Senin, 23 Desember 2013

ABU YAZID AL-BUSTHAMI


Abu Yazid al_Busthami

Abu Yazid Thaifur bin ’Isa bin Surusyan aI-Busthami Iahir di Bustham yang terletak di bagian Timur Laut Persia. Kakeknya adalah seorang penganut Zoroaster. Di Bustham ini pula Abu Yazid meninggal dunia tahun 261 H/874 M atau 264 H/877 M, sedang makamnya masih ada hingga saat ini. Di samping keharuman namanya sebagai pendiri perguruan sufisme, beliau dikenal karena
keberaniannya menyatakan peleburan yang sempurna seorang mistikus ke dalam tuhan.

Secara khusus penjelasan-penjelasannya mengenai perjalanannya ke surga (yang mirip dengan Mi”raj Nabi Muhammad), sangat sering dipelajari oleh para penulis dan sangat mempengaruhi imajinasi manusia-manusia sesudahnya.
ABU YAZID AL-BUSTHAMI: LAHIR DAN MASA REMAJANYA
Kakek Abu Yazid al-Busthami adalah seorang penganut agama Zoroaster. Ayahnya adalah salah seorang di antara orang-orang terkemuka Bustham. Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia berada di dalam kandungan ibunya.
“Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya”, ibunya sering berkata kepada Abu Yazid, “Engkau yang masih berada di dalam rahimku memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali”.
Pernyataan si ibu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri.
Kepada Abu Yazid pernah ditanyakan, “Apakah yang terbaik bagi seorang manusia di atas jalan ini”.
“Kebahagiaan yang merupakan bakat sejak lahir”, jawab Abu Yazid.
”Jika kebahagiaan seperti itu tidak ada?”
“Sebuah tubuh yang sehat dan kuat”.
“Jika tidak memilki tubuh yang sehat dan kuat?”
“Pendengaran yang tajam”.
“Jika tidak memiliki pendengaran yang tajam?”
“Hati yang mcngetahui”.
“Jika tidak memiliki hati yang mengetahui?”
“Mata yang melihat”.
“Jika tidak memiliki mata yang melihat?”
“Kematian yang segera”. ‘
Setelah sampai waktunya, si ibu mengirimkan Abu Yazid ke sekolah. Abu Yazid mempelajari al-Qur’an. Pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu ayat dari surah Lukman yang berbunyi: “Berterimakasihlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu”. Ayat ini sangat menggentarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu-tulisnya dan berkata kepada gurunya: “IzinkanIah aku pulang, ada sesuatu yang hendak kukatakan kepada ibuku”.
Si guru memberi izin, Abu Yazid lalu pulang ke rumahnya. Ibunya menyambutnya dengan kata-kata:
”Thaifur, mengapa engkau sudah pulang? Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah suatu kejadian yang istimewa?”
“Tidak”, jawab Abu Yazid. “Pelajaranku sampai pada ayat di mana Allah memerintahkan agar aku berbakti kepada-Nya dan kepada ibu. Tetapi aku tak dapat mengurus dua buah rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Mintalah diriku ini kepada Allah sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Allah semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata”.
”Anakku”, jawab ibunya. ”Aku serahkan engkau kepada Allah dan kubebaskan engkau dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau dan jadilah seorang hamba Allah”.
Di kemudian hari Abu Yazid berkata, “Kewajiban yang semula kukira sebagai kewajiban yang paling sepele di antara yang lain-lainnya, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segala sesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada Allah. Kejadiannya adalah sebagai berikut:
Pada suatu malam, ibu meminta air kepadaku. Maka aku pun pergi mengambilnya, ternyata di dalam tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itu pun kosong. Oleh karena itu pergilah aku ke sungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur‘”.
“Malam itu udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang kubawa itu kemudian
memberkati diriku. Kemudian terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tanganku kaku.
“Mengapa engkau tetap memegang kendi itu?’, ibu bertanya.
’Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena’, jawabku.
Kemudian ibu berkata kepadaku: ’Biarkan saja pintu itu setengah terbuka’ “.
“Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali”.
Setelah sang ibu memasrahkan anaknya kepada Allah, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negeri ke negeri lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus-menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan.
Di antara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq ra.. Ketika Abu Yazid sedang duduk di hadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata
kepadanya,
“Abu Yazid, ambilkan buku yang dijendela itu”.
“Jendela? Jendela mana?”, tanya Abu Yazid.
“Telah sekian lama engkau belajar di sini dan tidak pernah melihat jendela itu?”
“Tidak”, jawab Abu Yazid, “Apakah perduliku dengan jendela.
Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang ke sini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini”.
“Jika demikian”, kata si guru, “Kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai”.

Abu Yazid Al Bustami seorang ahli Sufi yang dikejutkan oleh mimpinya supaya pergi ke gereja Samaan. Tiga kali mimpinya itu berulang. Lalu ia bersiap dengan pakaian dan cara yang diberitahu dalam mimpinya. Ia masuk ke gereja Samaan tanpa diketahui oleh Paderi-paderi yang hadir. Dia bersama-sama paderi lain menanti kedatangan ketua Paderi. Setelah ketua Paderi datang, ketua Paderi itu tidak dapat berucap. Dia tahu ada orang lain, orang Islam di dalam gereja itu. Katanya, ” ada orang yang percaya kepada Syariat Muhammad di dalam gereja ini.”
Semua paderi menjadi gempar dan mereka menghendaki orang itu di bunuh. Namun ketua paderi mencegahnya, sebaliknya ketua paderi meminta orang itu bangun supaya mereka dapat mengenalinya. Abu Yazid Al-Bustami pun bangun, tanpa rasa takut.
Menjawab 50 pertanyaan bertanya 1 pertanyaan.
Ketua paderi berkata, “wahai pengikut Muhammad, saya akan mengajukan pertanyaan kepada kamu. Jika kamu dapat menjawab semuanya dengan benar, maka saya akan mengikuti agama kamu. Namun jika kamu tidak dapat menjawabnya, maka kami akan membunuhmu.”
Jawab Abu Yazid, “baiklah! Tanyakan apa saja yang kamu ingin tanyakan.”
Ketua paderi itu mengemukakan 50 pertanyaan bertubi-tubi dan kemudian Abu Yazid menjawabnya dengan tepat.
Kata Abu Yazid, “saya sudah jawab semua pertanyaan tuan. Sekarang apakah ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang lain?”
Semua pendeta menjawab, “tidak ada lagi,”
Kemudian Abu Yazid mengemukakan pertanyaan kepada mereka. “beritahu saya
kunci Syurga dan Neraka langit.”
Tidak seorang pun yang dapat menjawabnya dan mereka mengaku
bahwa memang mereka tidak tahu jawabannya. Baru satu pertanyaan sudah tidak
dapat dijawab sedangkan Abu Yazid telah menjawab berpuluh pertanyaan. Mereka
meminta ketua paderi menjawab, namun ia membisu.
Katanya, “bukan saya tidak mau menjawab, tetapi saya takut kamu semua
tidak sependapat.”
Mereka heran mendengar kata-kata ketua paderi itu. Akhirnya mereka mendesak juga dan bersedia untuk menyetujui serta menerima kata-kata ketua mereka.
Kemudian ketua Paderi menjawab “Bahwa kunci Syurga dan Kunci langit itu tidak lain ialah “LAILA HAILLALLAH HU MUHAMMAD DARASULULLAH.” Tegas ketua paderi.
Mereka semua tersentak, terdiam. Lalu Abu Yazid berkata, “memang benar kata ketua kamu ini.” Semua paderi memeluk Islam, Abu Yazid menuntut janji kepada ketua paderi dan persetujuan pengikut-pengikutnya.
“Sahabat-sahabat sekalian percayalah bahwa apa yang saya ceritakan ini adalah benar. Saya tidak dipaksa oleh siapapun dalam mengucapnya. Memang sudah lama saya fikirkan hendak menyampaikan masalah ini kepada sahabat-sahabat semua, tetapi saya bimbang sahabat-sahabat tidak akan percaya kepada saya lagi. Saya hanya menunggu waktu.”
“Dari mana tuan mengetahui perkara ini?” Tanya salah seorang paderi.
“Dari ketua sebelum saya.” Jelas ketua paderi.
“Sebelum ketua itu meninggal dunia dia telah bersumpah bahwa perkara yang dikatakan itu adalah benar.” Sambung ketua paderi itu.
“Kalau begitu, apa lagi yang kita tunggu!” Ketua paderi dan pengikut-pengikutnya semuanya memeluk Islam disebabkan oleh Abu Yazid. Ilmu Abu Yazid telah menyelamatkan daripada maut. Ilmu ketua paderi telah menyelamatkan daripada kesesatan dan ilmu kedua-duanya telah menutup tabir kejahilan dan menyingkap tabir kebenaran dan Islam!
Berikut ini Pertanyaan Ketua Paderi. Dan Jawaban Abu Yazid Al-Bustami
1. Yang satu tidak ada duanya.
Kewujudan Allah Maha Esa. Dia Tuhan yang tunggal tiada sekutu baginya.
2. Yang dua tiada tiganya.
Malam dan siang. Apabila pergi malam datanglah siang dan apabila pergi siang datanglah malam.
3. Yang tiga tiada empatnya.
Kursi, Kalam dan Arash Allah Hu subhanahu Wataala.
4. Yang empat tiada limanya.
Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran.
5. Yang lima tiada enamnya.
Islam telah memfardukan solat lima waktu: Zohor, Asar, Maghrib, Ishak dan
Subuh.
6. Yang enam tiada tujuhnya.
Hari-hari Allah telah menciptakan langit dan bumi. Ini semua tersebut didalam Kitab-kitab suci juga.
7. Yang tujuh tiada delapannya.
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang disebut di dalam Kitab Suci juga.
8. Yang delapan tiada sembilannya.
Bilangan Malaikat yang memikul Arash Allah Taala yang disebutkan di dalam
Kitab Suci (artinya): dan akan memikul Arash Tuhan kamu pada hari (Kiamat)
itu adalah delapan Malaikat.
9. Yang sembilan tiada sepuluh.
Bilangan kaum daripada golongan manusia yang menjadikan kerusakan bumi Allah,
sebagaimana yang tersebut di dalam Kitab Suci (artinya): di dalam kota itu dahulu terdapat sembilan kumpulan yang menjadi perusak bumi, mereka tidak pernah melakukan yang baik.
10. Sepuluh yang sempurna.
Kewajiban puasa sepuluh hari ke atas orang yang berihram haji sebagaimana
firman Allah Taala (artinya): Maka hendaklah ia (orang yang berihram haji)
berpuasa tiga hari semasa haji dan tujuh hari setelah kembali ke negerinya.
Itulah dia sepuluh yang sempurna.
11. Yang sebelas.
Saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam.
12. Yang dua belas.
Bilangan bulan dalam setahun.
13. Yang tiga belas.
Mimpi Nabi Yusuf Alaihissalam yang tersebut di dalam Kitab Suci:
Sesungguhnya Aku melihat sebelas bintang, matahari dan bulan. Jumlahnya
tiga belas.
14. Orang yang berdusta, kemudian dapat masuk Syurga.
Mereka ialah saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam. Mereka memberitahu
ayah mereka Nabi Yaakob Alaihissalam bahwa Yusuf telah di makan serigala.
Mereka membawa pakaiannya yang dilumur dengan darah kambing. Perkara yang mereka lakukan itu adalah suatu dusta.
15. Orang yang benar, tetapi mereka dimasukkan ke dalam neraka.
Mereka ialah kaum Yahudi dan Nasrani, sesuai dengan firman Allah Ta’ala (artinya) : telah berkata, Kaum Yahudi, kaum Nasrani itu tidak benar dan berkata kaum Nasrani pula kaum Yahudi itu tidak benar. Kedua-dua kaum itu berkata benar pada tuduhan mereka antara satu dengan lain, namun mereka tidak mau tunduk kepada kebenaran yang ada di hadapan mereka yaitu mempercayai agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam sebagai penyempurna agama yang sebelumnya. Lantaran itu mereka menduduki neraka.
16. Tempat roh dalam badan manusia.
Roh berada di dalam tubuh badan manusia yang hanya diketahui hakikatnya oleh Allah Taala kerana roh adalah merupakan urusan Allah Taala jua, berdasarkan firmannya (artinya): katakan roh itu dari perkara urusan Tuhanku.
17. Al Zariyati Zarwa.
Nama empat macam angin.
18. Al Hamilati Wakra.
Awan gemawan di dada langit.
19. Al Jariyati Yusra.
Perahu-perahu yang belayar di laut.
20. Al Mukassimati Amra.
Malaikat-malaikat yang bertugas membagi-bagikan rezeki kepada manusia pada malam Nisfu Syaaban.
21. Yang empat belas.
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang sesuai dengan firman Allah
Taala (artinya): Maka Allah berfirman kepadanya yaitu kepada tujuh petala
langit dan tujuh lapis bumi, datanglah kepada aku secara patuh terhadap
perintahku ataupun secara terpaksa. Maka berkata kedua-dua langit dan bumi, “kami akan datang kepadamu secara patuh dan taat.”
22. Kubur yang berjalan dengan penghuninya.
Ikan besar yang menelan Nabi Yunus Alaihissalam. Nabi Yunus Alaihissalam
di bawa oleh ikan ke mana-mana sahaja yang akhirnya dimuntahkan di pantai
dengan izin Allah Taala.
23. Yang bernafas, tetapi tidak mempunyai roh.
Waktu subuh seperti firman Allah Taala (artinya): demi subuh apabila ia
terlepas.
24. Air yang tidak turun dari langit dan tidak keluar dari bumi.
Air yang dikirim oleh ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam di dalam botol yaitu air peluh kuda.
25. Empat yang bukan daripada golongan manusia, Malaikat dan bukan
daripada punggung lelaki dan daripada perempuan.
Kibas yang di bawa Jibril Alaihissalam sebagai korban ganti Nabi Ismail
Alaihissalam, unta Nabi Salleh Alaihissalam yang disembelih kaumnya, untuk
Nabi Adam dan Siti Hawa Alaihissalam.
26. Satu ciptaan Allah, lalu diingkarinya sebagai satu yang buruk.
Suara keledai yang tidak sedap didengar, sesuai dengan firman Allah Taala (artinya): sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai
27. Darah yang mula-mula mengalir ke bumi.
Darah Habil yang dibunuh oleh saudaranya Kabil.
28. Sesuatu ciptaan Allah, lalu diangkat sesuatu yang berat.
Muslihat kaum wanita, seperti Firman Allah Taala (artinya): sesungguhnya tipu
muslihat wanita adalah suatu tipu muslihat besar atau berat.
29. Pada mulanya sebatang kayu kemudian menjadi roh.
Tongkat Nabi Musa Alaihissalam
30. Wanita yang paling utama.
Hawa, ibu sekalian manusia, kemudian Khatijah dan Aisyah, Asiah (isteri Firaun) dan Maryam Binti Imran.
31. Gunung yang paling utama.
Gunung Tursina
32. Binatang yang paling utama. Kuda.
33. Bulan yang paling utama.
Bulan Ramadhan.
34. Malam yang paling utama.
Lailatul Qadar.
35. Tentang Atta’mah.
Hari Kiamat.
36. Pohon yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting ada 30 daun, setiap daun ada lima kembang, dua bunga di matahari dan tiga bunga di tepi kegelapan.
Pohon itu “tahun” yang padanya ada 12 bulan, satu bulan ada 30 hari. Lima itu ialah lima waktu solat.
37. Satu benda yang pergi haji dan tawaf di Baitullah, tetapi tidak mempunyai roh dan tidak wajib haji. Bahtera Nabi Noh Alaihissalam.
38. Empat jenis air yang lain rupanya dan rasanya, tetapi sumbernya satu.
Air mata, air telinga, air hidung dan air mulut. Air mata masin, air telinga pahit, air hidung masin dan air mulut tawar.
39. Nakir, fatil dan kitmir.
Nakir ialah titik yang terdapat pada kulit luar benih, fatil ialah titik yang terdapat di dalam benih dan kitmir ialah kulit yang membaluti benih.
40. Sabid dan Labad.
Bulu kambing biri-biri dan kambing kasi.
41. Sam dan Ram.
Makhluk yang telah ada sebelum wujud Nabi Adam Alaihissalam.
42. Maksud keledai Makwak.
Keledai Makwak tanda ia melihat syaitan, lalu ia berkata: Allah melaknatnya.
43. Maksud anjing menyalak.
Anjing menyalak bermaksud: Awas! Celaka bagi penghuni-penghuni neraka dari
kemurkaan Allah yang maha berkuasa.
44. Maksud jeritan kuda.
Kuda menjerit bermaksud: Maha suci Allah yang memeliharaku ketika tentara
berpadu menyerang musuh dengan penuh semangat.
45. Maksud jeritan unta.
Unta menjerit membawa maksud: Hasbiyallahu Wakafa Billahi Wakila
(artinya): Memadailah Allah bagiku dan cukuplah Dia tempat aku menyerahkan
diriku.
46. Maksud nyanyian burung Bulbul.
Nyanyian Bulbul bermaksud: Maha suci Allah pada waktu pagi dan pada waktu
petang.
47. Maksud bunyi katak.
Bunyi katak bermaksud: Maha suci Tuhan yang di sembah di mana-mana sahaja
ada makhluknya dan di tempat-tempat yang tiada penghuninya.
48. Maksud kata-kata burung Nakus.
Maksud kata-katanya: Maha suci Allah sungguh-sungguh! Wahai anak Adam!
Lihatlah di barat dan di timur di dunia itu, adakah makhluk yang menongkat langit?
49. Kaum daripada makhluk Allah yang diutus kepadanya, namun ia bukan
dari kumpulan jin, manusia dan Malaikat.
Makhluk itu adalah lebih seperti Firman Allah Taala (artinya): dan Tuhan
kamu telah mewahyukan kepada lebih.
50. Di mana malam ketika siang dan di mana siang ketika malam.
Kedua-duanya berada di dalam ilmu Allah Taala yang amat sulit.

Beliau mempunyai nama lengkap Abu Yazid Thaifur bin Isa, beliau dilahirkan di Bustham Khurasan pada tahun 188 Hijriyah dan beliau lebih dikenal dengan nama Abu Yazid Al Busthami. Beliau wafat di Bustham pada tahun 261.

Abu Yazid dikenal sebagai anak saleh dalam lingkungan keluarga yang taat beragama. Ibunya dengan tekun membimbing dan megirimnya untuk belajar agama ke masjid. Setelah dewasa beliau melanjutkan belajar agama ke berbagai daerah untuk berguru kepada ulama-ulama terkenal seperti Abu Ati dari Sind.

Kehidupannya sebagai seorang sufi ditempuh dalam perjalanan yang cukup panjang, kira-kira dalam waktu 30 tahun beliau berkelana menyusuri padang pasir, hidup dengan zuhud, makan serba sedikit, tidur yang tidak begitu banyak. Dari kezuhudannya itu beliau dapat mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ma’rifat yang hakiki untuk dapat mengenal Allah.

Saling Menyayangi

Pada suatu hari Abu Yazid Al Bustami berjalan bersama rombongan muridnya di sebuah jalan yang sempit. Tiba-tiba ada seekor anjing berjalan kearah yang berlawanan. Ketika berpapasan, Abu Yazid Al Bustami berhenti untuk memberi jalan kepada anjing tersebut.

Karena itu, seorang murid Abu Yazid Al Bustami berkata, “Allah telah memuliakan manusia di atas semua makhluk. Dan Abu Yazid adalah rajanya ilmu pengetahuan, tetapi dengan segala keutamaan pribadi bersama murid-muridnya, dia memberi jalan kepada anjing. Bagaimana itu bisa terjadi?”

“Sekalipun tampak diam, anjing itu memohon kepadaku, hai anak muda,” Kata Abu Yazid pada muridnya. “Dia bertanya tentang kesalahan yang telah dia lakukan dan kebaikan apa yang telah aku lakukan sehingga dia memakai pakaian kulit sebagai anjing sedangkan aku diberi pakaian hormat sebagai raja pengetahuan. Itulah ucapan yang berhasil kutangkap sehingga aku memberi jalan kepadanya. Ya, tak ubahnya sikap saling menyayangi terhadap ciptaan-Nya yang juga berarti menyayangi Dia.”

Takut Mengotori Masjid

Setiap kali sampai di depan masjid, Abu Yazid Al Bustami berdiri sebentar, kemudian menangis.
“Mengapa engkau menangis, hai Abu Yazid,?” Tanya seseorang suatu ketika.
Aku merasa diriku seperti seorang wanita yang sedang haid sehingga aku malu memasuki masjid karena takut mengotori,” Jawab Abu Yazid Al Bustami.

Jangan Sombong

Suatu ketika ketika Abu Yazid Al Bustami sedang duduk, di benaknya terlintas pemikiran bahwa dirinya adalah seorang besar, seorang wali pada zamannya. Tak lama kemudian dia sadar bahwa dirinya telah melakukan dosa besar. Dia segera bangkit dan pergi ke Khurosan. Sesampainya di sana dia menginap di sebuah tempat. Dia bersumpah bahwa dia tidak akan meninggalkan Khurosan sebelum Allah mengirimkan seseorang untuk mengingatkan dirinya yang alpa.

Tiga hari tiga malam Abu Yazid Al Bustami tinggal di tempat itu. Pada hari keempat dia melihat seorang dia melihat seseorang bermata satu menunggangi unta dan mendekatinya. Setelah orang tersebut mendekat, Abu Yazid Al Bustami melihat tanda-tanda ketakwaannya. Abu Yazid melambaikan tangan kepada unta tersebut agar berhenti.

Setelah unta tersebut berhenti, orang tersebut berkata kepada Abu Yazid, “Kamu membawaku ke sini untuk membuka pintu yang terkunci dan menenggelamkan warga Bustam bersama Abu Yazid, benarkah begitu?

Abu Yazid terperanjat mendengar kata-kata lelaki itu. Ia lalu bertanya, “Dari mana asalmu?”

“Tak perlu kau tahu darimana aku. Kukatakan kepadamu bahwa sejak engkau mengucapkan sumpah di tanah Khurosan ini, aku telah menghadiri tiga ribu perkumpulan. Hati-hatilah wahai Abu Yazid. Jagalah hatimu. Tak ada yang berhak sombong di muka bumi ini kecuali Sang Pencipta jagad raya ini, Allah.”

Setelah berkata begitu, orang bermata satu itu membangunkan untanya untuk kemudian segera pergi.

Lupa Nama Baru

Hampir setiap hari Abu Yazid Al Bustami begitu asyik dengan Tuhan. Keasyikan itu membuat dia sering lupa ketika memanggil nama seorang muridnya yang telah belajar padanya selama tiga puluh tahun.
“Anakku siapakah namamu?” Tanya Abu Yazid kepada murid tersebut.
“Engkau suka mengolok-olokku, Guru,” Kata sang murid. “Sudah tiga puluh tahun aku belajar kepadamua tetapi hamper setiap hari engkau menanyakan namaku.”

“Bukan aku mengolok-olokmu, Anakku,” Kata Abu Yazid Al Bustami. “Tetapi nama-Nya telah memasuki hatiku dan mengeluarkan semua nama lain sehingga aku selalu lupa setiap kali mengingat nama baru.”

Tugas Manusia Sejati

Suatu hari ada seorang berkata kepada Abu Yazid Al Busthami.
“Wahai Abu Yazid, engkau bisa berjalan di atas air.”
“Sebatang pohon juga bisa jalan di atas air,” Balas Abu Yazid Al Busthami
“Engkau melakukan perjalanan ke Ka’bah dalam satu malam,” ujar orang itu lagi.
“Seorang tukang sulap juga bisa pergi dari India ke Demavand dalam waktu satu malam, “ Kata Abu Yazid Al Busthami.
“Lalu apakah tugas manusia sejati yang sebenarnya?” Tanya orang tersebut.
“Manusia sejati hanya menggantungkan hatinya kepada Allah. Lainnya tidak, “ Jawab Abu Yazid Al Busthami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar