Syekh Nawawi Banten
memiliki nama lengkap Abu 'Abdul-Mu’thi Muhammad ibn 'Umar at-Tanara
al-Jawi al- Bantani. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi
al-Jawi al- Bantani. Dilahirkan di Kampung Pasisir Tanara, Serang,
Banten pada tahun 1815 M/1230 H. Pada tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M.
Nawawi
menghembuskan
nafasnya yang terakhir di usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Ma’la dekat makam Siti Khadijah, Ummul Mu'minin istri Nabi SAW.
Karya beliau tulisan-tulisannya meliputi karya pendek yang berisi tentang pedoman-pedoman
ibadah sampai kepada tafsir Al-Qur’an yang cukup tebal yang terdiri dari 2 jilid, yang diterbitkan di mesir tahun 1887.
Sarkis menyebutkan 38 karya
Syekh Nawawi yang penting.
Beberapa contoh karya Nawawi yang penting yang terbit di Mesir antara lain:
1. Syarah Al- Jurummiyah, isinya tatabahasa Arab, terbit tahun 1881.
2. Lubab Al-Bayan (1884).
3. Dhariyat Al-Yaqin; isinya tentang doktrin-doktrin
Islam, dan merupakanmenghembuskan
nafasnya yang terakhir di usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Ma’la dekat makam Siti Khadijah, Ummul Mu'minin istri Nabi SAW.
Karya beliau tulisan-tulisannya meliputi karya pendek yang berisi tentang pedoman-pedoman
ibadah sampai kepada tafsir Al-Qur’an yang cukup tebal yang terdiri dari 2 jilid, yang diterbitkan di mesir tahun 1887.
Sarkis menyebutkan 38 karya
Syekh Nawawi yang penting.
Beberapa contoh karya Nawawi yang penting yang terbit di Mesir antara lain:
1. Syarah Al- Jurummiyah, isinya tatabahasa Arab, terbit tahun 1881.
2. Lubab Al-Bayan (1884).
3. Dhariyat Al-Yaqin; isinya tentang doktrin-doktrin
komentar atas karya Syekh Sanusi, terbit 1886.
4. Fathul Mujib. Buku ini merupakan komentar atas karya Adurr Al- Farid, karya Syekh Nawawi (guru Nawawi) yang terbit tahun 1881, dan 3 buah buku lagi yang berisi, selain doktrin- doktrin pokok, uraian tentang lima
bagian-bagian
penting daripada hukum Islam dan lima rukun Islam.
5. Dua jilid komentar tentang syair maulid karya Al Barzanji. Karya ini sangat penting sebab selalu dibacakan dalam perayaan-perayaan
maulid.
6. Syarah Isro’ Miraj juga karangan Al Barzanji.
7. Syarah tentang Syair Asmaul Husna.
8. Syarah Manasik Haji karangan Syarbani yang tertbit tahun 1880.
9. Syarah Suluk Al- Jiddah (1983).
10. Syarah Sullamul-Manajat (1884) yang membahas tentang berbagai persoalan ibadah. (Buku asli no. 9 dan 10 dikarang oleh Syekh Hadrami).
11. Tafsir murah Labib. Dlsb....
Sabtu, 15 September 2012
Kamis, 13 September 2012
SYAIKH NAWAWI
http://emhaes-wwwemhaescom.blogspot.com/
BLOGGER
Lokasi penandbn itemscope itemtype="http://schema.org/">BLOGGER
SYAIKH NAWAWI TANARA AL-BANTANI AL-JAWI
INDONESIA
Nawawi al-Bantani. Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi sangat kesohor. Disebut
al-Bantani karena ia
berasal dari Banten,
Indonesia. Beliau bukan
ulama biasa, tapi
memiliki intelektual yang sangat produktif
menulis kitab, meliputi
fiqih, tauhid, tasawwuf,
tafsir, dan hadis.
Jumlahnya tidak kurang
dari 115 kitab. Kelahiran dan
Pendidikan Kelahiran Lahir dengan nama Abu
Abdul Mu'ti Muhammad
Nawawi bin 'Umar bin
'Arabi. Ulama besar ini
hidup dalam tradisi
keagamaan yang sangat kuat. Ulama yang lahir
di Kampung Tanara,
sebuah desa kecil di
kecamatan Tirtayasa,
Kabupaten Serang,
Propinsi Banten (Sekarang di Kampung
Pesisir, desa Pedaleman
Kecamatan Tanara
depan Mesjid Jami'
Syaikh Nawawi Bantani)
pada tahun 1230 H atau 1813 M ini bernasab
kepada keturunan
Maulana Hasanuddin
Putra Sunan Gunung
Jati, Cirebon. Keturunan
ke-11 dari Sultan Banten. Nasab beliau
melalui jalur ini sampai
kepada Baginda Nabi
Muhammad saw. Melalui
keturunan Maulana
Hasanuddin yakni Pangeran Suniararas,
yang makamnya hanya
berjarak 500 meter dari
bekas kediaman beliau
di Tanara, nasab Ahlul
Bait sampai ke Syaikh Nawawi. Ayah beliau
seorang Ulama Banten,
'Umar bin 'Arabi,
ibunya bernama
Zubaedah. Pendidikan Semenjak kecil beliau
memang terkenal
cerdas. Otaknya dengan
mudah menyerap
pelajaran yang telah
diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun.
Pertanyaanpertanyaan
kritisnya sering
membuat ayahnya
bingung. Melihat potensi
yang begitu besar pada putranya, pada usia 8
tahun sang ayah
mengirimkannya
keberbagai pesantren di
Jawa. Beliau mula-mula
mendapat bimbingan langsung dari ayahnya,
kemudian berguru
kapada Kyai Sahal,
Banten; setelah itu
mengaji kepada Kyai Yusuf, Purwakarta.[1] Di usia beliau yang
belum lagi mencapai 15
tahun, Syaikh Nawawi
telah mengajar banyak
orang. Sampai kemudian
karena karamahnya yang telah mengkilap
sebelia itu, beliau
mencari tempat di
pinggir pantai agar lebih
leluasa mengajar murid-
muridnya yang kian hari bertambah banyak.
Pada usia 15 tahun
beliau menunaikan haji
dan berguru kepada
sejumlah ulama terkenal
di Mekah, seperti Syaikh Khatib al-Sambasi, Abdul
Ghani Bima, Yusuf
Sumbulaweni, 'Abdul
Hamid Daghestani,
Syaikh Sayyid Ahmad
Nahrawi, Syaikh Ahmad Dimyati, Syaikh Ahmad
Zaini Dahlan, Syaikh
Muhammad Khatib
Hambali, dan Syaikh
Junaid Al-Betawi. Tapi
guru yang paling berpengaruh adalah
Syaikh Sayyid Ahmad
Nahrawi, Syaikh Junaid
Al-Betawi dan Syaikh
Ahmad Dimyati, ulama
terkemuka di Mekah. Lewat ketiga Syaikh
inilah karakter beliau
terbentuk. Selain itu
juga ada dua ulama lain
yang berperan besar
mengubah alam pikirannya, yaitu Syaikh
Muhammad Khatib dan
Syaikh Ahmad Zaini
Dahlan, ulama besar di
Medinah. Nasionalisme dan
Gelar-Gelar Nasionalisme Tiga tahun bermukim di
Mekah, beliau pulang ke
Banten. Sampai di tanah
air beliau menyaksikan
praktik-praktik
ketidakadilan, kesewenang-wenangan
dan penindasan dari
Pemerintah Hindia
Belanda. Ia melihat itu
semua lantaran
kebodohan yang masih menyelimuti umat. Tak
ayal, gelora jihadpun
berkobar. Beliau keliling
Banten mengobarkan
perlawanan terhadap
penjajah. Tentu saja Pemerintah Belanda
membatasi gara-
geriknya. Beliau dilarang
berkhutbah di masjid-
masjid. Bahkan
belakangan beliau dituduh sebagai
pengikut Pangeran
Diponegoro yang ketika
itu memang sedang
mengobarkan
perlawanan terhadap penjajahan Belanda
(1825- 1830 M). Sebagai intelektual yang
memiliki komitmen tinggi
terhadap prinsip-prinsip
keadilan dan kebenaran,
apa boleh buat Syaikh
Nawawi terpaksa menyingkir ke Negeri
Mekah, tepat ketika
perlawanan Pangeran
Diponegoro padam pada
tahun 1830 M. Ulama
Besar ini di masa mudanya juga
menularkan semangat
Nasionalisme dan
Patriotisme di kalangan
Rakyat Indonesia.
Begitulah pengakuan Snouck Hourgronje.
Begitu sampai di Mekah
beliau segera kembali
memperdalam ilmu
agama kepada guru-
gurunya. Beliau tekun belajar selama 30
tahun, sejak tahun
1830 hingga 1860 M.
Ketika itu memang
beliau berketepatan
hati untuk mukim di tanah suci, satu dan
lain hal untuk
menghindari tekanan
kaum penjajah Belanda.
Nama beliau mulai
masyhur ketika menetap di Syi'ib 'Ali,
Mekah. Beliau mengajar
di halaman rumahnya.
Mula-mula muridnya
cuma puluhan, tapi
makin lama makin jumlahnya kian banyak.
Mereka datang dari
berbagai penjuru dunia.
Maka jadilah Syaikh
Nawawi al-Bantani al-
Jawi sebagai ulama yang dikenal piawai
dalam ilmu agama,
terutama tentang
tauhid, fiqih, tafsir, dan
tasawwuf. Nama beliau semakin
melejit ketika beliau
ditunjuk sebagai
pengganti Imam Masjidil
Haram, Syaikh Khatib
al-Minagkabawi. Sejak itulah beliau dikenal
dengan nama resmi
'Syaikh Nawawi al-
Bantani al-Jawi.'
Artinya Nawawi dari
Banten, Jawa. Piawai dalam ilmu agama,
masyhur sebagai ulama.
Tidak hanya di kota
Mekah dan Medinah saja
beliau dikenal, bahkan di
negeri Mesir nama beliau masyhur di sana.
Itulah sebabnya ketika
Indonesia
memproklamirkan
kemerdekaannya. Mesir
negara yang pertama- tama mendukung atas
kemerdekaan Indonesia. [2] Syaikh Nawawi masih
tetap mengobarkan
nasionalisme dan
patriotisme di kalangan
para muridnya yang
biasa berkumpul di perkampungan Jawa di
Mekah. Di sanalah beliau
menyampaikan
perlawanannya lewat
pemikiran-pemikirannya.
Kegiatan ini tentu saja membuat pemerintah
Hindia Belanda berang.
Tak ayal, Belandapun
mengutus Snouck
Hourgronje ke Mekah
untuk menemui beliau. Ketika Snouck-yang
kala itu menyamar
sebagai orang Arab
dengan nama 'Abdul
Ghafur-bertanya: "Mengapa beliau tidak
mengajar di Masjidil
Haram tapi di
perkampungan Jawa?". Dengan lembut Syaikh
Nawawi menjawab: "Pakaianku yang jelek
dan kepribadianku tidak
cocok dan tidak pantas
dengan keilmuan
seorang professor
berbangsa Arab". Lalu kata Snouck lagi: "Bukankah banyak
orang yang tidak
sepakar seperti anda
akan tetapi juga
mengajar di sana?". Syaikh Nawawi
menjawab : "Kalau mereka diizinkan
mengajar di sana,
pastilah mereka cukup
berjasa". Dari beberapa
pertemuan dengan
Syaikh Nawawi,
Orientalis Belanda itu
mengambil beberapa
kesimpulan. Menurutnya, Syaikh Nawawi adalah
Ulama yang ilmunya
dalam, rendah hati,
tidak congkak, bersedia
berkorban demi
kepentingan agama dan bangsa. Banyak murid-
muridnya yang di
belakang hari menjadi
ulama, misalnya K.H.
Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdhatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), K.H. Khalil Bangkalan, K.H.
Asnawi Kudus, K.H. Tb.
Bakrie Purwakarta, K.H.
Arsyad Thawil, dan lain-
lainnya. Konon, K.H. Hasyim
Asy'ari saat mengajar
santri-santrinya di
Pesantren Tebu Ireng
sering menangis jika
membaca kitab fiqih Fath al-Qarib yang
dikarang oleh Syaikh
Nawawi. Kenangan
terhadap gurunya itu
amat mendalam di hati
K.H. Hasyim Asy'ari hingga haru tak kuasa
ditahannya setiap kali
baris Fath al-Qarib ia
ajarkan pada santri-
santrinya. Syaikh Nawawi al-
Bantani al-Jawi menikah
dengan Nyai Nasimah,
gadis asal Tanara,
Banten dan dikaruniai 3
anak: Nafisah, Maryam, Rubi'ah. Sang istri
wafat mendahului beliau. [3] Gelar-Gelar Berkat kepakarannya,
beliau mendapat
bermacam-macam gelar.
Di antaranya yang
diberikan oleh Snouck
Hourgronje, yang menggelarinya sebagai
Doktor Ketuhanan.
Kalangan Intelektual
masa itu juga
menggelarinya sebagai
al-Imam wa al-Fahm al- Mudaqqiq (Tokoh dan
pakar dengan
pemahaman yang
sangat mendalam).
Syaikh Nawawi bahkan
juga mendapat gelar yang luar biasa
sebagaia al-Sayyid
al-'Ulama al-Hijaz
(Tokoh Ulama Hijaz).
Yang dimaksud dengan
Hijaz ialah Jazirah Arab yang sekarang ini
disebut Saudi Arabia. Sementara para Ulama Indonesia menggelarinya sebagaiBapak Kitab Kuning Indonesia. Karya-Karya dan
Karamah Karya-Karya Kepakaran beliau tidak
diragukan lagi. Ulama
asal Mesir, Syaikh 'Umar
'Abdul Jabbar dalam
kitabnya "al-Durus min
Madhi al-Ta'lim wa Hadlirih bi al-Masjidil al-
Haram" (beberapa
kajian masa lalu dan
masa kini tentang
Pendidikan Masa kini di
Masjidil Haram) menulis bahwa Syaikh Nawawi
sangat produktif
menulis hingga karyanya
mencapai seratus judul
lebih, meliputi berbagai
disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa
syarah atau komentar
terhadap kitab-kitab
klasik. Sebagian dari
karya-karya Syaikh
Nawawi di antaranya adalah sebagai berikut: 1. al-Tsamar al-
Yani'ah syarah
al-Riyadl al-
Badi'ah 2. al-'Aqd al-
Tsamin syarah
Fath al-Mubin 3. Sullam al-Munajah
syarah Safinah
al-Shalah 4. Ba?jah al-Wasail
syarah al-Risalah
al-Jami'ah bayn
al-Usul wa al-Fiqh
wa al-Tasawwuf 5. al-Tausyih/ Quwt
al-Habib al-Gharib
syarah Fath al-
Qarib al-Mujib 6. Ni?ayah al-Zayyin
syarah Qurrah
al-'Ain bi
Mu?immah al-Din 7. Maraqi
al-'Ubudiyyah
syarah Matan
Bidayah al-
?idayah 8. Nashaih al-'Ibad
syarah al-
Manba?atu 'ala
al-Isti'dad li
yaum al-Mi'ad 9. Salalim al-Fadhla?
syarah
Mandhumah
?idayah al-
Azkiya? 10. Qami'u al-
Thugyan syarah
Mandhumah
Syu'bu al-Iman 11. al-Tafsir al-Munir
li al-Mu'alim al-
Tanzil al-Mufassir
'an wuju?
mahasin al-Ta?wil
musamma Murah Labid li Kasyafi
Ma'na Qur?an
Majid 12. Kasyf al-
Maruthiyyah
syarah Matan al-
Jurumiyyah 13. Fath al-Ghafir al-
Khathiyyah
syarah Nadham
al-Jurumiyyah
musamma al-
Kawakib al- Jaliyyah 14. Nur al-Dhalam
'ala Mandhumah
al-Musammah bi
'Aqidah
al-'Awwam 15. Tanqih al-Qaul al-
Hatsits syarah
Lubab al-Hadits 16. Madarij al-Shu'ud
syarah Maulid al-
Barzanji 17. Targhib al-
Mustaqin syarah
Mandhumah
Maulid al-Barzanji 18. Fath al-Shamad
al 'Alam syarah
Maulid Syarif
al-'Anam 19. Fath al-Majid
syarah al-Durr
al-Farid 20. Tijan al-Darary
syarah Matan al-
Baijury 21. Fath al-Mujib
syarah
Mukhtashar al-
Khathib 22. Muraqah Shu'ud
al-Tashdiq syarah
Sulam al-Taufiq 23. Kasyifah al-Saja
syarah Safinah
al-Naja 24. al-Futuhah al-
Madaniyyah
syarah al-Syu'b
al-Imaniyyah 25. 'Uqud al-Lujain fi
Bayan Huquq al-
Zaujain 26. Qathr al-Ghais
syarah Masail Abi
al-Laits 27. Naqawah
al-'Aqidah
Mandhumah fi
Tauhid 28. al-Na?jah al-
Jayyidah syarah
Naqawah
al-'Aqidah 29. Suluk al-Jadah
syarah Lam'ah
al-Mafadah fi
bayan al-
Jumu'ah wa
almu'adah 30. Hilyah al-Shibyan
syarah Fath al-
Rahman 31. al-Fushush al-
Yaqutiyyah 'ala
al-Raudlah al-
Ba?iyyah fi
Abwab al-
Tashrifiyyah 32. al-Riyadl al-
Fauliyyah 33. Mishbah al-
Dhalam'ala
Min?aj al-Atamma
fi Tabwib al-
Hukm 34. Dzariyy'ah al-
Yaqin 'ala Umm
al-Bara?in fi al-
Tauhid 35. al-Ibriz al-Daniy
fi Maulid
Sayyidina
Muhammad al-
Sayyid al-Adnany 36. Baghyah
al-'Awwam fi
Syarah Maulid
Sayyid al-Anam 37. al-Durrur al-
Ba?iyyah fi
syarah al-
Khashaish al-
Nabawiyyah 38. Lubab al-bayyan fi 'Ilmi Bayyan.[4] Karya tafsirnya, al-
Munir, sangat
monumental, bahkan
ada yang mengatakan
lebih baik dari Tafsir
Jalalain, karya Imam Jalaluddin al-Suyuthi
dan Imam Jalaluddin al-
Mahalli yang sangat
terkenal itu. Sementara
Kasyifah al-Saja syarah
merupakan syarah atau komentar terhadap
kitab fiqih Safinah al-
Naja, karya Syaikh Salim
bin Sumeir al-Hadhramy.
Para pakar menyebut
karya beliau lebih praktis ketimbang
matan yang
dikomentarinya. Karya-
karya beliau di bidang
Ilmu Akidah misalnya
Tijan al-Darary, Nur al- Dhalam, Fath al-Majid.
Sementara dalam bidang
Ilmu Hadits misalnya
Tanqih al-Qaul. Karya-
karya beliau di bidang
Ilmu Fiqih yakni Sullam al-Munajah, Ni?ayah al-
Zain, Kasyifah al-Saja.
Adapun Qami'u al-
Thugyan, Nashaih
al-'Ibad dan Minhaj al-
Raghibi merupakan karya tasawwuf. Ada
lagi sebuah kitab fiqih
karya beliau yang
sangat terkenal di
kalangan para santri
pesantren di Jawa, yaitu Syarah 'Uqud al-
Lujain fi Bayan Huquq
al-Zaujain. Hampir
semua pesantren
memasukkan kitab ini
dalam daftar paket bacaan wajib, terutama
di Bulan Ramadhan.
Isinya tentang segala
persoalan keluarga yang
ditulis secara detail.
Hubungan antara suami dan istri dijelaskan
secara rinci. Kitab yang
sangat terkenal ini
menjadi rujukan selama
hampir seabad. Tapi kini,
seabad kemudian kitab tersebut dikritik dan
digugat, terutama oleh
kalangan muslimah.
Mereka menilai
kandungan kitab
tersebut sudah tidak cocok lagi dengan
perkembangan masa
kini. Tradisi syarah atau
komentar bahkan kritik
mengkritik terhadap
karya beliau, tentulah tidak mengurangi
kualitas kepakaran dan intelektual beliau.[5] Karamah Konon, pada suatu
waktu pernah beliau
mengarang kitab
dengan menggunakan
telunjuk beliau sebagai
lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan.
