeri orang karena ada yang baru dan menarik di hati saya. Dalam riwayatnya yang mashur di kalangan masyarakat sekitar, ketika imam Nawawi wafat, beliau yang sama sekali belum pernah menikah dan melajang seumur hidupnya itu berwasiat agar ketika meninggal kelak makamnya tidak diberi atap sebagaimana umumnya makan orang dan imam besar di daerah syiria.

Seperti pepatah jawa, ‘weruh sak durunge winarah’, imam Nawawi berpesan agar makamnya nanti dibiarkan bertabur tanah tanpa atap dan tidak dibangun. Dalam sebuah riwayat itu pula diceritakan, sesaat setelah pemakaman orang alim dan soleh ini, dari makam yang sederhana tak seperti makam-makam para ulama lainnya yang di bangun rapi, tumbuhlah sebatang pohon yang kemudian membesar dan membesar sampai saat ini pohon itu tetap ada dan sangat besar. Umurnya pun sudah ratusan tahun.

Saat pohon itu membesar dan besar sekali, tepat diatas makam Imam Nawawi menjadi payon atau atap alami di makam sang syeh. Ini seoalah balasan langsung Allah bagi hambanya yang sholeh sebelum balasan di akherat nanti. Bagi penziarah pohon itu bisa melindungi dirinya dari panasnya matahari Syiria di siang hari tetapi tetap mendapatkan kesejukan angin alamnya karena tak ada tembok pembatas. Tak perlu ada AC dan lainnya karena payung Allah ternyata lebih disukai imam Nawawi dari pada payung buatan manusia. subhanallah.

Itulah hikmah ramadan kali ini pada edisi ramadan ke 4 yang kami teguk, betapa kasih sayang Allah kepada hambanya yang taat dan bermanfaat bagi orang lain begitu besar. Beliau adalah tokoh luar biasa sampai benar-benar rela dan ihlas melajang demi menjadi hambanya yang soleh dan penebar ilmu Allah. Sekarang beliau sudah dalam balutan rahmat dan kasih sayangNya yang sangat luar biasa dari Allah swt berkat usahanya dalam menapaki hidup untuk lebih banyak bermanfaat bagi orang lain. Dan ilmu yang bermanfaatnya yang sampai sekarang kita pelajari dan kita amalkan serta amal salehnya selama hidup di dunia semoga menjadi bekal menghadapi hari pembalasan kelak.

Setelah ngaji, kami lanjutkan mengobrol dengan kiai Masrur, lokal staf bidang ekonomi yang punya wawasan ilmu agama yang luas dan dalam. Maklum beliau lulusan master dan kandidat doktor dari universitas di Sudan. Dalam ceritanya, syeh Masrur demikian kami biasa menyapa menceritakan soal masa kecil imam nawawi yang bandel sebagaimana umumnya anak kecil pada masanya dan saat ini. Saat ayahnya menyurnya mengaji, imam Nawawi tak menghiraukan dan lebih banyak mbeling.

Sampai pada suatu malam yang hening, imam nawawi yang mbeling ini dikaruniai mimpi oleh Allah yang sangat mengerikan untuk ukuran anak kecil seperti dia. Dalam mimpinya itu, imam nawawi seperti meminum semua air laut dari berbagai arah penjuri mata angin sampai air laut itu habis ditengaknya. Setelah meminum semua air laut di wilayah selatan, pindah ke barat, pindah ke timur dan pindah ke utara. Demikian mimpi itu seperti mahluk yang tak ada habisnya menahan rasa haus. melihat mimpi yang di luar kebiasaan itu, takutlah imam nawawi kecil dan berceritalah kepada kakeknya.

Melihat cucunya yang mungil ketakutan sehabis mimpi yang demikian itu, kakeknya sebenarnya tak mengerti sepenuhnya apa maksud dan takwil dari mimpi itu. Namun karena kakeknya tahu bahwa imam nawai kecil agak mbeling, kakeknya langsung menjawab bahwa itu tandanya imam nawai harus rajin ngaji dan belajar. Ini penting agar tidak mimpi yang menakutkan lagi seperti mimpi minum air laut. Dasar anak kecil, karena kalah dengan bayangan takutnya, dia manut saja dengan tafsir mimpi kakeknya. Sejak saat itulah imam nawawi kecil menjadi anak baru yang rajin belajar dan melahap semua ilmu yang dipelajari.

Inilah cara Allah memberikan isyarat dan petunjuk bagi hambanya yang akan diberi kelebihan dan fadholat dalam kehidupannya kelak. Karena mimpi yang terkait dengan laut dan langit itu biasanya terkait dengan keutamaan dan kemuliaan, demikian pengetahuan yang pernah saya dengar. Dan imam nawawi telah diberi isyarat yang luar biasa dan akhirnya terbukti menjadi lautan ilmu dengan berbagai karangannya yang luar biasa. Saya lupa apa saja yang pernah saya ngaji dari karya beliau, tapi saya ingat paling tidak nihayatuzzain dan arbain nawawi saat nyantri di lirboyo dulu.

Sedikit tentang Imam Nawawi, Nama asli beliau adalah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf dengan titel al imam hafid, syeikhul islam muhyiddin. Gelar anNawawi yang disematkan kepada beliau dan lebih dikenal dengan nama ini di kemudian hari adalah karena beliau dilahirkan di perkampungan Nawa yang terletak di Daerah Hauran, yang sekarang ini berada di selatan Damaskus, Syiria. Beliau dilahirkan pada tahun 631 hijriah dan meninggal dalam usia yang masih sangat muda yaitu tahun 45 tahun pada tahun 676 hijriah.


Meskipun beliau wafat di usia yang masih muda, Imam Nawawi telah meninggalkan khazanah keilmuan islam yang luar biasa yang dipelajari sampai saat ini. Khususnya di pesantren-pesantren salaf di Indonesia. Beberapa kitabnya yang mashur antara lain alarba’in anawawiyah, Riyadhussalihin, Matan Minhajuttalibin, syarah sohih muslim, almajmu syarahnya kitab muhaddab, aladzkar, dan lain sebagainya yang masih sangat banyak.

Selain luar biasa di dalam ilmu agama dan karya-karyanya, beliau juga sosok yang super luar biasa pula dalam hal beribadah kepada Allah. dikutip dari situs blog tetengga, Informasi ini diakui oleh semua orang yang menulis tentangnya dan kawan-kawan beliau yang semasa seperti diriwayatkan oleh Ibnu al’Attar (salah seorang murid beliau); “Imam an-Nawawi merupakan seorang yang banyak membaca al-Quran dan banyak berzikir kepada Allah”.

Dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah, Imam Ibnu Katsir menulis; “Imam an-Nawawi selalu berpuasa setiap hari”. Seorang teman beliau yang lain, Imam Al-Yafi’ie menceritakan; “Imam an- Nawawi banyak bangun malam dan qiyamullail untuk beribadah, membaca dan menulis”. Informasi berharga soal syekh kita ini juaga berasal dari Imam az-Zahabi, menurutnya Imam an-Nawawi sentiasa selalu menyibukkan diri dengan ilmu dan penulisan kitab yang dilakukannya hanya untuk mencari ridha Allah.

Di samping ibadah yang rajin dan istiqomah seperti puasa, tahajjud, zikir, wirid-wirid, dan lainnya, beliau juga selalu menjaga diri dalam kesederhanaan dan zuhud. Meskipun sebagai imam besar di masanya yang banyak murid dan santrinya memungkinkan beliau untuk hidup mewah dan berfoya-foya. Tapi itu semua tak dilakukannya karena begitu cintanya kepada Allah yang akhirnya mendermabaktikan seluruh hidupnya hanya kepada dan untuk Allah dan hambanya.

Itulah sekilas aktifitas kami selama hari ke empat dan kelima berlangsung. Semoga Allah senantiasa menguatkan kami dalam menjalani semua ibadah kepadaNya selama hayat di kandung badan. Catatn lain akan kami kemas dalam cerita yang lain, karena kalau terlalu panjang di sini nanti membikin bosan. Wallahu a’lam bissowab. Allahumma yassirlana umurana umuraddunya walakhirah. Allahummanfakna biulumihi … Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wakfuanhu, wakrim nuzulahu wawassik madkholahu ilakh &

Tidak ada komentar:

Posting Komentar