Karena tidak ada
cahaya dalam syuqduf
yakni rumah-rumahan di
punggung unta, yang
beliau diami, sementara aspirasi tengah kencang
mengisi kepalanya.
Syaikh Nawawi kemudian
berdoa memohon
kepada Allah Ta'ala
agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu
menerangi jari kanannya
yang untuk menulis.
Kitab yang kemudian
lahir dengan nama
Maraqi al-'Ubudiyyah syarah Matan Bidayah
al-Hidayah itu harus
dibayar beliau dengan
cacat pada jari telunjuk
kirinya. Cahaya yang
diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu
membawa bekas yang
tidak hilang. Karamah
beliau yang lain juga
diperlihatkannya di saat
mengunjungi salah satu masjid di Jakarta yakni
Masjid Pekojan. Masjid
yang dibangun oleh
salah seorang
keturunan cucu
Rasulullah saw Sayyid Utsman bin 'Agil bin
Yahya al-'Alawi, Ulama
dan Mufti Betawi
(sekarang ibukota Jakarta),[6] itu ternyata memiliki kiblat
yang salah. Padahal
yang menentukan kiblat
bagi mesjid itu adalah
Sayyid Utsman sendiri. Tak ayal , saat seorang
anak remaja yang tak
dikenalnya menyalahkan
penentuan kiblat,
kagetlah Sayyid Utsman.
Diskusipun terjadi dengan seru antara
mereka berdua. Sayyid
Utsman tetap
berpendirian kiblat
Mesjid Pekojan sudah
benar. Sementara Syaikh Nawawi remaja
berpendapat arah kiblat
mesti dibetulkan. Saat
kesepakatan tak bisa
diraih karena masing-
masing mempertahankan pendapatnya dengan
keras, Syaikh Nawawi
remaja menarik lengan
baju lengan Sayyid
Utsman. Dirapatkan
tubuhnya agar bisa saling mendekat. " "Lihatlah Sayyid!,
itulah Ka?bah tempat
Kiblat kita. Lihat dan
perhatikanlah!
Tidakkah Ka?bah itu
terlihat amat jelas? Sementara Kiblat
masjid ini agak kekiri.
Maka perlulah
kiblatnya digeser ke
kanan agar tepat
menghadap ke Ka?bah". Ujar Syaikh
Nawawi remaja. " Sayyid Utsman
termangu. Ka?bah yang
ia lihat dengan
mengikuti telunjuk
Syaikh Nawawi remaja
memang terlihat jelas. Sayyid Utsman merasa
takjub dan menyadari ,
remaja yang bertubuh
kecil di hadapannya ini
telah dikaruniai
kemuliaan, yakni terbukanya nur
basyariyyah. Dengan
karamah itu, di
manapun beliau berada
Ka?bah tetap terlihat.
Dengan penuh hormat, Sayyid Utsman langsung
memeluk tubuh kecil
beliau. Sampai saat ini,
jika kita mengunjungi
Masjid Pekojan akan
terlihat kiblat digeser, tidak sesuai aslinya.[7] Telah menjadi kebijakan
Pemerintah Arab Saudi
bahwa orang yang telah
dikubur selama setahun
kuburannya harus digali.
Tulang belulang si mayat kemudian diambil
dan disatukan dengan
tulang belulang mayat
lainnya. Selanjutnya
semua tulang itu
dikuburkan di tempat lain di luar kota. Lubang
kubur yang dibongkar
dibiarkan tetap terbuka
hingga datang jenazah
berikutnya terus silih
berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa
pandang bulu. Siapapun
dia, pejabat atau orang
biasa, saudagar kaya
atau orang miskin, sama
terkena kebijakan tersebut. Inilah yang
juga menimpa makam
Syaikh Nawawi. Setelah
kuburnya genap berusia
satu tahun, datanglah
petugas dari pemerintah kota untuk menggali
kuburnya. Tetapi yang
terjadi adalah hal yang
tak lazim. Para petugas
kuburan itu tak
menemukan tulang belulang seperti
biasanya. Yang mereka
temukan adalah satu
jasad yang masih utuh.
Tidak kurang satu
apapun, tidak lecet atau tanda-tanda
pembusukan seperti
lazimnya jenazah yang
telah lama dikubur.
Bahkan kain putih kafan
penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak
lapuk sedikitpun. Terang saja kejadian ini
mengejutkan para
petugas. Mereka lari
berhamburan
mendatangi atasannya
dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Setelah diteliti, sang
atasan kemudian
menyadari bahwa
makam yang digali itu
bukan makam orang sembarangan. Langkah
strategis lalu diambil.
Pemerintah melarang
membongkar makam
tersebut. Jasad beliau
lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Hingga
sekarang makam beliau
tetap berada di Ma?la,
Mekah. Demikianlah karamah
Syaikh Nawawi al-
Bantani al-Jawi. Tanah
organisme yang hidup di
dalamnya sedikitpun
tidak merusak jasad beliau. Kasih sayang
Allah Ta'ala berlimpah
pada beliau. Karamah
Syaikh Nawawi yang
paling tinggi akan kita
rasakan saat kita membuka lembar demi
lembar Tafsir Munir
yang beliau karang.
Kitab Tafsir fenomenal
ini menerangi jalan siapa
saja yang ingin memahami Firman Allah
swt. Begitu juga dari
kalimat-kalimat lugas
kitab fiqih, Kasyifah al-
Saja, yang menerangkan
syariat. Begitu pula ratusan hikmah di dalam
kitab Nashaih al-'Ibad.
Serta ratusan kitab
lainnya yang akan terus
menyirami umat dengan
cahaya abadi dari buah tangan beliau.[8] Wafat Masa selama 69 tahun
mengabdikan dirinya
sebagai guru Umat Islam
telah memberikan
pandangan-pandangan
cemerlang atas berbagai masalah umat Islam. Syaikh Nawawi wafat di
Mekah pada tanggal 25
syawal 1314 H/ 1897 M.
Tapi ada pula yang
mencatat tahun
wafatnya pada tahun 1316 H/ 1899 M.
Makamnya terletak di
pekuburan Ma'la di Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan
makam anak perempuan
dari Sayyidina Abu
Bakar al-Siddiq, Asma?
binti Abu Bakar al- Siddiq.
SYAIKH NAWAWI
http://emhaes-wwwemhaescom.blogspot.com/
BLOGGER
Lokasi penandbn itemscope itemtype="http://schema.org/">BLOGGER
SYAIKH NAWAWI TANARA AL-BANTANI AL-JAWI
INDONESIA
Nawawi al-Bantani. Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi sangat kesohor. Disebut
al-Bantani karena ia
berasal dari Banten,
Indonesia. Beliau bukan
ulama biasa, tapi
memiliki intelektual yang sangat produktif
menulis kitab, meliputi
fiqih, tauhid, tasawwuf,
tafsir, dan hadis.
Jumlahnya tidak kurang
dari 115 kitab. Kelahiran dan
Pendidikan Kelahiran Lahir dengan nama Abu
Abdul Mu'ti Muhammad
Nawawi bin 'Umar bin
'Arabi. Ulama besar ini
hidup dalam tradisi
keagamaan yang sangat kuat. Ulama yang lahir
di Kampung Tanara,
sebuah desa kecil di
kecamatan Tirtayasa,
Kabupaten Serang,
Propinsi Banten (Sekarang di Kampung
Pesisir, desa Pedaleman
Kecamatan Tanara
depan Mesjid Jami'
Syaikh Nawawi Bantani)
pada tahun 1230 H atau 1813 M ini bernasab
kepada keturunan
Maulana Hasanuddin
Putra Sunan Gunung
Jati, Cirebon. Keturunan
ke-11 dari Sultan Banten. Nasab beliau
melalui jalur ini sampai
kepada Baginda Nabi
Muhammad saw. Melalui
keturunan Maulana
Hasanuddin yakni Pangeran Suniararas,
yang makamnya hanya
berjarak 500 meter dari
bekas kediaman beliau
di Tanara, nasab Ahlul
Bait sampai ke Syaikh Nawawi. Ayah beliau
seorang Ulama Banten,
'Umar bin 'Arabi,
ibunya bernama
Zubaedah. Pendidikan Semenjak kecil beliau
memang terkenal
cerdas. Otaknya dengan
mudah menyerap
pelajaran yang telah
diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun.
Pertanyaanpertanyaan
kritisnya sering
membuat ayahnya
bingung. Melihat potensi
yang begitu besar pada putranya, pada usia 8
tahun sang ayah
mengirimkannya
keberbagai pesantren di
Jawa. Beliau mula-mula
mendapat bimbingan langsung dari ayahnya,
kemudian berguru
kapada Kyai Sahal,
Banten; setelah itu
mengaji kepada Kyai Yusuf, Purwakarta.[1] Di usia beliau yang
belum lagi mencapai 15
tahun, Syaikh Nawawi
telah mengajar banyak
orang. Sampai kemudian
karena karamahnya yang telah mengkilap
sebelia itu, beliau
mencari tempat di
pinggir pantai agar lebih
leluasa mengajar murid-
muridnya yang kian hari bertambah banyak.
Pada usia 15 tahun
beliau menunaikan haji
dan berguru kepada
sejumlah ulama terkenal
di Mekah, seperti Syaikh Khatib al-Sambasi, Abdul
Ghani Bima, Yusuf
Sumbulaweni, 'Abdul
Hamid Daghestani,
Syaikh Sayyid Ahmad
Nahrawi, Syaikh Ahmad Dimyati, Syaikh Ahmad
Zaini Dahlan, Syaikh
Muhammad Khatib
Hambali, dan Syaikh
Junaid Al-Betawi. Tapi
guru yang paling berpengaruh adalah
Syaikh Sayyid Ahmad
Nahrawi, Syaikh Junaid
Al-Betawi dan Syaikh
Ahmad Dimyati, ulama
terkemuka di Mekah. Lewat ketiga Syaikh
inilah karakter beliau
terbentuk. Selain itu
juga ada dua ulama lain
yang berperan besar
mengubah alam pikirannya, yaitu Syaikh
Muhammad Khatib dan
Syaikh Ahmad Zaini
Dahlan, ulama besar di
Medinah. Nasionalisme dan
Gelar-Gelar Nasionalisme Tiga tahun bermukim di
Mekah, beliau pulang ke
Banten. Sampai di tanah
air beliau menyaksikan
praktik-praktik
ketidakadilan, kesewenang-wenangan
dan penindasan dari
Pemerintah Hindia
Belanda. Ia melihat itu
semua lantaran
kebodohan yang masih menyelimuti umat. Tak
ayal, gelora jihadpun
berkobar. Beliau keliling
Banten mengobarkan
perlawanan terhadap
penjajah. Tentu saja Pemerintah Belanda
membatasi gara-
geriknya. Beliau dilarang
berkhutbah di masjid-
masjid. Bahkan
belakangan beliau dituduh sebagai
pengikut Pangeran
Diponegoro yang ketika
itu memang sedang
mengobarkan
perlawanan terhadap penjajahan Belanda
(1825- 1830 M). Sebagai intelektual yang
memiliki komitmen tinggi
terhadap prinsip-prinsip
keadilan dan kebenaran,
apa boleh buat Syaikh
Nawawi terpaksa menyingkir ke Negeri
Mekah, tepat ketika
perlawanan Pangeran
Diponegoro padam pada
tahun 1830 M. Ulama
Besar ini di masa mudanya juga
menularkan semangat
Nasionalisme dan
Patriotisme di kalangan
Rakyat Indonesia.
Begitulah pengakuan Snouck Hourgronje.
Begitu sampai di Mekah
beliau segera kembali
memperdalam ilmu
agama kepada guru-
gurunya. Beliau tekun belajar selama 30
tahun, sejak tahun
1830 hingga 1860 M.
Ketika itu memang
beliau berketepatan
hati untuk mukim di tanah suci, satu dan
lain hal untuk
menghindari tekanan
kaum penjajah Belanda.
Nama beliau mulai
masyhur ketika menetap di Syi'ib 'Ali,
Mekah. Beliau mengajar
di halaman rumahnya.
Mula-mula muridnya
cuma puluhan, tapi
makin lama makin jumlahnya kian banyak.
Mereka datang dari
berbagai penjuru dunia.
Maka jadilah Syaikh
Nawawi al-Bantani al-
Jawi sebagai ulama yang dikenal piawai
dalam ilmu agama,
terutama tentang
tauhid, fiqih, tafsir, dan
tasawwuf. Nama beliau semakin
melejit ketika beliau
ditunjuk sebagai
pengganti Imam Masjidil
Haram, Syaikh Khatib
al-Minagkabawi. Sejak itulah beliau dikenal
dengan nama resmi
'Syaikh Nawawi al-
Bantani al-Jawi.'
Artinya Nawawi dari
Banten, Jawa. Piawai dalam ilmu agama,
masyhur sebagai ulama.
Tidak hanya di kota
Mekah dan Medinah saja
beliau dikenal, bahkan di
negeri Mesir nama beliau masyhur di sana.
Itulah sebabnya ketika
Indonesia
memproklamirkan
kemerdekaannya. Mesir
negara yang pertama- tama mendukung atas
kemerdekaan Indonesia. [2] Syaikh Nawawi masih
tetap mengobarkan
nasionalisme dan
patriotisme di kalangan
para muridnya yang
biasa berkumpul di perkampungan Jawa di
Mekah. Di sanalah beliau
menyampaikan
perlawanannya lewat
pemikiran-pemikirannya.
Kegiatan ini tentu saja membuat pemerintah
Hindia Belanda berang.
Tak ayal, Belandapun
mengutus Snouck
Hourgronje ke Mekah
untuk menemui beliau. Ketika Snouck-yang
kala itu menyamar
sebagai orang Arab
dengan nama 'Abdul
Ghafur-bertanya: "Mengapa beliau tidak
mengajar di Masjidil
Haram tapi di
perkampungan Jawa?". Dengan lembut Syaikh
Nawawi menjawab: "Pakaianku yang jelek
dan kepribadianku tidak
cocok dan tidak pantas
dengan keilmuan
seorang professor
berbangsa Arab". Lalu kata Snouck lagi: "Bukankah banyak
orang yang tidak
sepakar seperti anda
akan tetapi juga
mengajar di sana?". Syaikh Nawawi
menjawab : "Kalau mereka diizinkan
mengajar di sana,
pastilah mereka cukup
berjasa". Dari beberapa
pertemuan dengan
Syaikh Nawawi,
Orientalis Belanda itu
mengambil beberapa
kesimpulan. Menurutnya, Syaikh Nawawi adalah
Ulama yang ilmunya
dalam, rendah hati,
tidak congkak, bersedia
berkorban demi
kepentingan agama dan bangsa. Banyak murid-
muridnya yang di
belakang hari menjadi
ulama, misalnya K.H.
Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdhatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), K.H. Khalil Bangkalan, K.H.
Asnawi Kudus, K.H. Tb.
Bakrie Purwakarta, K.H.
Arsyad Thawil, dan lain-
lainnya. Konon, K.H. Hasyim
Asy'ari saat mengajar
santri-santrinya di
Pesantren Tebu Ireng
sering menangis jika
membaca kitab fiqih Fath al-Qarib yang
dikarang oleh Syaikh
Nawawi. Kenangan
terhadap gurunya itu
amat mendalam di hati
K.H. Hasyim Asy'ari hingga haru tak kuasa
ditahannya setiap kali
baris Fath al-Qarib ia
ajarkan pada santri-
santrinya. Syaikh Nawawi al-
Bantani al-Jawi menikah
dengan Nyai Nasimah,
gadis asal Tanara,
Banten dan dikaruniai 3
anak: Nafisah, Maryam, Rubi'ah. Sang istri
wafat mendahului beliau. [3] Gelar-Gelar Berkat kepakarannya,
beliau mendapat
bermacam-macam gelar.
Di antaranya yang
diberikan oleh Snouck
Hourgronje, yang menggelarinya sebagai
Doktor Ketuhanan.
Kalangan Intelektual
masa itu juga
menggelarinya sebagai
al-Imam wa al-Fahm al- Mudaqqiq (Tokoh dan
pakar dengan
pemahaman yang
sangat mendalam).
Syaikh Nawawi bahkan
juga mendapat gelar yang luar biasa
sebagaia al-Sayyid
al-'Ulama al-Hijaz
(Tokoh Ulama Hijaz).
Yang dimaksud dengan
Hijaz ialah Jazirah Arab yang sekarang ini
disebut Saudi Arabia. Sementara para Ulama Indonesia menggelarinya sebagaiBapak Kitab Kuning Indonesia. Karya-Karya dan
Karamah Karya-Karya Kepakaran beliau tidak
diragukan lagi. Ulama
asal Mesir, Syaikh 'Umar
'Abdul Jabbar dalam
kitabnya "al-Durus min
Madhi al-Ta'lim wa Hadlirih bi al-Masjidil al-
Haram" (beberapa
kajian masa lalu dan
masa kini tentang
Pendidikan Masa kini di
Masjidil Haram) menulis bahwa Syaikh Nawawi
sangat produktif
menulis hingga karyanya
mencapai seratus judul
lebih, meliputi berbagai
disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa
syarah atau komentar
terhadap kitab-kitab
klasik. Sebagian dari
karya-karya Syaikh
Nawawi di antaranya adalah sebagai berikut: 1. al-Tsamar al-
Yani'ah syarah
al-Riyadl al-
Badi'ah 2. al-'Aqd al-
Tsamin syarah
Fath al-Mubin 3. Sullam al-Munajah
syarah Safinah
al-Shalah 4. Ba?jah al-Wasail
syarah al-Risalah
al-Jami'ah bayn
al-Usul wa al-Fiqh
wa al-Tasawwuf 5. al-Tausyih/ Quwt
al-Habib al-Gharib
syarah Fath al-
Qarib al-Mujib 6. Ni?ayah al-Zayyin
syarah Qurrah
al-'Ain bi
Mu?immah al-Din 7. Maraqi
al-'Ubudiyyah
syarah Matan
Bidayah al-
?idayah 8. Nashaih al-'Ibad
syarah al-
Manba?atu 'ala
al-Isti'dad li
yaum al-Mi'ad 9. Salalim al-Fadhla?
syarah
Mandhumah
?idayah al-
Azkiya? 10. Qami'u al-
Thugyan syarah
Mandhumah
Syu'bu al-Iman 11. al-Tafsir al-Munir
li al-Mu'alim al-
Tanzil al-Mufassir
'an wuju?
mahasin al-Ta?wil
musamma Murah Labid li Kasyafi
Ma'na Qur?an
Majid 12. Kasyf al-
Maruthiyyah
syarah Matan al-
Jurumiyyah 13. Fath al-Ghafir al-
Khathiyyah
syarah Nadham
al-Jurumiyyah
musamma al-
Kawakib al- Jaliyyah 14. Nur al-Dhalam
'ala Mandhumah
al-Musammah bi
'Aqidah
al-'Awwam 15. Tanqih al-Qaul al-
Hatsits syarah
Lubab al-Hadits 16. Madarij al-Shu'ud
syarah Maulid al-
Barzanji 17. Targhib al-
Mustaqin syarah
Mandhumah
Maulid al-Barzanji 18. Fath al-Shamad
al 'Alam syarah
Maulid Syarif
al-'Anam 19. Fath al-Majid
syarah al-Durr
al-Farid 20. Tijan al-Darary
syarah Matan al-
Baijury 21. Fath al-Mujib
syarah
Mukhtashar al-
Khathib 22. Muraqah Shu'ud
al-Tashdiq syarah
Sulam al-Taufiq 23. Kasyifah al-Saja
syarah Safinah
al-Naja 24. al-Futuhah al-
Madaniyyah
syarah al-Syu'b
al-Imaniyyah 25. 'Uqud al-Lujain fi
Bayan Huquq al-
Zaujain 26. Qathr al-Ghais
syarah Masail Abi
al-Laits 27. Naqawah
al-'Aqidah
Mandhumah fi
Tauhid 28. al-Na?jah al-
Jayyidah syarah
Naqawah
al-'Aqidah 29. Suluk al-Jadah
syarah Lam'ah
al-Mafadah fi
bayan al-
Jumu'ah wa
almu'adah 30. Hilyah al-Shibyan
syarah Fath al-
Rahman 31. al-Fushush al-
Yaqutiyyah 'ala
al-Raudlah al-
Ba?iyyah fi
Abwab al-
Tashrifiyyah 32. al-Riyadl al-
Fauliyyah 33. Mishbah al-
Dhalam'ala
Min?aj al-Atamma
fi Tabwib al-
Hukm 34. Dzariyy'ah al-
Yaqin 'ala Umm
al-Bara?in fi al-
Tauhid 35. al-Ibriz al-Daniy
fi Maulid
Sayyidina
Muhammad al-
Sayyid al-Adnany 36. Baghyah
al-'Awwam fi
Syarah Maulid
Sayyid al-Anam 37. al-Durrur al-
Ba?iyyah fi
syarah al-
Khashaish al-
Nabawiyyah 38. Lubab al-bayyan fi 'Ilmi Bayyan.[4] Karya tafsirnya, al-
Munir, sangat
monumental, bahkan
ada yang mengatakan
lebih baik dari Tafsir
Jalalain, karya Imam Jalaluddin al-Suyuthi
dan Imam Jalaluddin al-
Mahalli yang sangat
terkenal itu. Sementara
Kasyifah al-Saja syarah
merupakan syarah atau komentar terhadap
kitab fiqih Safinah al-
Naja, karya Syaikh Salim
bin Sumeir al-Hadhramy.
Para pakar menyebut
karya beliau lebih praktis ketimbang
matan yang
dikomentarinya. Karya-
karya beliau di bidang
Ilmu Akidah misalnya
Tijan al-Darary, Nur al- Dhalam, Fath al-Majid.
Sementara dalam bidang
Ilmu Hadits misalnya
Tanqih al-Qaul. Karya-
karya beliau di bidang
Ilmu Fiqih yakni Sullam al-Munajah, Ni?ayah al-
Zain, Kasyifah al-Saja.
Adapun Qami'u al-
Thugyan, Nashaih
al-'Ibad dan Minhaj al-
Raghibi merupakan karya tasawwuf. Ada
lagi sebuah kitab fiqih
karya beliau yang
sangat terkenal di
kalangan para santri
pesantren di Jawa, yaitu Syarah 'Uqud al-
Lujain fi Bayan Huquq
al-Zaujain. Hampir
semua pesantren
memasukkan kitab ini
dalam daftar paket bacaan wajib, terutama
di Bulan Ramadhan.
Isinya tentang segala
persoalan keluarga yang
ditulis secara detail.
Hubungan antara suami dan istri dijelaskan
secara rinci. Kitab yang
sangat terkenal ini
menjadi rujukan selama
hampir seabad. Tapi kini,
seabad kemudian kitab tersebut dikritik dan
digugat, terutama oleh
kalangan muslimah.
Mereka menilai
kandungan kitab
tersebut sudah tidak cocok lagi dengan
perkembangan masa
kini. Tradisi syarah atau
komentar bahkan kritik
mengkritik terhadap
karya beliau, tentulah tidak mengurangi
kualitas kepakaran dan intelektual beliau.[5] Karamah Konon, pada suatu
waktu pernah beliau
mengarang kitab
dengan menggunakan
telunjuk beliau sebagai
lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan.
Karena tidak ada
cahaya dalam syuqduf
yakni rumah-rumahan di
punggung unta, yang
beliau diami, sementara aspirasi tengah kencang
mengisi kepalanya.
Syaikh Nawawi kemudian
berdoa memohon
kepada Allah Ta'ala
agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu
menerangi jari kanannya
yang untuk menulis.
Kitab yang kemudian
lahir dengan nama
Maraqi al-'Ubudiyyah syarah Matan Bidayah
al-Hidayah itu harus
dibayar beliau dengan
cacat pada jari telunjuk
kirinya. Cahaya yang
diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu
membawa bekas yang
tidak hilang. Karamah
beliau yang lain juga
diperlihatkannya di saat
mengunjungi salah satu masjid di Jakarta yakni
Masjid Pekojan. Masjid
yang dibangun oleh
salah seorang
keturunan cucu
Rasulullah saw Sayyid Utsman bin 'Agil bin
Yahya al-'Alawi, Ulama
dan Mufti Betawi
(sekarang ibukota Jakarta),[6] itu ternyata memiliki kiblat
yang salah. Padahal
yang menentukan kiblat
bagi mesjid itu adalah
Sayyid Utsman sendiri. Tak ayal , saat seorang
anak remaja yang tak
dikenalnya menyalahkan
penentuan kiblat,
kagetlah Sayyid Utsman.
Diskusipun terjadi dengan seru antara
mereka berdua. Sayyid
Utsman tetap
berpendirian kiblat
Mesjid Pekojan sudah
benar. Sementara Syaikh Nawawi remaja
berpendapat arah kiblat
mesti dibetulkan. Saat
kesepakatan tak bisa
diraih karena masing-
masing mempertahankan pendapatnya dengan
keras, Syaikh Nawawi
remaja menarik lengan
baju lengan Sayyid
Utsman. Dirapatkan
tubuhnya agar bisa saling mendekat. " "Lihatlah Sayyid!,
itulah Ka?bah tempat
Kiblat kita. Lihat dan
perhatikanlah!
Tidakkah Ka?bah itu
terlihat amat jelas? Sementara Kiblat
masjid ini agak kekiri.
Maka perlulah
kiblatnya digeser ke
kanan agar tepat
menghadap ke Ka?bah". Ujar Syaikh
Nawawi remaja. " Sayyid Utsman
termangu. Ka?bah yang
ia lihat dengan
mengikuti telunjuk
Syaikh Nawawi remaja
memang terlihat jelas. Sayyid Utsman merasa
takjub dan menyadari ,
remaja yang bertubuh
kecil di hadapannya ini
telah dikaruniai
kemuliaan, yakni terbukanya nur
basyariyyah. Dengan
karamah itu, di
manapun beliau berada
Ka?bah tetap terlihat.
Dengan penuh hormat, Sayyid Utsman langsung
memeluk tubuh kecil
beliau. Sampai saat ini,
jika kita mengunjungi
Masjid Pekojan akan
terlihat kiblat digeser, tidak sesuai aslinya.[7] Telah menjadi kebijakan
Pemerintah Arab Saudi
bahwa orang yang telah
dikubur selama setahun
kuburannya harus digali.
Tulang belulang si mayat kemudian diambil
dan disatukan dengan
tulang belulang mayat
lainnya. Selanjutnya
semua tulang itu
dikuburkan di tempat lain di luar kota. Lubang
kubur yang dibongkar
dibiarkan tetap terbuka
hingga datang jenazah
berikutnya terus silih
berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa
pandang bulu. Siapapun
dia, pejabat atau orang
biasa, saudagar kaya
atau orang miskin, sama
terkena kebijakan tersebut. Inilah yang
juga menimpa makam
Syaikh Nawawi. Setelah
kuburnya genap berusia
satu tahun, datanglah
petugas dari pemerintah kota untuk menggali
kuburnya. Tetapi yang
terjadi adalah hal yang
tak lazim. Para petugas
kuburan itu tak
menemukan tulang belulang seperti
biasanya. Yang mereka
temukan adalah satu
jasad yang masih utuh.
Tidak kurang satu
apapun, tidak lecet atau tanda-tanda
pembusukan seperti
lazimnya jenazah yang
telah lama dikubur.
Bahkan kain putih kafan
penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak
lapuk sedikitpun. Terang saja kejadian ini
mengejutkan para
petugas. Mereka lari
berhamburan
mendatangi atasannya
dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Setelah diteliti, sang
atasan kemudian
menyadari bahwa
makam yang digali itu
bukan makam orang sembarangan. Langkah
strategis lalu diambil.
Pemerintah melarang
membongkar makam
tersebut. Jasad beliau
lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Hingga
sekarang makam beliau
tetap berada di Ma?la,
Mekah. Demikianlah karamah
Syaikh Nawawi al-
Bantani al-Jawi. Tanah
organisme yang hidup di
dalamnya sedikitpun
tidak merusak jasad beliau. Kasih sayang
Allah Ta'ala berlimpah
pada beliau. Karamah
Syaikh Nawawi yang
paling tinggi akan kita
rasakan saat kita membuka lembar demi
lembar Tafsir Munir
yang beliau karang.
Kitab Tafsir fenomenal
ini menerangi jalan siapa
saja yang ingin memahami Firman Allah
swt. Begitu juga dari
kalimat-kalimat lugas
kitab fiqih, Kasyifah al-
Saja, yang menerangkan
syariat. Begitu pula ratusan hikmah di dalam
kitab Nashaih al-'Ibad.
Serta ratusan kitab
lainnya yang akan terus
menyirami umat dengan
cahaya abadi dari buah tangan beliau.[8] Wafat Masa selama 69 tahun
mengabdikan dirinya
sebagai guru Umat Islam
telah memberikan
pandangan-pandangan
cemerlang atas berbagai masalah umat Islam. Syaikh Nawawi wafat di
Mekah pada tanggal 25
syawal 1314 H/ 1897 M.
Tapi ada pula yang
mencatat tahun
wafatnya pada tahun 1316 H/ 1899 M.
Makamnya terletak di
pekuburan Ma'la di Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan
makam anak perempuan
dari Sayyidina Abu
Bakar al-Siddiq, Asma?
binti Abu Bakar al- Siddiq.
Selasa, 31 Juli 2012
IBLIS DAN NABI ADAM AS
IBLIS DAN NABI ADAM AS
Kesombongan Iblis ketika
semua makhluk
syurga sujud kepada
keagungan Allah itu, Iblis
membangkang dan enggan mematuhi
perintah Allah kerana
merasa dirinya lebih
mulia, lebih utama dan
lebih agung dari Adam.
Demikian halnya adalah disebabkan Iblis
diciptakan dari unsur api
sedangkan Adam
hanyalah dari tanah dan
lumpur. Kebanggaan
dengan asal-usulnya menjadikannya sombong
dan tidak layak untuk
bersujud menghormati
Adam seperti para
malaikat yang lain,
walaupun telah diperintah oleh Allah.
Disebabkan oleh
kesombongan,
kebongkakan dan
keengganan melakukan
sujud yang diperintahkan, maka Allah
menghukum Iblis
dengan mengusirnya
dari syurga dan
mengeluarkannya
daripada barisan malaikat disertai
kutukan dan laknat
yang akan melekat
pada dirinya hingga hari
kiamat. Di samping itu,
dia telah dijamin sebagai penghuni neraka. Iblis
dengan sombongnya
menerima hukuman
Tuhan itu dan dia hanya
bermohon agar
kepadanya diberi kesempatan untuk hidup
kekal sehingga
hari kemusnahan alam.
Allah memperkenankan
permohonannya itu.
Tanpa berterima kasih dan bersyukur atas
pemberian jaminan itu,
dia sebaliknya
mengancam akan
menyesatkan Adam,
sebagai punca terusirnya dia dari
syurga, dan akan
datang kepada anak-
anak keturunannya dari
segala sudut untuk
memujuk mereka meninggalkan jalan yang
lurus dan mengikutinya
menempuh jalan yang
sesat. Kemudian, Allah
berfirman kepada Iblis
yang terkutuk itu sambil melaknatnya.
Allah berkata bahawa
Iblis tidak akan berjaya
menyesatkan hamba-
Nya yang beriman
dengan sepenuh hati.
""""""""""""""""""""""""""""
IBLIS DAN NABI ADAM AS
IBLIS DAN NABI ADAM ASKesombongan Iblis ketika
semua makhluk
syurga sujud kepada
keagungan Allah itu, Iblis
membangkang dan enggan mematuhi
perintah Allah kerana
merasa dirinya lebih
mulia, lebih utama dan
lebih agung dari Adam.
Demikian halnya adalah disebabkan Iblis
diciptakan dari unsur api
sedangkan Adam
hanyalah dari tanah dan
lumpur. Kebanggaan
dengan asal-usulnya menjadikannya sombong
dan tidak layak untuk
bersujud menghormati
Adam seperti para
malaikat yang lain,
walaupun telah diperintah oleh Allah.
Disebabkan oleh
kesombongan,
kebongkakan dan
keengganan melakukan
sujud yang diperintahkan, maka Allah
menghukum Iblis
dengan mengusirnya
dari syurga dan
mengeluarkannya
daripada barisan malaikat disertai
kutukan dan laknat
yang akan melekat
pada dirinya hingga hari
kiamat. Di samping itu,
dia telah dijamin sebagai penghuni neraka. Iblis
dengan sombongnya
menerima hukuman
Tuhan itu dan dia hanya
bermohon agar
kepadanya diberi kesempatan untuk hidup
kekal sehingga
hari kemusnahan alam.
Allah memperkenankan
permohonannya itu.
Tanpa berterima kasih dan bersyukur atas
pemberian jaminan itu,
dia sebaliknya
mengancam akan
menyesatkan Adam,
sebagai punca terusirnya dia dari
syurga, dan akan
datang kepada anak-
anak keturunannya dari
segala sudut untuk
memujuk mereka meninggalkan jalan yang
lurus dan mengikutinya
menempuh jalan yang
sesat. Kemudian, Allah
berfirman kepada Iblis
yang terkutuk itu sambil melaknatnya.
Allah berkata bahawa
Iblis tidak akan berjaya
menyesatkan hamba-
Nya yang beriman
dengan sepenuh hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar